Maria Ratu Damai

Maria Ratu Damai

Sabtu, 16 Juli 2016

Minggu Biasa XVI, Tahun C



Mendengarkan dan Melayani Yesus

Bacaan Pertama: Kejadian 18:1-10a
Bacaan ini memuat pengalaman indah perjumpaan Abraham dan Sara dengan Tuhan yang mengunjungi kemah di Mamre. Allah terwujud dalam rupa tiga orang yang disambut dan dilayani dengan baik oleh Abraham. Janji keturunan kembali diungkapkan oleh Allah pada perjumpaan itu.

Bacaan Kedua: Kolose 1:24-28
Paulus mengungkapkan kegembiraan karena mendapatkan penggilan untuk ikut serta sebagai pelayan jemaat dan ikut serta pula menderita karena imannya terhadap Yesus Kristus. Kristus adalah Allah yang tinggal bersama manusia. Tugas perutusan Paulus adalah mewarta dengan peringatan dan mengajar dalam segala hikmat sehingga dapat memimpin semua orang pada kesempurnaan dalam Kristus.

Bacaan Injil: Lukas 10:38-42

Injil Lukas ini mengisahkan tentang perjumpaan Yesus di rumah Marta dan Maria. Kisah ini cukup sering kita dengar. Kisah Marta dan Maria dalam Injil Yohanes juga diceritakan memiliki saudara yang bernama Lazarus yang dibangkitkan oleh Yesus. Kisah yang memuat Marta, Maria dan Lazarus sebenarnya cukup singkat, namun demikian sangat mewakili usaha manusia untuk dekat dengan Yesus dan menyamapaikan permohonan kepada-Nya.
Yesus dan para muridnya tiba di sebuah kampung yang disebut Betania dalam Injil Yohanes (11:1). Disebutkan bahwa Yesus diterima oleh Marta di rumahnya. Marta merupakan anak sulung yang memiliki tanggung jawab atas segala sesuatu di rumahnya. Tidak diceritakan keberadaan orangtua mereka, namun penyebutan rumah Marta mengungkapkan bahwa Marta punya tanggung jawab penuh.
Marta memiliki saudari bernama Maria. Maria duduk di dekat kaki Yesus dan terus mendengarkan perkataan Yesus. Terus mendengarkan Yesus berarti terus menerus, dengan sungguh mendengarkan ajaran Yesus. Maria bukan sekedar menjadi tuan rumah yang menemani tamunya, namun justru bersikap seperti murid yang duduk di dekat kaki Gurunya sambil mendengarkan Yesus. Sementara itu, Marta tampak sibuk melayani Yesus. Sebagai penanggung jawab rumah dan telah mengundang Yesus singgah di rumahnya, Marta menunjukkan perannya sebagai tuan rumah yang baik dengan menyediakan segala hal yang diperlukan Yesus dan murid-murid-Nya. Sibuk melayani menjadikan Marta terpisah dari Sang Tamu dan mengalami kebinggungan antara tugas menyediakan kebutuhan Yesus dan keinginan untuk berada di dekat Yesus.
Maria sebagai yang sulung merasa sendirian melayani kebutuhan Yesus padahal Maria seharusnya mengerti kerepotannya. Seperti budaya Timur pada umumnya, untuk memarahi langsung anggota keluarga di hadapan tamu tentu saja bukanlah hal yang sopan. Apalagi Sang Tamu lebih banyak berbicara daripada Maria. Maka, Marta lewat Yesus hendak memarahi Maria dengan berkata “Tuhan, tidak Engkau peduli, bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantuku”. Kalimat ini pastilah tidak bernada marah atau sinis. Namun demikian, justru mengandung rasa iri hati Marta kepada Maria, sekaligus merasa bahwa dirinya telah bekerja lebih dari Maria.
Marta sebenarnya ingin tugasnya cepat selesai dan ikut bergabung mendengarkan Yesus. Ia ingin Maria membantunya. Yesus mengetahui hal yang dirasakan Marta ini sehingga berkata, “Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara…” Yesus hendak menegaskan bahwa kehadiran-Nya di rumah Marta hendak mengalami perjumpaan dengan seluruh anggota keluarga, bukan mencari kebutuhan jasmani seperti yang dikerjakan Marta. Bagi Yesus, Maria telah mengambil bagian terbaik yang tidak akan diambil darinya. Artinya, sikap Maria dibenarkan karena selalu dan terus menerus mendengarkan ajaran Yesus selama Yesus ada di dekatnya. Maria lebih mementingkan kesejahteraan jiwa, daripada Marta yang terlalu cemas dengan kebutuhan jasmani. Sebenarnya keberadaan Marta di dekat Yesus lebih dihargai daripada makanan yang disajikannya.
Maria mengambil bagian terbaik, bukan berarti bahwa Marta mengambil bagian yang tidak baik. Bagian yang diambil Marta untuk melayani Yesus tetaplah bagian yang baik. Menjadi tidak baik karena Marta “menyusahkan diri dengan banyak perkara”. Tindakan  mendengarkan dan melayani Yesus sebenarnya merupakan dua hal yang saling melengkapi sehingga tidak muncul sikap iri atau merasa lebih dari yang lain.
Maria tidak membuang-buang kesempatan untuk mendengarkan ajaran Yesus ketika Yesus ada di tengah keluarganya. Sikap ini juga dimiliki oleh para murid Yesus yang setia mengikuti dan mendengarkan ajaran Yesus. Ketika Yesus tidak lagi bersama mereka setelah kematian dan kebangkitan-Nya, tibalah saatnya bagi para murid untuk melayani Yesus dalam diri sesama. Doa dan karya, mendengarkan sabda dan melaksanakan sabda Allah; dua sisi tindakan yang tidak bisa dipisahkan karena saling melengkapi. Sebagai murid-murid Yesus, apakah kita telah melaksanakan kedua hal itu dengan tulus? Juga bersama keluarga, bukankah seharusnya mengundang Yesus hadir dalam keluarga dengan berdoa bersama dan mendengarkan sabda Allah sehingga tugas dan pekerjaan dilaksanakan dengan dasar iman? (R.YKJ)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar