Maria Ratu Damai

Maria Ratu Damai

Kamis, 24 Februari 2011

Kamis, 24 Februari, 2011
Hari Biasa Pekan VII

Ia seperti pohon yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan tidak akan layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil --- Mzm 1:3

Doa Renungan

Allah Bapa kami yang maha pengasih, kami Kauperkenankan menyapa Engkau bapa. Tiada orang dapat membanggakan diri terhadap-Mu dalam kesalehan dan jasa. Semuanya kami terima daripada-Mu berkat kemurahan hati-Mu. Maka dengarkanlah kami senantiasa, sebab kami hanya bertahan, bila Kaubimbing dengan pengantaraan Kristus Tuhan kami. Amin.

Pembacaan dari Kitab Putra Sirakh (5:1-8)

"Jangan menunda-nunda berbalik kepada Tuhan."

Jangan mengandalkan kekayaanmu, dan jangan berkata: "Ini cukup bagiku." Hati dan kekuatanmu jangan kauturut untuk berlaku sesuai dengan hawa nafsu hatimu. Jangan berkata: "Siapa berkuasa atas diriku?" Memang Tuhan akan menghukum engkau dengan keras. Jangan berkata: "Betul, aku sudah berdosa, tetapi apakah menimpa diriku? Sebab Tuhan panjang hati." Jangan menyangka pengampunan terjamin, sehingga engkau menimbun dosa demi dosa. Jangan berkata: "Memang belas kasihan-Nya besar, dosaku yang banyak ini pasti diampuni-Nya." Sebab baik belas kasihan rnaupun kemurkaan ada pada Tuhan, dan geram-Nya turun atas orang jahat. Jangan menunda-nunda berbalik kepada Tuhan, jangan kautangguhkan dari hari ke hari. kemurkaan Tuhan, dan pada saat hukuman engkau dihancurkan. Jangan percaya pada harta benda yang diperoleh dengan tidak adil, sebab tidak berguna sedikitpun pada hari sial.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Berbahagialah orang yang mengandalkan Tuhan.
Ayat. (Mzm 1:1-2.3.4.6)
1. Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan kaum pencemooh; tetapi yang kesukaannya ialah hukum Tuhan, dan siang malam merenungkannya.
2. Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buah pada musimnya, dan tak pernah layu; apa saja yang diperbuatnya berhasil.
3. Bukan demikianlah orang-orang fasik; mereka seperti sekam yang ditiup angin. Sebab Tuhan mengenal jalan orang benar, tetapi jalan orang fasik menuju kebinasaan.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. Sambutlah sabda Tuhan, bukan sebagai perkataan manusia, melainkan sebagai sabda Allah.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (9:41-50)

"Lebih baik bagimu dengan tangan terkudung masuk dalam kehidupan, daripada dengan keduabelah tangan masuk dalam api yang tak terpadamkan."

Pada suatu hari berkatalah Yesus kepada murid-murid-Nya, "Barangsiapa memberi kalian minum air secangkir oleh karena kalian adalah pengikut Kristus, ia tak akan kehilangan ganjarannya. Barangsiapa menyesatkan salah seorang dari anak-anak kecil yang percaya ini, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia dibuang ke dalam laut. Dan jika tanganmu menyesatkan engkau, penggallah, karena lebih baik bagimu dengan terkudung masuk dalam kehidupan, daripada dengan utuh kedua belah tangan masuk dalam neraka, ke dalam api yang tak terpadamkan. Dan jika kaki menyesatkan engkau, penggallah, karena lebih baik bagimu dengan kaki timpang masuk ke dalam hidup, daripada dengan utuh kedua kakimu dicampakkan ke dalam neraka. Dan jika matamu menyesatkan engkau, cungkillah karena lebih baik bagimu masuk ke dalam kerajaan Allah dengan bermata satu daripada dengan bermata dua dicampakkan ke dalam neraka, di mana ulat-ulat bangkai tidak mati dan api tak pernah padam. Sebab setiap orang akan digarami dengan api. Garam itu memang baik! Tetapi jika garam menjadi hambar, dengan apakah kalian akan mengasinkannya? Hendaklah kalian selalu mempunyai garam dalam hidupmu dan selalu hidup berdamai seorang dengan yang lain."
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.

Renungan

Yesus mengajak agar setiap orang berani tegas terhadap diri sendiri demi kebahagiaan pribadi kita juga. Karena dalam kenyataan sering orang bersikap keras terhadap orang lain dan tidak terhadap diri sendiri. Oleh sebab itu Yesus ingin meluruskan yang keliru dalam pandangan umum. Keselamatan yang dianugerahkan Tuhan haruslah disambut dengan perjuangan manusia, yang kadang membutuhkan korban. Tuhan tidak minta banyak, yang utama mengikuti kehendak-Nya demi keselamatan diri kita.

