Maria Ratu Damai

Maria Ratu Damai

Sabtu, 31 Januari 2015

Minggu biasa IV, Tahun B



Daya Ilahi Yesus yang Mengagumkan

Bacaan I: Ul. 18:15-20
Tentang janji Allah kepada Musa bahwa Ia akan memilih nabi-nabi dari antara umat perjanjian. Nabi adalah utusan Allah bertindak sebagai penyambung lidah Allah, menyampaikan sabda dan kehendak Allah bagi umat-Nya.

Bacaan II: 1Kor. 7:32-35
Nasihat Paulus tentang cara hidup jemaat yang tertuju pada kehendak Tuhan. Panggilan orang yang selibat (tidak berkeluarga) bertujuan fokus pada pelayanan. Sedangkan panggilan berkeluarga bertujuan pada kebahagiaan suami-isteri sambil berkarya secara duniawi.

Bacaan Injil: Mrk 1:21-28
 Setting tempat dan waktu dalam kutipan ini adalah Kapernaum, sesudah Yesus memanggil murid-murid-Nya yang pertama. Seturut kebiasaan, kepala rumah ibadat (sinagoga) mengundang orang yang berkompeten untuk memberikan pengajaran. Kehadiran Yesus di Kapernaum pastilah beberapa saat (hari) sebelum Hari Sabat. Kehadiran Yesus pastilah telah didengar sebagian orang, termasuk pemuka rumah ibadat, sehingga kemudian mereka menunjuk Yesus untuk mengajar. Belum banyak memang yang kerjakan Yesus pada awal Injil Markus ini, namun panggilan murid-murid yang pertama kiranya telah membuat Yesus lebih banyak dikenal meskipun tidak diceritakan dalam Injil Markus ini.
Orang-orang dalam rumah ibadat itu takjub mendengarkan ajaran Yesus. Rasa takjub melebihi dari kekaguman, lebih terarah pada sikap keterpesonaan yang teramat sangat. Keterpesonaan itu bukan utamanya pada penampilan fisik Yesus, namun pada materi penyampaian dan cara pengajarannya. Hal ini ditegaskan, “sebab Ia mengajar sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat” (ay.22). Yesus mengajar dengan penuh kuasa karena Ia sendiri adalah Putera Allah. Hal ini dibandingkan dengan pengajaran ahli-ahli taurat yang mengajar dengan cara menelaah hukum Taurat sembari mengutip pendapat-pendapat ahli Taurat yang lebih berwibawa.
Ketakjuban orang tentang pengajaran Yesus kian bertambah ketika ada orang yang kerasukan roh jahat dan berteriak pada Yesus: “Apa urusan-Mu dengan kami, hai Yesus orang Nazaret? Engkau datang hendak membinasakan kami? Aku tahu siapa Engkau: Yang Kudus dari Allah” (ay.24). Tanpa banyak berdiskusi dengan roh jahat itu, Yesus kemudian menghardik dan mengusirnya dari tubuh orang yang dirasuki. Roh jahat itu ternyata tunduk pada Yesus dan segera pergi dari orang yang dirasuki dengan cara mengoncang-goncangkan tubuh orang itu dan menjerit dengan suara nyaring.
Ketakjuban banyak orang di tempat ibadat itu yang kemudian menyebar ke penjuru Galilea, bukan sekedar di Kapernaum. Kalau kita mau melanjutkan sedikit lagi dari bacaan ini, Markus menceritakan Yesus yang menyembuhkan ibu mertua Simon. Mukjijat penyembuhan ini membuat Yesus semakin dikenal dan banyak orang mencari-Nya. Namun demikian, dalam Markus 1:35-39 dikisahkan Yesus sengaja pergi dari Kapernaum untuk berkeliling ke seluruh daerah Galilea guna mewartakan Injil (mengajar).
Yesus adalah pembawa kabar gembira keselamatan Allah. Warta ini disampaikan dengan cara mengajar agar orang mengerti dengan benar tawaran kasih Allah dan akhirnya bertobat dari segala dosa mereka. Mukjizat penyembuhan yang dilakukan Yesus merupakan buah dari iman orang yang disembuhkan, atau menjadi bagian dari cara Yesus agar iman tumbuh dan berkembang. Ketika Yesus dicari banyak orang semata-mata demi kesembuhan fisik, Yesus justru menghindar. Yesus memiliki daya ilahi karena Ia adalah Putera Allah. Daya ilahi itu dapat diterima dengan baik ketika kita menanggapinya dengan sepenuh iman. (R.YKJ)

Jumat, 23 Januari 2015

Minggu biasa III, Tahun B



Segera Meninggalkan Jala dan Mengikuti Yesus

Bacaan I: Yunus 3:1-5.10
Pelaksanaan tugas perutusan Yunus sebagai nabi untuk menyampaikan penghukuman terhadap warga kota Niniwe. Warta yang dibawa Yunus jutru menyadarkan warga Niniwe untuk bertobat dan berpuasa. Tindakan ini membuat Allah membatalkan rencana penghukuman-Nya.

Bacaan II: 1Kor.7:29-31
Paulus memberi nasihat agar hal-hal yang bersifat duniawi tidak terbuai, karena dunia ini tidaklah kekal. Kegembiraan sebagai orang yang percaya kepada Kristus melebihi kegembiraan karena hal-hal duniawi.

Bacaan Injil: Mrk. 1:14-20
Penginjil Markus mengawali kisah tentang permulaan karya Yesus secara ringkas dan ada lompatan peristiwa yang tidak dicatat dalam Injil Markus. Hal ini bisa kita lihat dari frasa “Sesudah Yohanes Pembaptis ditangkap…” (ay.15) dan “Ketika Yesus sedang menyusuri Danau Galilea…” (ay.16). Kisah tentang penangkapan Yohanes Pembaptis dan kisah tentang Yesus sesudah berpuasa di padang gurun dilompati oleh Penginjil Markus karena hendak menekankan perhatian yang harus beralih dari Yohanes Pembaptis kepada Yesus. Selain itu, Yesus yang mulai mewartakan Kerajaan Allah melakukan tindakan penting dengan memanggil murid-murid-Nya yang pertama.
Karya Yesus ditandai dengan seruan: “Waktunya telah genap. Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!” (ay.17). Kegenapan waktu, Kerajaan Allah dan Injil merupakan tiga hal yang tak terpisahkan. Allah telah mewahyukan kerajaan-Nya sejak Perjanjian Lama lewat para nabi, namun pewahyuan ini tidak ditanggapi dengan baik oleh umat perjanjian. Kerajaan Allah itu kini tergenapi dalam diri Yesus, sebagai Putera Allah yang diberikan kepada dunia. Perutusan Yesus adalah mewartakan kabar gembira (Injil) Kerajaan Allah.
Prolog permulaan karya Yesus ini kemudian dilanjutkan dengan kisah panggilan Yesus kepada murid-murid yang pertama. Markus (sebagaimana Injil Sinoptik) memposisikan Yesus yang aktif memanggil empat orang murid di Danau Galilea. Dalam bagian ini, kembali Markus menyajikan secara ringkas. Tidak ada dialog atau pertanyaan dari orang-orang yang dipanggil itu. Hal ini mau mengisyaratkan bahwa orang-orang yang dipanggil oleh Yesus itu telah menerima warta Yohanes Pembaptis dengan baik, sehingga mereka tidak mempertanyakan lagi panggilan itu, atau tidak memperdebatkannya di antara mereka. Bila kita telusuri Injil Markus lebih jauh, orang-orang Farisi, dkk mempertanyakan dan memperdebatkan Yesus karena mereka tidak terbuka pada warta Yohanes Pembaptis dan terhadap Yesus sendiri.
Kepada Simon dan Andreas, Yesus memanggil mereka dan berjanji hendak menjadikan mereka sebagai penjala manusia. Penjala manusia tentu ungkapan yang aneh pada masa itu. Namun demikian, mereka tidak mempertanyakan maksud Yesus. Tindakan mereka adalah segera meninggalkan jalanya dan mengikuti Yesus. Jala mereka hanya untuk menangkap ikan, sedangkan untuk menangkap manusia pastilah membutuhkan jala yang lain yang telah disiapkan oleh Yesus.
Panggilan berikutnya adalah terhadap Yakobus dan Yohanes. Markus tidak membubuhkan dialog atau kata-kata Yesus, meski demikian pastilah ada ajakan Yesus yang memanggil mereka. Reaksi dua orang ini pun kemudian mengikuti Yesus, tentu dengan meninggalkan jala, perahu dan orang-orang upahan. Keempat orang yang dipanggil oleh Yesus ini memiliki reaksi yang mirip dengan segera meninggalkan yang sedang mereka kerjakan dan kemudian mengikuti Yesus. Jala, perahu, ikan dan orang-orang upahan tidak lagi menjadi perhatian mereka karena kini perhatian mereka tertuju pada Yesus yang mereka ikuti.
Panggilan menjadi penjala manusia secara perlahan akan terbangun dalam diri para murid itu dengan mendengarkan pengajaran Yesus dan menyaksikan karya Yesus. Tugas sebagai penjala manusia akan benar-benar terwujud ketika mereka benar-benar “lulus” sebagai murid Yesus. Mereka akan menjadi pewarta yang handal bagi keselamatan Allah dalam diri Yesus ketika Yesus telah berlalu dari dunia ini dalam kebangkitan-Nya yang mulia. (R.YKJ)

Sabtu, 17 Januari 2015

Renungan Minggu biasa II/B



Minggu biasa II, tahun B

Bacaan I: 1Sam. 3:3b-10.19
Berisi tentang panggilan Samuel yang dikira Eli yang memanggilnya. “Bersabdalah Tuhan, hamba-Mu mendengarkan”, menjadi tanggapan Samuel atas panggilan Allah.

