Maria Ratu Damai

Maria Ratu Damai

Minggu, 27 Maret 2016

Minggu Paskah, Tahun C



Penebusan yang Mengagumkan

Bacaan Pertama: Kisah Para Rasul 10:34a.37-43
Petrus menjelaskan peristiwa tentang Yesus kepada Kornelius, seorang perwira kekaisaran Romawi. Para murid adalah saksi ajaran dan karya Yesus, serta saksi bahwa Yesus yang telah disalibkan adalah Kristus yang bangkit dengan mulia. Kebangkitan Kristus menghidupkan iman para murid-Nya dan mereka mendapatkan perutusan untuk mewartakan kebangkitan Kristus itu.

Bacaan Kedua: Kolose 3:1-4
Paulus menegaskan bahwa iman pada kebangkitan Kristus harus menjadikan para murid Kristus hidup bagi Kristus. Mati dan hidup dalam Kristus berarti disatukan dengan Kristus yang rela berkurban demi keselamatan kekal. Keselamatan kekal jauh lebih berharga daripada hal-hal duniawi. Maka, Paulus mengajak agar orang beriman mencari perkara yang diatas, yakni hal-hal rohani.

Bacaan Injil: Yohanes 20:1-9

Injil Yohanes mengisahkan kebangkitan dalam caranya sendiri. Dikisahkan Yohanes bahwa yang pertama sesudah hari Sabat pergi ke kubur Yesus adalah Maria Magdalena. Ia pergi ke makam pada pagi yang masih gelap. Tindakan ini menggambarkan bahwa para murid takut untuk keluar rumah setelah Guru mereka dihukum mati di kay salib. Maria Magdalena pergi sepagi itu dengan maksud agar tidak diketahui oleh orang-orang Yahudi.
Disebutkan bahwa Maria Magdalena melihat bahwa batu penutup kubur telah terbuka dan ia berlari mendapatkan Petrus dan murid yang dikasihi Tuhan, Yohanes. Tak disebutkan bahwa Maria Magdalena telah masuk ke makam. Namun demikian, ia memberi laporan kepada para murid Yesus bahwa Tuhan telah diambil orang dari kubur-Nya. Makam yang terbuka dan kubur kosong ditegaskan pula oleh Yohanes bukan sebagai bukti kuat kebangkitan Yesus. Kubur kosong justru menimbulkan banyak interpretasi, mungkin jenazah Yesus diambil, dipindah, atau dicuri orang.
Petrus dan Yohanes segera berlari ke makam Yesus. Yohanes berlari lebih kencang sehingga lebih dahulu sampai ke makam daripada Petrus. Meskipun sampai lebih dahulu, Yohanes hanya menjenguk ke dalam makam. Yohanes menunggu agar Petrus lebih dahulu masuk ke makam Yesus. Yohanes memberi rasa hormat kepada Petrus yang diangkat sebagai ketua para rasul. Bagi Yohanes, Petruslah yang berhak pertama masuk ke makam Yesus. Dari sisi kesaksian, Yohanes tidak mau masuk ke makam seorang diri tanpa ada saksi. Namun ketika Petrus masuk ke makam, Yohaneslah yang kemudian menjadi saksi bagi Petrus yang menyaksikan kubur Yesus yang telah kosong. Peran sebagai saksi inilah yang hendak ditekankan oleh Yohanes.
Ketika Yohanes menjenguk ke dalam makam Yesus, ia hanya melihat kain kafan yang tergeletak di tanah. Ia memiliki waktu beberapa saat untuk merenungkan hal itu sambil menunggu Petrus sampai makam. Yohanes pastilah juga mengingat informasi Maria Magdalena bahwa Tuhan telah diambil orang. Karena hanya melihat kain kafan yang terletak di tanah inilah Maria Magdalena menyimpulkan bahwa Yesus diambil orang. Yohanes tidak berani menyimpulkan. Ia menunggu sampai bisa masuk ke makam bersama Petrus.
Petrus kemudian sampai ke makam dan langsung masuk ke makam Yesus. Tercatat dalam Injil Yohanes ini bahwa Petrus melihat kain kafan terletak di tanah, namun kain peluh yang tadinya di kepala Yesus terletak di tempat pain dan sudah tergulungan. Tidak disebutkan reaksi Petrus ketika melihat semuanya itu, namun Yohanes memiliki kesaksiannya sendiri. Yohanes melihat semuanya itu dan percaya. Ia percaya pada kebangkitan seperti yang tertulis dalam Kitab Suci bahwa Ia harus bangkit dari antara orang mati.
Allah membangkitkan Yesus Kristus sesudah penderitaan dan kematian di salib. Kebangkitan itu pada akhirnya membangkitkan pula semangat hidup dan iman dalam diri orang-orang yang percaya kepada Kristus. Kebangkitan Kristus didahului dengan penderitaan. Dengan kata lain, tidak ada kebangkitan tanpa ada penderitaan. Kita yang percaya pada kebangkitan Kristus juga harus melalui jalan salib untuk menerima kebangkitan. Kita diajari agar setia memanggul salib dari tanggung jawab iman kita. Salib perjuangan hidup dan iman kita sekarang ini telah didahului oleh salib Kristus. Dan, kebangkitan Kristus telah mendahului kebangkitan yang akan kita terima kelak. Selamat Paskah! Selamat membangkitkan semangat dalam hidup kita! (R.YKJ)