Dalam realita zaman ini memang tidaklah mudah untuk mewujudkan keselamatan itu apalagi manusia cenderung untuk menikmati kesenangan pribadi yang justru menjauhkan dirinya dari keselamatan itu. Perhatikanlah berbagai kenikmatan daging yang sekarang semakin marak ditawarkan oleh dunia. Kenikmatan yang menguasai mata, telinga, tangan dan panca indera yang lainnya. Dalam situasi inilah sabda Yesus ini digemakan kembali. Maka kita yang mendengarkannya, baiklah bersikap tegas dan jangan mengabaikannya. Semuanya itu dikatakan demi kepentingan kita. Mari kita mulai dari diri kita untuk kemudian kita teruskan ajakan ini kepada sesama kita.

Tuhan Yesus, aku ingin bersikap tegas terhadap diriku terutama berhadapan dengan berbagai tawaran yang membuatku menjauh dari-Mu. Aku mohon kekuatan-Mu, ya Yesus, agar aku mampu berbenah diri. Amin.

Renungan Harian Mutiara Iman 2011

Minggu, 20 Februari 2011

Minggu, 20 Februari 2011
Hari Minggu Biasa VII
"Karena itu hendaklah kamu sempurna sama seperti Bapamu yang di surga adalah sempurna." (Matius 5:48)

Antifon Pembuka

Tuhan, aku percaya akan kasih setia-Mu, hatiku bergembira karena Engkau menyelamatkan daku. Aku bernyanyi bagi-Mu karena kebaikan-Mu terhadapku.

Doa Renungan

Allah Bapa kami bersama, kami ini sesama saudara se-Bapa. Ajarilah kami saling menaruh cinta kasih sebagaimana Engkau menyayangi kami semua. Robohkanlah tembok-tembok pemisah yang mengasingkan kami satu sama lain. Semoga kami tidak hanya menaruh cinta kasih kepada sahabat-sahabat kami saja, tetapi bersedia pula memaafkan siapa pun. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama Dikau dan dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, sepanjang segala masa. Amin.

Pembacaan dari Kitab Imamat (19:1-2.11-18)

"Engkau harus mengadili sesamamu dengan kebenaran."

Tuhan berfirman kepada Musa, "Berbicaralah kepada segenap jemaah Israel dan katakan kepada mereka: Kuduslah kamu, sebab Aku, Tuhan, Allahmu, kudus. Janganlah engkau membenci saudaramu di dalam hatimu, tetapi engkau harus berterus terang menegur orang sesamamu dan janganlah engkau mendatangkan dosa kepada dirimu karena dia. Janganlah engkau menuntut balas, dan janganlah menaruh dendam terhadap orang-orang sebangsamu, melainkan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri; Akulah Tuhan.
Demikianlah sabda Tuhan.
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan, do = a, 4/4, PS 823
Ref. Pujilah, puji Allah, Tuhan yang maharahim
Ayat. (Mzm 103:1-2.3-4.8+10.12-13; Ul: 8a)
1. Pujilah Tuhan, hai jiwaku!
Pujilah nama-Nya yang kudus, hai segenap batinku!
Pujilah Tuhan, hai jiwaku, jangan lupa akan segala kebaikannya.
2. Dialah yang mengampuni segala kesalahanmu, dan menyembuhkan segala penyakitmu!
Dialah yang menebus hidupmu dari liang kubur, dan memahkotai engkau dengan kasih setia dan rahmat.
3. Tuhan adalah pengasih dan penyayang, panjang sabar dan berlimpah kasih setia.
Tidak pernah Ia memperlakukan kita setimpal dengan dosa kita, atau membalas kita setimpal dengan kesalahan kita.
4. Sejauh timur dari barat, demikianlah pelanggaran-pelanggaran kita dibuan-Nya.
Seperti bapa sayang kepada anak-anaknya, demikian Tuhan sayang kepada orang-orang yang bertakwa.

Pembacaan dari Surat Pertama Rasul Paulus kepada umat di Korintus (1Kor 3:16-23)

"Kamu adalah tempat kediaman Allah."


