Persekutuan dengan Para Kudus
Bacaan Pertama: Wahyu 7:2-4.9-14
Kitab Wahyu ini memberikan gambaran keselamatan yang dikehendaki Allah
sering diganggu oleh kekuatan kerajaan kegelapan. Allah senantiasa menjamin
agar keselamatan-Nya terjadi di bumi atas manusia. Ia mengutus malaikat-Nya yang
membawa meterai untuk menandai orang-orang yang percaya kepada Anak Domba
Allah, Yesus Kristus. Kepercayaan terhadap Anak Domba Allah membuat banyak
orang disucikan dengan kurban darah-Nya dan dimasukkan dalam keselamatan kekal
dalam kerajaan Allah.
Bacaan Kedua: 1 Yohanes 3:1-3
Status sebagai anak-anak Allah diperoleh karena manusia disatukan dalam
diri Kristus, Anak Allah yang menjadi Manusia. Kristus menjadi jaminan atas
status kita sebagai anak-anak Allah. Ia telah menguduskan dunia dengan kurban
salib-Nya dan kelak pun Ia akan menyucikan kita agar kita tetap bersatu dalam
kemuliaan-Nya yang sempurna dalam kehidupan kekal.
Bacaan Injil: Matius 5:1-12a
Minggu ini kita merayakan Hari Raya Semua Orang Kudus. Liturgi mengambil
bacaan khusus karena pada prinsipnya liturgi hari raya disamakan dengan liturgi
hari Minggu. Hari Raya Semua Orang Kudus mengingatkan kita pada kesatuan dan
hubungan dengan seluruh anggota Gereja. Kita yang masih hidup berjuang di dunia
adalah anggota Gereja sedang berziarah di dunia dan para pendahulu kita yang
sudah masuk surga adalah Gereja yang mulia, sedangkan mereka yang sudah
meninggal namun masih mengalami penyucian adalah Gereja yang dimurnikan. Dalam
konteks inilah kita merayakan semua orang kudus yang menjadi harapan dan
cita-cita bahwa kelak kita tergabung bersama mereka dan juga pada tgl 2
Nopember kita memperingati arwah semua orang beriman untuk mendoakan mereka
agar Allah berkenan mengampuni mereka.
Bacaan Injil untuk Hari Raya Semua Orang Kudus ini merupakan bagian awal
dari khotbah di bukit. Khotbah di bukit dalam Injil Matius mencakup bab 5
hingga bab 7. Secara keseluruhan, khotbah ini berisi prinsip-prinsip dasar
sebagai pengikut Kristus, yakni: (1) semangat yang harus menjiwai anggota-anggota
Kerajaan Allah, Mat 5:3-48; (2) semangat yang harus "menggenapi"
hukum dan adat-istiadat Yahudi, Mat 6:1-18; (3) perihal sikap terhadap harta benda
dan kekayaan, Mat 6:19-34; (4) perihal hubungan dengan sesama manusia, Mat
7:1-12; (5) untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah, orang harus mengambil
keputusan yang pantang mundur, lalu melaksanakannya dengan perbuatan, Mat
7:13-27.
Bacaan Injil kali ini merupakan bagian awal khotbah di bukit dalam Matius
yang berisi sabda bahagia. Yesus berkhotbah kepada banyak orang, bukan hanya
khusus untuk 12 murid-Nya. Bukit yang dimaksudkan berada di daerah Kapernaum,
meskipun tidak disebutkan namanya. Dalam awal khotbah-Nya ini, Yesus menekankan
bahwa mereka yang disebut bahagia adalah orang-orang yang lapar dan haus akan
kebenaran yang diajarkan Yesus. Bahagia merupakan kondisi batin orang-orang
yang bersandar pada kehendak Allah.
“Berbahaialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang
empunya Kerajaan Surga”. Miskin di hadapan Allah tidak sama dengan keadaan
miskin menurut dunia ini. Sifat kemiskinan memiliki keadaan yang sama dengan
sifat anak-anak yang lemah, terbatas, dan yang kecil. Sifat lemah, terbatas,
dan kecil di hadapan Allah justru akan menumbuhkan iman yang teguh dan hanya
bergantung pada Allah, sumber keselamatan.
“Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur.”
Dukacita yang dimaksudkan terkait dengan keadaan “miskin”, lemah di hadapan
Allah. Manusia karena kelemahannya seringkali jauh dari rahmat Allah kerena
dosa yang dilakukannya. Dosa manusia membuat sedih hati Allah yang menhendaki
keselamatan manusia. Atas kelemahan yang sering membuat berdosa, orang harus
menyadari dan menyesalinya, rasa sedih yang mendalam (berdukacita) agar Allah
yang Maharahim memberikan pengampunan dan penghiburan yang sejati.
“Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi.”
Lemah lembut dikaitkan dengan sifat Yesus sendiri yang rendah hati dan patuh
pada kehendak Allah. Orang yang percaya kepada Kristus haruslah menyelaraskan sifat
dan sikapnya agar sesuai dengan kerendahan hati Yesus Kristus. Memiliki bumi
berarti merasakan keadaan di dunia seperti keadaan surgawi, yakni Allah yang
meraja dalam hati. Ini pula menandakan keadaan kerajaan Mesianis yang mulai
dirasakan di bumi ini.
“Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka
akan dipuaskan.” Lapar dan haus akan kebenaran merupakan kondisi kerinduan
mendalam terhadap kebenaran Allah yang hendak menyelamatkan manusia. Kerinduan
mendalam ini sekaligus sebagai gambaran ketidakpuasan terhadap kemampuan rohani
untuk selalu berada dalam kebenaran Allah. Orang yang tidak puas terhadap
keadaan rohaninya dan memiliki kerinduan mendalam akan kebenaran Allah pastilah
akan terus berupaya untuk mendapatkan dan memiliki kebenaran Allah dan Allah
akan memuaskannya.
“Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh
kemurahan.” Sikap murah hati berkaitan dengan berbelas kasih terhadap sesama
yang menderita dan berdosa sehingga mengupayakan pertolongan secara manusiawi
maupun rohani. “Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan
melihat Allah.” Suci hati adalah keadaan iman dan moral yang tidak dicemari
dosa. Suci adalah sifat dasar ke-Allah-an, sehingga mereka yang memiliki hati
yang suci mendapat penglihatan tentang Allah dan kelak disempurnakan dalam
kemuliaan Allah. “Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan
disebut anak-anak Allah.” Layaknya sikap murah hati, sikap membawa damai adalah
sifat dasar Allah dan Kristus yang adalah damai sejahtera. Orang yang menjadi
pembawa damai akan dihormati secara layak sebagai anak-anak Allah.
“Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah
yang empunya Kerajaan Surga…” Orang yang membela kebenaran sering mendapatkan
perlakuan kurang baik, bahkan sampai menderita penganiayaan. Situasi ini akan
diluruskan saat kedatangan kerajaan surga, sehingga orang yang benar akan
ditempatkan dalam kerajaan surga. Para nabi telah menubuatkan kerajaan Allah
dan mereka menanggung penderitaan dalam pewartaannya. Namun demikian, mereka
akan mendapatkan kebahagiaan dalam kerajaan Allah.
Sabda Bagia yang disampaikan Yesus ini tepatlah kita renungkan pada Hari
Raya Semua Orang Kudus. Kita telah dikaruniai kekudusan dalam penebusan Yesus
Kristus dan kita berjuang untuk senantiasa kudus dalam hidup kita agar kelak
ikut tergabung dalam persekutuan para kudus di surga. Membangun kekudusan
bukanlah suatu “proyek wah” yang membuat kagum banyak orang. Kekudusan kita
bangun dari hal-hal sederhana dalam hidup kita dengan beriman secara teguh dan
mewujudkannya dalam hidup doa, serta amal kasih kepada sesama. (R.YKJ)