Sabtu, 26 Maret 2016

Vigili Paskah, Tahun C



Kebangkitan yang Menghidupkan Iman

Bacaan Pertama: Kejadian 1:1 – 2:2
Allah menciptakan dunia seisinya secara bertahap selama tujuh hari dan berpuncak pada karya penciptaan manusia. Allah menciptakan manusia menurut gambar Allah dan Ia menyebut manusia ciptaannya itu sungguh sangat baik. Manusia dikehendaki beranak-cucu dan menguasai bumi seisinya dalam arti memakai dan menjaganya demi kelangsungan semua ciptaan.

Bacaan Kedua: Kejadian 22:1-18
Abraham dijanjikan berkat, keturunan dan tanah terjanji. Namun ketika ia telah memiliki Ishak sebagai anak tunggal, justru Allah menginginkan anak itu menjadi kurban persembahan. Abraham taat kepada Allah dengan menyiapkan Ishak sebagai kurban sembelihan dan ternyata Allah menyediakan anak domba sebagai pengganti Ishak. Ketaatan Abraham berkenan di hadapan Allah dan Ia mengulangi janji-Nya terhadap Abraham.

Bacaan Ketiga: Keluaran 14:15 – 15:1
Allah mengeluarkan bangsa pilihan dari tanah Mesir dengan cara yang mengagumkan. Lewat tongkat Musa, Allah membelah laut Merah sehingga bangsa itu bisa melintasi dasar laut yang telah kering. Allah kemudian menutup kembali air laut yang tadinya terbelah sehingga tentara Mesir yang sedang mengejar bangsa pilihan tenggelam ke dasar laut. Karya keselamatan Allah menimbulkan iman yang semakin mendalam.

Bacaan Keempat: Yesaya 54:5-14
Allah setia dalam mencintai umat-Nya. Allah adalah penyelamat, penebus dan tak kan meninggalkan umat yang dicintai-Nya. Allah tidak sungguh murka dan tidak sungguh meninggalkan umat pilihan-Nya meskipun berkali-kali Ia dikhianati. Allah senantiasa mengusahakan jalan keselamatan bagi manusia.

Bacaan Kelima: Yesaya 55:1-11
Yesaya bernubuat tentang kepenuhan masa yang membahagiakan karena Allah menyediakan segala yang dibutuhkan manusia. Allah telah merencanakan keselamatan-Nya sejak dahulu. Siapa yang mencari Allah tidak akan mendapat kesia-siaan sebab Allah menyediakan jalan keselamatan-Nya.