Saudara-saudara, tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu? Jika ada orang yang membinasakan bait Allah, maka Allah akan membinasakan dia. Sebab bait Allah adalah kudus dan bait Allah itu ialah kamu. Janganlah ada orang yang menipu dirinya sendiri. Jika ada di antara kamu yang menyangka dirinya berhikmat menurut dunia ini, biarlah ia menjadi bodoh, supaya ia berhikmat. Karena hikmat dunia ini adalah kebodohan bagi Allah. Sebab ada tertulis: "Ia yang menangkap orang berhikmat dalam kecerdikannya." Dan di tempat lain: "Tuhan mengetahui rancangan-rancangan orang berhikmat; sesungguhnya semuanya sia-sia belaka." Karena itu janganlah ada orang yang memegahkan dirinya atas manusia, sebab segala sesuatu adalah milikmu: baik Paulus, Apolos, maupun Kefas, baik dunia, hidup, maupun mati, baik waktu sekarang, maupun waktu yang akan datang. Semuanya kamu punya. Tetapi kamu adalah milik Kristus dan Kristus adalah milik Allah.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Bait Pengantar Injil, do = g, 2/4, PS 952
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya
Sesudah ayat, Alleluya dilagukan dua kali.
Ayat. (1 Yoh 2:5)
Sempurnalah cinta Allah dalam hati orang yang mendengarkan sabda Kristus.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (5:38-48)

"Jangan melawan orang yang berbuat jahat kepadamu."

Dalam khotbah di bukit, Yesus berkata, “Kalian mendengar, bahwa dahulu disabdakan, ‘mata ganti mata; gigi ganti gigi’. Tetapi Aku berkata kepadamu, ‘Janganlah kalian melawan orang yang berbuat jahat kepadamu. Sebaliknya, bila orang menampar pipi kananmu, berikanlah pipi kirimu. Bila orang hendak mengadukan engkau karena mengingini bajumu, serahkanlah juga jubahmu. Bila engkau dipaksa mengantarkan seseorang berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil. Berikanlah kepada orang apa yang dimintanya, dan jangan menolak orang yang mau meminjam sesuatu dari padamu. Kalian telah mendengar bahwa disabdakan, ‘Kasihilah sesamamu manusia, dan bencilah musuhmu’. Tetapi Aku berkata kepadamu, ‘Kasihilah musuh-musuhmu, dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kalian.’ Karena dengan demikian kalian menjadi anak-anak Bapamu di surga. Sebab Ia membuat matahari-Nya terbit bagi orang yang jahat, dan juga bagi orang yang baik. Hujan pun diturunkan-Nya bagi orang yang benar dan juga bagi orang yang tidak benar. Apabila kalian mengasihi orang yang mengasihi kalian, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian? Dan apabila kalian hanya memberi salam kepada saudaramu saja, apakah lebihnya dari perbuatan orang lain? Bukankah orang yang tak mengenal Allah pun berbuat demikian? Karena itu kalian harus sempurna sebagaimana Bapamu di surga sempurna adanya.
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan

Renungan



MATA GANTI MATA, GIGI GANTI GIGI?

Injil Minggu Biasa VII/A kali ini, Mat 5:38:48 melanjutkan petikan dari Minggu lalu yang memuat pengajaran keras Yesus melebihi yang umum diajarkan para guru Taurat. Juga kali ini disodorkan dua contoh menghayati Taurat lebih dari sekadar menepati rumusan. Yang pertama Mat 5:38-39 menyangkut pembalasan kekerasan ala "mata ganti mata, gigi ganti gigi" dari ajaran Taurat seperti tercantum dalam Kel 21:24 dan Im 24:20. Yang kedua merujuk pada perintah "mengasihi sesama" sebagaimana didapati dalam Im 19:20. Bagaimana memahami pengajaran kali ini?

ARAH LUAR DAN ARAH DALAM

Seperti disarankan hari Minggu lalu, Injil Matius rupa-rupanya menggarisbawahi dua cara menghayati Taurat, bagi orang sekarang, dua cara menjalankan kehidupan beragama, yakni menepati yang diperintahkan dan menjauhi larangan; ini arah "luar". Cara kedua lebih menerima Taurat dan berusaha menemukan kehadiran Dia yang bersabda di dalamnya; ini arah "batin". Tak bisa dikatakan yang satu lebih unggul dari yang lain. Memang benar dalam keadaan hidup beragama orang Yahudi pada waktu itu, arah yang kedua bakal menggenapkan penghayatan Taurat. Itulah yang diajarkan Yesus kepada para murid yang berasal dari kalangan Yahudi saleh dan diutarakan kembali dalam petikan Injil Matius kali ini. Dalam kaitan itulah maka jelas maksud Yesus dalam Mat 5:17-18 bahwa ia datang bukan untuk meniadakan Taurat melainkan untuk menggenapinya.