Bacaan II: 1Kor. 6: 13c15a.17-20
Berisi tentang nasihat Paulus bahwa orang yang percaya kepada Yesus diangkat menjadi tubuh mistik Kristus dan harus menghormati tubuhnya sebagai bait Roh Kudus. Dengan demikian, orang harus memperlakukan tubuh untuk memuliakan Allah, bukan justru menodai tubuh dengan perbuatan dosa.

Bacaan Injil: Yoh. 1:35-42
Kutipan Injil ini berisi tentang panggilan Yesus kepada murid-murid-Nya yang pertama. Kisah yang tersaji dalam Injil Yohanes ini memiliki perbedaan dengan kisah panggilan Yesus dalam Injil Sinoptik (Matius, Markus, Lukas). Perbedaan setting tempat (Betania dan Galilea/Genesaret) tidak menjadi persoalan karena di kedua tempat ini pastilah pernah dikunjungi Yesus ketika memanggil murid-murid-Nya. Kedua tempat itu juga masih berada di sekitar danau Galilea. Seturut maksud penulisan Injil Yohanes, Yesus, Sang Mesias adalah Sosok utama untuk menyelamatkan manusia. Mesias yang berasal dari Bapa harus lebih utama dari segala nabi dan guru, termasuk juga Yohanes Pembaptis.
“Lihatlah Anak domba Allah!” (ay.36) merupakan pengulangan dari kesaksian Yohanes Pembaptis tentang Yesus yang dibaptisnya di sungai Yordan (ay.29). Pengulangan kesaksian ini menghendaki efek bagi murid-murid Yohanes Pembaptis. Efek dari kesaksian itu adalah murid-murid Yohanes mengikuti Yesus. Yohanes Pembaptis mendorong kedua muridnya (Andreas dan Simon) untuk menjadi pengikut dan murid Yesus, Sang Mesias. Dalam hal ini, penginjil ingin agar label murid Yohanes Pembaptis digantikan dengan label murid Yesus. Memang demikian hendaknya, kerena Yohanes Pembaptis bertugas mempersiapkan bagi kedatangan Yesus, Sang Mesias. Karya Yesus sekaligus mengakhiri karya pewartaan Yohanes Pembaptis.
Tindakan aktif murid-murid Yohanes yang mengikuti Yesus menjadi pembeda pula dengan kisah dalam Injil Sinoptik. Dalam Injil Sinoptik, Yesuslah yang lebih aktif menjumpai dan memanggil murid-murid-Nya yang pertama di danau Genesaret. Dalam hal ini, Injil Yohanes hendak menekankan bahwa warta yang diterima dari Yohanes Pembaptis telah membuka hati murid-murid Yohanes Pembaptis untuk mengenal dan mengikuti Yesus.
“Apakah yang kamu cari?” (ay.39) menjadi pertanyaan Yesus kepada murid Yohanes ketika Ia mengetahui telah diikuti. Pertanyaan ini pastilah diucapkan dengan nada lembut sehingga mereka tidak mampu menjawab dengan tepat pertanyaan Yesus. Pertanyaan Yesus sebagai Putera Allah yang baru saja ditunjukkan oleh Yohanes pembaptis tentulah terkait soal pencarian tujuan hakiki hidup manusia. Maka, jawabannya tentu adalah keselamatan kekal. Namun justru jawaban murid Yohanes tersembunyi dalam pertanyaan: “Rabi, dimanakah Engkau tinggal?” Pertanyaan balik yang tidak sambung ini berlatar pemahaman bahwa seorang rabi (guru) memiliki tempat tinggal yang sekaligus bisa menjadi tempat belajar bagi murid-murid rabi tersebut.
Yesus mengajak dua murid Yohanes dengan kata-kata: “marilah dan kamu akan melihatnya” (ay.39). Ajakan ini diikuti dengan reaksi “mereka pun datang, melihat… dan… tinggal bersama-sama dengan Dia”. Kata kerja datang, melihat dan tinggal menjadi inspirasi bagi kita sebagai pengikut Yesus. Datang terlebih dahulu kepada Kristus, supaya kita bisa melihat dari dekat yang berarti mengenalnya untuk kemudian tinggal dan bersatu bersama-Nya. Tiga tindakan ini juga semestinya kita berlakukan untuk mengenali Allah yang hadir dalam diri sesama yang membutuhkan bantuan cinta kasih kita. Menjadi tindakan yang keliru dalam hal hidup beriman ketika kita melihat(-lihat) terlebih dahulu, datang dengan konsep yang kita miliki, dan tidak mau tinggal bersama dalam iman.*** (R.YKJ)