Bacaan Keenam: Barukh 3:9-15.32 – 4:4
Allah memberikan kebijaksanaannya agar manusia dapat hidup secara arif dan mencapai keselamatan kekal. Di butuhkan pertobatan dan perubahan hidup untuk menerima kebijaksanaan Allah. Kebijaksanaan Allah harus ditemukan dan dimiliki selamanya, serta tak boleh lepas lagi. Kebijaksanaan Allah yang dihadirkan ke dunia itu nantinya tergenapi dalam diri Yesus Kristus.

Bacaan Ketujuh: Yehezkiel 36:16-17a.18-28
Peristiwa pembuangan ke Babilonia merupakan peristiwa tragis bagi bangsa pilihan. Bangsa itu merasa Allah telah meninggalkan mereka dan tidak mendengarkan keluh kesah mereka. Padahal bangsa itulah yang menajiskan diri karena tidak setia kepada Allah. Allah hendak menggembalikan bangsa pilihan itu ke tanah terjanji, namun Ia harus mengambil hati yang membatu dan mengganti dengan hati yang baru.

Bacaan Kedelapan/Epistola: Roma 6:3-11
Warta Rasul Paulus tentang iman akan kematian dan kebangkitan Kristus meneguhkan perjuangan iman para murid Kristus. Baptisan telah menyatukan orang-orang kristen dengan kematian Kristus dan juga disatukan dengan kebangkitan-Nya. Kematian Kristus menjadi rahmat karena ada kebangkitan yang mulia. Kristus tidak dikuasai maut kerena Ia mati untuk mengalahkan maut dengan kebangkitan-Nya. Baptisan harus dimaknai sebagai kematian terhadap dosa karena telah ditebus oleh kematian Kristus dan hidup bagi Allah dalam kebangkitan-Nya.