Dalam arah inilah dapat didalami makna hukum Taurat mengenai pembalasan terhadap orang yang mencelakakan diri orang lain. Seperti terdapat dalam Mat 5:38, Yesus merujuk pada hukum Taurat yang berbunyi "mata ganti mata dan gigi ganti gigi". Tentunya acuannya ialah hukum yang termaktub dalam Kel 21:24. Guna memahaminya, baiklah disimak yang tertulis di situ dalam kaitan dengan konteksnya, yakni ayat 22-25: "Apabila ada orang berkelahi dan seorang dari mereka tertumbuk kepada seorang perempuan yang sedang mengandung, sehingga keguguran kandungan, tetapi tidak mendapat kecelakaan yang membawa maut, maka pastilah orang itu didenda sebanyak yang dikenakan oleh suami perempuan itu kepadanya dan ia harus membayarnya menurut keputusan hakim. Tetapi jika perempuan itu mendapat kecelakaan yang membawa maut, maka engkau harus memberikan nyawa ganti nyawa, mata ganti mata, gigi ganti gigi, tangan ganti tangan, kaki ganti kaki, lecur ganti lecur, luka ganti luka, bengkak ganti bengkak". Peraturan seperti ini menunjukkan bagaimana Taurat melindungi kehidupan dengan ganti rugi yang setimpal. Sekaligus ditunjukkan betapa nyawa dan kehidupan itu amat dihormati. Jadi hukum Taurat ini sebenarnya mengajarkan bagaimana orang hendaknya menghargai kehidupan orang lain seperti kehidupannya sendiri. Begitulah Taurat. Dan orang-orang yang mendengar perkataan Yesus yang merujuk ke hukum ini tentulah mengerti konteks hukum itu. Dengan latar ini maka akan lebih jelas maksud perkataan mengenai pembalasan. Tekanan utama bukan pada pembalasan melainkan pada menghormati kehidupan.

Pendengar diajak untuk mendalami ajaran agama agar mengenali dasarnya, dalam hal ini apa yang mendasari aturan balas tindak kekerasan seperti dirincikan dalam kutipan kitab Keluaran di atas. Cara Yesus menunjukkan inti hukum itu khas, yakni dengan bahasa "perintah" agar pendengarnya bisa paham. Tetapi yang dituju ialah agar orang mulai memikirkan apa dasar hukum itu. Demikian dikatakan dalam Mat 5:39, "Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapa pun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu." Bahasa hukum, bahasa perintah. Pendengar waktu itu tentu saja menyadari, wibawa pengajaran Yesus tidak setara dengan wibawa Taurat Musa. Kiranya Injil juga tidak bermaksud menunjukkan bahwa Yesus menggantikan Taurat seperti dikatakannya sendiri. Kata-kata itu justru untuk menggenapi Taurat. Seminar spontan berikut ini boleh jadi membantu.

KASIH PIPI KIRI BIAR DITAMPAR JUGA?

Kemarin di sebuah teras sebuah rumah angker di kawasan candi Semarang terjadi bincang-bincang spiritual virtual seperti berikut.

TERSIARIS: [rada beringas & sinis] Jadi pengikut Yesus mesti memalingkan pipi kiri sesudah ditampar pipi kanannya? Dus bila gereja dirusak, maka biarkan sekalian dibakar. Gitu kan?
MATT: [senyum] Ah, jangan gitu dong. Tampar kanan kiri itu kan bahasa didaktik, bahasa pengajaran untuk berpikir mengenai sikap orang beragama. Mesti ditangkap arah yang sesungguhnya. Yesus kali ini menunjukkan bahwa kekerasan itu tak berbatas. Memberikan pipi kiri setelah pipi kanan ditampar itu justru membuat orang melihat bahwa penghinaan terhadap orang lain bisa berkelanjutan. Orang diajak melihat hal ini dan menyadari bahwa kekerasan tak bisa diterima. Jadi mbok ya jangan harfiah tangkapannya.
BIDEL TAKON: [berkerut dahi] Lha kalau begitu tiga perkataan lain (ayat 40-42) ke sana arahnya? Bila ada orang yang mengklaim baju (maksudnya kan baju dalam), kasih kepadanya jubahmu (maksudnya pakaian luar) - sehingga orang kelihatan berpakaian dalam melulu? Lalu orang yang memaksamu jalan satu mil beri dia dua mil agar ia tahu bahwa permintaannya itu penting dan kau tanggapi lebih? Juga ajaran jangan menolak permintaan pinjam dimaksud agar orang menyadari pentingnya kebutuhan orang lain?
MATT: [sembari pencet-pencet Blackberry entah BBM ke siapa] Mulai mengerti nih! Iya ke sana arahnya. Perkataan-perkataan Yesus itu ajaran kepada orang Yahudi pada waktu itu untuk mengenali bagaimana mengerti intinya Taurat
SETY: Lha kalau sekarang bagaimana? Kan pendengarnya bukan seperti yang dulu dan bahkan tak semua tahu hukum Taurat?
MATT: [santai berkomentar] Justru itu perlunya mengerti apa yang dimaksud. Ayat-ayat tentang berikan pipi kiri untuk juga ditampar itu kan untuk menunjukkan kenyataan yang lebih dalam, yakni absurdnya penghinaan terhadap sesama. Warta Injil di situ.
TINI & TONO [terngiang dari kotbah Tom J.] Kalau begitu bukan barang baru, kita sudah tahu buruknya penghinaan dan kekerasan terhadap orang lain.
MATT: [sedkit mendelik] Apa Injil diharapkan mengajarkan yang muluk-muluk, yang rahasia-rahasia, yang samasekali baru! Itu bukan Injil dong. Injil itu kabar yang mesti melegakan, yang bikin gembira, bukan yang membebani. Yang bisa universal nilainya. Itu baru perintah baru! Bukan yang di permukaan dan itu itu melulu.

MENGASIHI SESAMA....

Mat 5:43-48 menampilkan Yesus merujuk pada perintah Taurat untuk mengasihi sesama seperti tercermin dalam Im 19:18, yang berbunyi demikian, "Janganlah engkau menuntut balas, janganlah menaruh dendam terhadap orang sebangsamu, melainkan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri". Perintah itu ditujukan kepada umat Perjanjian Lama dan tujuannya ialah untuk menjaga kedamaian di dalam umat. Peraturan itu menyangkut kehidupan umat dan tidak mengenai orang luar. Yesus merumuskan kembali dengan mengungkapkan implikasinya pada bagian kedua mengenai membenci musuh, "Kamu telah mendengar yang difirmankan: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu." Dengan demikian kasih hanya dibataskan pada golongan sendiri. Ini kiranya belum cukup dan bahkan akan menjadi karikatur apa itu kasih. Semestinyalah mengasihi sesama itu tidak terbatas pada kelompok sendiri. Oleh karena itulah dalam Mat 5:43-48 orang diajak mengusahakan agar perhatian serta kebesaran hati terhadap sesama mencakup siapa saja, bukan hanya kawan sendiri. Mengasihi itu upaya yang tak mengenal batas kelompok, apalagi kelompok agama. Itulah yang kiranya hendak disampaikan. Ini melengkapi kesetiakawanan.

SEMPURNA SEPERTI BAPAMU YANG DI SURGA SEMPURNA ?

Dalam Mat 5:48 Yesus mengimbau pendengarnya agar menjadi sempurna seperti "Bapamu yang ada di surga sempurna". Pernyataan ini menggemakan Im 19:2 yang berisi kata-kata Allah orang Israel kepada Musa begini, "Berbicaralah ke segenap umat Israel dan katakan kepada mereka: kalian jadilah kudus, sebab Aku Tuhan, Allahmu, kudus." Umat Perjanjian Lama diimbau agar sepenuhnya menjadi umatnya Tuhan mereka, yakni Allah yang kudus. Demikian maka Dia akan sungguh menjadi Allah mereka. Yesus mengajarkan sikap beragama yang baru, yakni berani mendekat kepada Tuhan Allah sebagai Bapa yang mengusahakan apa saja yang terbaik bagi yang sedia menerimanya sebagai Allah yang dekat, yang peduli pada kemanusiaan meski tidak selalu jelas. Baru terasa teguh bila diimani. Inilah yang dimaksud dengan menjadi sempurna seperti Bapa sendiri sempurna.

Salam hangat,
A. Gianto

Jumat, 18 Februari 2011

Sabtu, 19 Februari 2011
Hari Biasa Pekan VI

Setiap hari aku hendak memuji Engkau, dan hendak memuliakan nama-Mu untuk seterusnya dan selamanya. (Mzm 145:2)
Doa Renungan
Allah Bapa yang mahakuasa dan kekal, kasih setia-Mu lebih kuasa dari maut: yang telah Kauberikan kepada kami takkan dapat dicuri oleh orang lain. Kami mohon, lindungilah iman kami, bila rasa takut menghadapkan kami pada pilihan palsu. Dan bila hati kami menjadi bimbang oleh persoalan-persoalan hidup yang nyata, condongkanlah kami untuk bertahan dengan ulet dan mempercayakan diri kami kepada-Mu. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Tuhan kami. Amin.