Bacaan Injil: Lukas 24:1-12

Malam Paskah dirayakan secara meriah dan panjang karena bersifat tuguran, bersama Yesus merayakan saat-saat kebangkitan-Nya. Liturgi dimulai dengan upacara pemberkatan api baru di depan gereja dan pemberkatan lilin Paskah, dilanjutkan dengan exsultet/pujian paskah, liturgi sabda, liturgi baptis, dan liturgi ekaristi. Pada malam Paskah disediakan 9 bacaan dalam liturgi sabda, 7 dari Perjanjian Lama dan 2 dari Perjanjian Baru. Bacaan hendaknya dibacakan semuanya, namun dengan alasan tertentu bacaan Perjanjian Lama dapat dikurangi sehingga dibacakan tiga bacaan dan Kitab Keluaran 14 wajib dibacakan. Bacaan Perjanjian Baru, Epistola dan Injil juga tidak boleh ditiadakan.
Injil Lukas mengisahkan berita pertama kali tentang kebangkitan Yesus sesudah kematian-Nya. Lukas memulai dengan menyebutkan, “Pagi-pagi benar, pada hari pertama dalam pekan”. Yesus dimakamkan sore hari menjelang hari Sabat, sehingga tiga hari kemudian barulah para perempuan yang disebut Lukas mengunjungi makam Yesus. Menurut nama hari pada kalender kita sekarang, Yesus wafat pada hari Jumat dan Minggu pagi para perempuan mengunjungi makam-Nya.
Para perempuan, yang kemudian diketahui bernama Maria Magdala, Yohana, dan Maria ibu Yakobus, membawa rempah-rempah dengan maksud hendak memburati jenazah Yesus karena pemakaman Yesus begitu terburu-buru karena menjelang hari Sabat yang tidak diperkenankan menguburkan seseorang. Dalam Lukas 23:50-56a dikisahkan secara singkat pemakaman Yesus. Para perempuan menyaksikan pemakaman itu dan mengetahui bahwa jenazah Yesus belum sempat diburati dengan rempah-rempah. Para perempuan itu pulang untuk mempersiapkan rempah-rempah dan minyak mur, namun mereka harus menunda sampai pagi sesudah hari Sabat.
Pagi-pagi benar para perempuan itu telah berangkat ke makam Yesus. Tidak terpikir oleh mereka cara menggulingkan batu besar penutup makam, padahal mereka telah melihat di mana dan bagaimana Yesus dimakamkan. Kebodohan manusiawi ini justru menunjukkan keagunggan Allah karena mereka tidak perlu lagi menggulingkan batu penutup makam, bahkan tidak perlu menyediakan rempah-rempah karena Yesus telah bangkit.
Ketika menyaksikan batu penutup makam telah terbuka, para perempuan itu masuk dan termangu-mangu karena tidak menemukan jenazah Yesus. Batu yang terguling dan jenazah Yesus tidak ditemukan belum membuat para perempuan itu tahu bahwa Yesus telah bangkit. Pastilah mereka berpikir bahwa jenazah Yesus telah dipindahkan. Maka, makam kosong bukanlah bukti otentik kebangkitan Yesus. Bukti kebangkitan adalah penampakan Yesus yang telah bangkit. Dalam Injil Lukas, penampakan itu diawali dengan penampakan dua malaikat yang mengabarkan kebangkitan Yesus kepada para perempuan itu.
Sesudah pelihat penampakan dua malaikat yang mengabarkan kebangkitan Yesus, para perempuan itu kembali untuk menceritakannya kepada kesebelas murid Yesus. Namun para murid tidak percaya pada kabar yang mereka ceritakan. Masuk akal bahwa para murid tidak mempercayai perkataan para perempuan ini. Dalam persidangan, seorang perempuan tidak boleh menjadi saksi. Kebangkitan jauh lebih besar dari peristiwa di persidangan, maka kesaksian para perempuan tidak langsung mereka percayai. Namun demikian, ternyata Allah memakai para perempuan untuk pertama kali mengabarkan berita tentang kebangkitan Yesus.
Berita yang dianggap kabar bohong oleh para murid tetap membuat Petrus penasaran. Ia segera berlari ke kubur Yesus, menjenguk ke dalam dan hanya melihat kain kafan saja. Petrus mulai percaya tapi ragu-ragu terhadap kebangkitan Yesus. Ia bertanya-tanya dalam hati memperkirakan yang telah terjadi terhadap Yesus yang sudah dimakamkan. Petrus akan menjadi yakin dengan kebangkitan Yesus ketika Yesus yang telah bangkit menampakkan diri kepada para murid-Nya, termasuk kepada Petrus.
Kebangkitan akhirnya membuat para murid bangkit lagi dalam kepercayaan kepada Yesus dan mereka penuh semangat mewartakan kebangkitan itu, dan mengajarkan cinta kasih kepada banyak orang. Pada saat Yesus hendak dijatuhi hukuman mati, para murid melarikan diri karena tidak berani menjadi saksi ajaran dan tindakan Yesus. Namun sesudah kematian dan kebangkitan Yesus, para murid dengan berani menjadi saksi kebangkitan-Nya. Kebangkitan menjadi berarti ketika orang beriman semakin beriman dan mewujudkan cinta kasih dalam kehidupan. Selamat Paskah! (R.YKJ)

Jumat, 25 Maret 2016

Liturgi Jumat Agung, Tahun C



Putera Allah yang Menderita dan Wafat di Salib

Bacaan Pertama: Yesaya 52:13 – 53:12
Hamba Yahwe yang menderita menanggung kesengsaraan namun akan ditinggikan oleh Allah. Ia tidak melawan, seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian. Penderitaan itu silakukan justru menjadi silih dosa banyak orang agar mendapatkan keselamatan. Hamba Yahwe yang menderita itu akan digenapi dalam diri Yesus yang menderita di salib.