Pembacaan dari Kitab Kejadian (11:1-7)

"Baiklah Kita turun dan mengacaubalaukan bahasa mereka."

Pada zaman dahulu seluruh bumi, satu bahasanya dan satu logatnya. Maka berangkatlah mereka ke sebelah timur dan menjumpai tanah datar di tanah Sinear, lalu menetaplah mereka di sana. Mereka berkata seorang kepada yang lain: "Marilah kita membuat batu bata dan membakarnya baik-baik." Lalu bata itulah dipakai mereka sebagai batu dan ter gala-gala sebagai tanah liat. Juga kata mereka: "Marilah kita dirikan bagi kita sebuah kota dengan sebuah menara yang puncaknya sampai ke langit, dan marilah kita cari nama, supaya kita jangan terserak ke seluruh bumi." Lalu turunlah TUHAN untuk melihat kota dan menara yang didirikan oleh anak-anak manusia itu, dan Ia berfirman: "Mereka ini satu bangsa dengan satu bahasa untuk semuanya. Ini barulah permulaan usaha mereka; mulai dari sekarang apapun juga yang mereka rencanakan, tidak ada yang tidak akan dapat terlaksana. Baiklah Kita turun dan mengacaubalaukan di sana bahasa mereka, sehingga mereka tidak mengerti lagi bahasa masing-masing."
Demikianlah sabda Tuhan,
U. Syukur kepada Allah

Mazmur Tanggapan
Ref. Ya Tuhan, aku hendak memuji nama-Mu selama-lamanya.
Ayat. (Mzm 145:2-3.4-5.10-11)
1. Setiap hari aku hendak memuji Engkau dan memuliakan nama-Mu untuk selama-lamanya. Besarlah Tuhan dan sangat terpuji; dan kebesaran-Nya tidak terselami.
2. Angkatan demi angkatan akan memegahkan karya-karya-Mu, dan akan memberitakan keperkasaan-Mu. Semarak kemuliaan-Mu yang agung akan kukidungkan, dan karya-karya-Mu yang ajaib akan kunyanyikan.
3. Segala yang Kaujadikan akan bersyukur kepada-Mu, ya Tuhan, dan orang-orang yang Kaukasihi akan memuji Engkau. Mereka akan mengumumkan kemuliaan kerajaan-Mu, dan akan membicarakan keperkasaan-Mu.

Bait Pengantar Injil, do = bes, 2/2, PS 957
Ref. Alleluya, alleluya
Ayat. (Mrk 9:6; 2/4)
Langit terbuka dan terdengarlah suara Bapa. "Inilah Anak-Ku terkasih; dengarkanlah Dia"

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (9:2-13)

"Yesus berubah rupa di depan para rasul."

Pada suatu hari Yesus berbicara tentang bagaimana Ia akan menderita sengsara. Sesudah itu Ia membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes, dan bersama mereka naik ke sebuah gunung yang tinggi. Di situ mereka sendirian saja. Lalu Yesus berubah rupa di depan mata mereka, dan pakaian-Nya menjadi sangat putih berkilat-kilat. Tak ada seorang pun di dunia ini yang sanggup mengelantang pakaian seperti itu. Maka nampaklah kepada mereka Elia dan Musa yang sedang berbicara dengan Yesus. Lalu Petrus berkata kepada Yesus, "Rabi, betapa bahagianya kami berada di sini. Baiklah kami dirikan tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa, dan satu untuk Elia." Petrus berkata demikian, sebab tidak tahu apa yang harus dikatakannya, karena mereka sangat ketakutan. Maka datanglah awan menaungi mereka dan dari awan itu terdengar suara, "Inilah Anak-Ku yang terkasih, dengarkanlah Dia!" Dan sekonyong-konyong, waktu memandang sekeliling mereka tidak lagi melihat seorang pun di situ kecuali Yesus seorang diri. Pada waktu mereka turun dari gunung itu, Yesus berpesan supaya mereka jangan menceritakan kepada siapa pun apa yang telah mereka lihat itu sebelum Anak Manusia bangkit dari antara orang mati. Mereka memegang pesan tadi sambil mempersoalkan di antara mereka apa yang dimaksud dengan "bangkit dari antara orang mati." Lalu mereka bertanya kepada Yesus, "Mengapa ahli-ahli Taurat berkata, bahwa Elia harus datang dahulu?" Yesus menjawab, "Memang Elia akan datang dahulu dan memulihkan segala sesuatu. Tetapi bagaimanakah halnya dengan Anak Manusia? Bagaimana tertulis bahwa Ia akan banyak menderita dan akan dihinakan? Tetapi Aku berkata kepadamu, memang Elia sudah datang, dan orang memperlakukan dia menurut kehendak mereka sesuai dengan yang tertulis tentang dia."
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!

Renungan

Banyak orang saat ini yang tidak lagi mempunyai kemampuan untuk 'mendengar', karena mereka sejak kecil jarang sekali 'didengar' oleh orang-orang di sekitarnya. Betapa sulitnya orang tua bersedia mendengar suara anak-anak mereka, mereka tidak punya cukup waktu dan kesabaran untuk mendengar. Maka jangan heran jika anak-anak ini pun kelak bertumbuh dewasa, dan mereka tidak punya kemampuan untuk mendengarkan orang lain.

Akibatnya manusia jadi tidak punya 'kepekaan' dan pembiasaan untuk mendengarkan satu sama lain. Dan bila manusia sudah tidak peka lagi untuk bisa mendengarkan 'suara' sesamanya yang kelihatan, apalagi mendengarkan suara Tuhan yang tidak kelihatan.

Hari ini Tuhan Allah meminta kita mendengarkan 'Anak' yang dikasihi-Nya. Bagaimana caranya? Tentu dengan membaca Firman Allah setiap hari. Dengan bertekun membaca Firman Allah entah mengerti ataupun tidak, maka Tuhan sendiri yang akan membukakan pengertian kita akan Allah dan kita mampu mendengar 'suara Tuhan' pada kita. Jika kita bisa mendengarkan suara Tuhan maka kita akan mampu mendengarkan orang lain memakai hati. Di sanalah kita akan 'melihat' kemuliaan Tuhan seperti yang dialami oleh tiga murid-Nya dalam Injil hari ini.

Tuhan Yesus, ajarilah aku untuk selalu bisa mendengarkan suara-Mu dalam setiap kegiatanku dan mendengarkan orang lain di sekitarku. Amin.

Renungan Harian Mutiara Iman 2011

Kamis, 17 Februari 2011

Jumat, 18 Februari 2011 Hari Biasa Pekan VI

Jumat, 18 Februari 2011
Hari Biasa Pekan VI

Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku. (Markus 8:34)

Doa Renungan

Allah Bapa yang mahabaik, betapa besarnya perhatian-Mu dalam hidupku. Semoga aku mampu menikmati kasih-Mu dan dengan rela memikul salib kami. Kami juga melihat secercah harapan yaitu kehidupan kekal dan kemuliaan yang daripada-Mu. Maka, berilah keteguhan kepada kami pada hari ini agar kami setia memanggul salib kami. Sebab Dialah Tuhan, Pengantara kami. Amin.

Pembacaan dari Kitab Kejadian (11:1-9)
"Baiklah Kita turun dan mengacaubalaukan bahasa mereka."

Pada zaman dahulu di seluruh bumi, satu bahasanya dan satu logatnya. Maka berangkatlah mereka ke sebelah timur dan menjumpai tanah datar di tanah Sinear, lalu menetaplah mereka di sana. Mereka berkata seorang kepada yang lain: "Marilah kita membuat batu bata dan membakarnya baik-baik." Lalu bata itulah dipakai mereka sebagai batu dan ter gala-gala sebagai tanah liat. Juga kata mereka: "Marilah kita dirikan bagi kita sebuah kota dengan sebuah menara yang puncaknya sampai ke langit, dan marilah kita cari nama, supaya kita jangan terserak ke seluruh bumi." Lalu turunlah TUHAN untuk melihat kota dan menara yang didirikan oleh anak-anak manusia itu,dan Ia berfirman: "Mereka ini satu bangsa dengan satu bahasa untuk semuanya. Ini barulah permulaan usaha mereka; mulai dari sekarang apapun juga yang mereka rencanakan, tidak ada yang tidak akan dapat terlaksana. Baiklah Kita turun dan mengacaubalaukan di sana bahasa mereka, sehingga mereka tidak mengerti lagi bahasa masing-masing." Demikianlah mereka diserakkan TUHAN dari situ ke seluruh bumi, dan mereka berhenti mendirikan kota itu. Itulah sebabnya sampai sekarang nama kota itu disebut Babel, karena di situlah dikacaubalaukan TUHAN bahasa seluruh bumi dan dari situlah mereka diserakkan TUHAN ke seluruh bumi.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Berbahagialah bangsa yang dipilih Tuhan menjadi milik pusaka-Nya.
Ayat. (Mzm 33:10-11.12-13.14-15)