Bacaan Kedua: Surat Ibrani 4:14-16; 5:7-9
Yesus Kristus adalah Imam Agung yang menguduskan dunia dengan mempersembahkan diri-Nya sendiri. Keselamatan abadi dicapai setelah penderitaan-Nya dan akan diberikan kepada semua orang yang taat pada-Nya. Kristus sebagai jalan bagi menusia untuk mendekati takhta kemuliaan Allah karena Kristus adalah Anak Allah. Kristus menjadi perantara agar manusia menerima rahmat dan kasih Allah.

Bacaan Injil/Pasio: Yohanes 18:1 – 19:42

Pasio Jumat Agung selalu diambil dari Injil Yohanes, mulai dari Yesus yang menyeberangi sungai Kodron ke bukit zaitun hingga Yesus dimakamkan. Yohanes memberikan beberapa penekanan dalam kisah sengsara Yesus ini. Beberapa tokoh bisa kita cermati dalam alur kisah ini.
Di bukit zaitun, Petrus membela Yesus dengan menghunus pedang dan memenggal telinga kanan Malkhus, seorang hamba imam agung. Namun, ketika Yesus ditangkap dan disidangkan ke sidang imam agung, Petrus menyangkal bahwa ia adalah murid Yesus. Petrus sebenarnya diajak murid yang lain (Yohanes) untuk masuk ke ruang sidang. Murid yang lain itu memiliki relasi dengan imam agung sehingga leluasa keluar-masuk, namun tidak bagi Petrus. Ketika hendak masuk ke ruang sidang inilah Petrus ditanyai oleh perempuan penjaga pintu bahwa ia juga murid Yesus. Petrus menjawab “bukan” dengan maksud supaya ia bisa masuk ke dalam.
Sidang membutuhkan saksi untuk membenarkan tuduhan atau saksi yang membela. Dalam sidang itu, Yesus meminta imam agung (Hanas) menanyakan kepada para murid-Nya hal-hal yang telah dibuat Yesus. Dari tempat Hanas, Yesus digiring ke tempat Kayafas. Hanas sebenarnya tidak lagi menjabat sebagai imam agung, namun ia masih memiliki pengaruh yang kuat dan ia adalah mertua Kayafas yang menjabat sebagai imam agung saat itu. Pada saat inilah Petrus kembali ditanyai tentang statusnya sebagai murid Yesus oleh orang-orang yang mengelilingi perapian dan juga oleh seorang hamba imam agung, teman Malkhus. Petrus menyangkalnya sehingga persis tiga kali seperti yang telah dikatakan Yesus bahwa Petrus hendak menyangkal-Nya tiga kali sebelum ayam jantan berkokok.