1. Tuhan menggagalkan rencana bangsa-bangsa; Ia meniadakan rancangan suku-suku bangsa. Tetapi rencana Tuhan tetap selama-lamanya, rancangan hati-Nya turun-temurun.
2. Berbahagialah bangsa yang Allahnya Tuhan, suku bangsa yang dipilih Allah menjadi milik pusaka-Nya! Tuhan memandang dari surga, dan melihat semua anak manusia.
3. Dari tempat kediaman-Nya Ia menilik semua penduduk bumi. Dialah yang membentuk hati mereka, dan memperhatikan segala pekerjaan mereka.
Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. Kalian Kusebut sahabat-sahabat, sebab kepada kalian Kusampaikan apa saja yang Kudengar dari Bapa.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (8:34-9:1)

"Barangsiapa kehilangan nyawa demi Aku dan Injil akan menyelamatkan nyawanya."

Pada suatu ketika Yesus memanggil orang banyak dan murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku. Karena siapa yang mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku dan karena Injil, ia akan menyelamatkannya. Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia kehilangan nyawanya. Karena apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya? Sebab barangsiapa malu karena Aku dan karena perkataan-Ku di tengah-tengah angkatan yang tidak setia dan berdosa ini, Anak Manusiapun akan malu karena orang itu apabila Ia datang kelak dalam kemuliaan Bapa-Nya, diiringi malaikat-malaikat kudus." Kata-Nya lagi kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya di antara orang yang hadir di sini ada yang tidak akan mati sebelum mereka melihat bahwa Kerajaan Allah telah datang dengan kuasa."
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.

Renungan

Anton pusing bukan kepalang, sudah empat bulan dia lulus dari perguruan tinggi tapi ia belum juga mendapatkan pekerjaan. Sebenarnya sudah beberapa kali Anton berhasil masuk sampai tahap wawancara, tapi setelah itu panggilan kerja yang ia tunggu-tunggu tak juga datang.

Suatu hari ia bertemu dengan teman kuliahnya dulu. Temannnya itu baru saja pulang kerja. Lalu, masuklah mereka ke sebuah restoran dan mengobrol di sana. Anton kemudian menceritakan kesulitan yang dialaminya dalam mencari pekerjaan. "Masa beberapa perusahaan yang aku lamar memintaku untuk bekerja lembur pada hari-hari tertentu dan setiap enam bulan sekali karyawannya akan ditugaskan ke luar kota. Ya aku tidak mau lah...", keluh Anton.

Temannya itu lalu menjawab "Aku tahu sekarang kenapa sampai sekarang hari ini kamu belum juga mendapat pekerjaan. Kalau kamu mau ikut perusahaan tertentu, itu berarti kamu juga harus siap mengikuti aturan-aturan yang ada dan keputusan-keputusan yang ditetapkan perusahaan tersebut kepada karyawannya. Tidak bisa bersikap semau kita sendiri. Dari sana perusahaan akan melihat komitmen kita terhadap perusahaan tersebut." Mendengar hal itu, Anton hanya terdiam dan memikirkan masukan dari temannya itu.

Sering kali kita pun bersikap seperti Anton. Kita mau mengikuti suatu hal, tetapi kita sendiri tidak mau merendahkan hati untuk sungguh-sungguh mengikuti hal tersebut. Hal mengikuti Yesus tentu saja lebih besar dari hal mencari pekerjaan. Ada banyak hal yang dituntut Yesus dari kita bila kita ingin mengikuti-Nya dan mendapatkan keselamatan. Seperti yang Yesus katakan, bahwa mengikuti Dia berarti harus siap menyangkal diri dan memikul salib.

Mengikuti Yesus tidak bisa setengah-setengah. Meskipun keputusan dan sikap yang kita ambil membuat kita menderita, tapi itulah salib yang harus kita tanggung bila mau mengikut Dia, karena memang Yesus menginginkan komitmen 100% dari para pengikut-Nya.

Tuhan Yesus, aku sungguh ingin mengikuti Engkau dengan segenap hatiku. Bimbing aku agar dari hari ke hari komitmenku kepada-Mu semakin penuh. Amin

Oase Rohani 2011, Renungan dan Catatan Harian