Yesus kemudian dikirim kepada Piltus untuk mendapat legalitas hukuman mati atas tuduhan kepada Yesus. Kekaisaran Romawi melarang hukum adat menjatuhkan hukuman mati untuk menjaga agar situasi dapat dikendalikan oleh kekaisaran. Orang-orang Yahudi tidak masuk ke gedung pengadilan Pilatus karena di dalam gedung itu terdapat simbol-simbol kekaisaran Romawi (asing/berhala) yang membuat diri mereka najis. Pilatus terpisah dari banyak orang ketika menyidangkan Yesus, sehingga ia lepas dari tekanan tuntutan mereka. Pilatus tidak menganggap Yesus sebagai ancaman bagi pemerintahannya. Ia kemudian membandingkan Yesus dengan Barabas, seorang pemberontak, penyamun dan pembunuh. Rakyat pastilah memilih Yesus ini untuk dibebaskan pada hari Paskah seturut kebiasaan. Perkiraan Pilatus keliru karena banyak orang justru memilih Barabas untuk dibebaskan dan Yesus tetap harus dihukum.
Pilatus mencari cara lain lagi. Ia menyuruh para prajurit untuk mencambuk Yesus, memahkotai duri dan memasang jubah ungu pada Yesus. Hal ini dimaksudkan bahwa Pilatus telah memberikan hukum cambuk pada Yesus dan hendak membebaskan Yesus. Cara ini pun ternyata tidak mampu membebaskan Yesus karena orang banyak justru berteriak agar Yesus disalibkan. Dalam penyelidikan selanjutnya terhadap Yesus, Pilatus makin yakin bahwa Yesus merupakan tokoh rohani sehingga ia tidak mengadili Yesus. Pilatus pastilah mengetahui bahwa ketika Yesus masuk Yerusalem, banyak orang menyambut-Nya dengan seruan “Hosana Putera Daud!”. Pilatus kemudian menunjukkan Yesus dengan mengatakan “Inilah rajamu!”. Cara terakhir ini ternyata juga tidak mampu membebaskan Yesus. Pilatus akhirnya menyerahkan Yesus untuk disalibkan karena ia takut terjadi kekacauan di wilayah pemerintahannya.
Peristiwa menarik lain yang dikisahkan dalam Injil Yohanes ini adalah kehadiran ibu Yesus, bersama beberapa perempuan dan juga Yohanes, murid yang dikasihi-Nya. Kepada ibu-Nya, Yesus mengatakan “inilah anakmu” dan kepada Yohanes “inilah ibumu”. Dari sisi manusiawi, Maria hanya memiliki Yesus sebagai anaknya sehingga kematian Yesus membuat hilangnya sandaran hidup baginya. Namun, Yesus juga menyerahkan murid-Nya itu kepada Yesus. Dengan demikian, terdapat simbol penyerahan pada keduanya atas Maria yang telah melahirkan Yesus dan juga atas para murid sebagai orang-orang yang percaya kepada Yesus. Hal ini menjadi simbol penyerahan Gereja kepada Maria dan sebaliknya.
Yesus menyerahkan diri-Nya sebagai silih untuk dosa-dosa kita. Ia tidak berdosa, namun rela mati bagi dosa kita. Kita bangga pada salib Kristus karena iman kita pada kebangkitan-Nya. Salib menjadi simbol kemenangan, bahkan menjadi simbol kekerasan yang dihadapi dengan cinta kasih. Mari kita pangul salib kita masing-masing sambil mengikuti Yesus, agar kelak kita ikut dibangkitkan dalam kebangkitan Kristus. (R.YKJ)

Kamis, 24 Maret 2016

Kamis Putih, Tahun C



Teladan Kerendahan Hati dan Saling Melayani

Bacaan Pertama: Keluaran 12:1-8.11-14
Di tanah Mesir, Allah meminta tiap keluarga menyembelih anak domba jantan yang berumur satu tahun. Darah anak domba itu dioleskan pada tiang dan ambang pintu rumah. Ketika Tuhan menjatuhkan hukuman atas bangsa Mesir, Ia akan melewati rumah-rumah yang bertanda olesan darah anak domba pada pintunya. “Tuhan lewat”, demikianlah Paskah menurut bangsa pilihan.

Bacaan Kedua: 1 Korintus 11:23-26
Paulus mengungkapkan nilai Ekaristi sebagai kurban cinta Kristus yang memberikan Tubuh dan Darah-Nya sebagai santapan rohani yang menyelamatkan. Kristus adalah Anak Domba Paskah yang menyerahkan diri demi keselamatan manusia. Ekaristi senantiasa didasarkan pada iman akan kurban Kristus, bersifat mengumpulkan dan mempersatukan, serta memuat misi perutusan untuk mewartakan wafat dan kebangkitan Tuhan.

Bacaan Injil: Yohanes 13:1-15

Bacaan Injil pada Kamis Putih mengisahkan peristiwa Yesus yang membasuh kaki para murid. Peristiwa ini terjadi sebelum perjamuan paskah yang dilakukan Yesus bersama para murid-Nya. Yesus telah mengetahui bahwa penderitaan-Nya hampir tiba. Bahkan Ia telah mengetahui bahwa Yudas telah berencana mengkhianati-Nya. Yesus telah banyak memberikan pengajaran dan berbuat banyak kebaikan agar diteladani oleh para murid-Nya. Kini saatnya bagi Yesus meninggalkan pesan kuat dan mengena pada diri para murid agar saling mengasihi. Pesan itu termuat pada tindakan Yesus membasuh kaki para murid-Nya.
Peristiwa pembasuhan kaki terjadi sebelum perjamuan Paskah yang diadakan Yesus dan para murid-Nya. Peristiwa itu sangat mungkin terjadi pada sore hari, saat mereka sedang mempersiapkan perjamuan Paskah pada malamnya. Yesus telah mengetahui hal-hal yang akan terjadi, termasuk pengkhianatan oleh Yudas Iskariot. Yesus telah memberikan pengajaran khusus kepada para murid-Nya, termasuk Yudas. Sapaan dan teguran khusus pasti juga telah diberikan Yesus kepada Yudas (misal: Yoh. 12:4-8). Namun demikian, Yudas tetap berencana mengkhianati Yesus dengan menukar informasi keberadaan Yesus dengan tiga puluh keping uang perak.
Pembasuhan kaki para murid oleh Yesus ini menjadi tanda dan teladan kerendahan hati, cinta kasih dan pelayanan. Yesus adalah Guru dan Putera Allah, namun rela merendahkan diri dengan berlutut untuk membasuh kaki para murid-Nya. Semua murid Ia basuh kakinya, termasuk Yudas yang hendak mengkhianati-Nya.
Pembasuhan kaki itu dilaksanakan sesudah makan bersama menjelang saat-saat mulainya waktu perayaan Paskah. Sebelum perayaan Paskah, terdapat ritual pembasuhan kaki yang bisanya dilakukan oleh seorang hamba pada tuannya. Di antara para murid tidak ada seorang pun yang berinisiatif membasuh kaki Yesus dan para murid yang lain karena merasa bukan sebagai hamba bagi yang lain. Yesus kemudian mengambil baskom, menuang air ke dalamnya dan melepas jubah-Nya dan mengenakan celemek pada pinggang-Nya. Ada waktu jeda ketika Yesus menyiapkan diri-Nya untuk mengambil tugas sebagai pembasuh kaki. Namun demikian, tidak ada satu orang pun dari para murid yang berinisiatif mengambil peran itu dari Yesus.
Ketika Petrus mendapat giliran untuk dibasuh kakinya, ia protes dan bersikap tidak mau dibasuh oleh Yesus. Reaksi ini sangat terlambat. Petrus tidak perlu menunggu Yesus sampai di hadapannya, tidak perlu menunggu Yesus mulai membasuh murid, bahkan tidak perlu menunggu Yesus menanggalkan jubah dan mengikat celemek di pinggang-Nya. Petrus sebagai ketua para murid seharusnya tanggap dari awal dan mau melayani yang lainnya. Begitulah kenyataannya, bahwa para murid tidak cepat tanggap atas harapan Yesus. Mereka belum seluruhnya memahami ajaran Yesus tentang kerendahan hati dan saling melayani dalam cinta kasih.
Cinta kasih dan pelayanan yang kita berikan kepada sesama harus disertai dengan ketulusan dan kerendahan hati. Melayani sesama bukan karena kita merasa lebih hebat dari yang kita layani, namun karena kita mau bersama Yesus melayani sesama. Siapa pun yang memiliki posisi, jabatan, kedudukan yang lebih tinggi memiliki tanggung jawab pelayanan yang lebih tinggi pula. Yesus adalah Putera Allah, melebihi segala ciptaan, namun Ia rela membasuh kaki para murid-Nya. Kita pun diminta Yesus untuk saling membasuh di antara keluarga, rekan seiman, dan lingkungan hidup kita. (R.YKJ)