Maria Ratu Damai

Maria Ratu Damai

Sabtu, 28 Mei 2016

Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus, Tahun C

Kurban Cinta Kasih Allah

Bacaan Pertama: Kejadian 14: 18-20
Melkisedek mengurbankan persembahan bagi Abraham dan memberi berkat atasnya. Kurban dan berkat itu melambangkan Abraham sebagai bapa bangsa dan menghadirkan keturunan yang diberkati Allah.

Bacaan Kedua: 1 Korintus 11: 23-26
Paulus menuliskan tindakan Yesus pada perjamuan malam terakhir. Atas roti dan piala, Yesus mengambilnya, bersyukur, memecah dan mrmbagi/mengedarkan, serta mengatakan bahwa roti itu adalah tubuh-Nya dan anggur itu adalah darah-Nya.

Bacaan Injil: Lukas 9: 11b-17

Bacaan Injil Lukas ini menjadi bagian dari karya Yesus yang semakin dikenal banyak orang. Yesus bersama para murid-Nya menyingkir ke Betsaida agar memiliki waktu sejenak untuk mereka sendiri dan untuk istirahat. Meskipun menyingkir diam-diam, toh banyak orang yang mengetahui dan mengikuti Yesus.

Yesus dan karya-Nya pastilah menjadi buah bibir orang banyak. Apalagi Yesus mengajar penuh wibawa dan mengadakan banyak mukjizat. Orang-orang yang mengikuti perjalanan Yesus pasti menarik perhatian banyak orang dan mereka pun mengikuti Yesus hingga sejumlah kira-kira lima ribu orang.

Sesudah Yesus mengajar dan menyembuhkan banyak orang, para murid meminta Yesus agar menyuruh orang banyak mencari makan dan penginapam sebab malam sudah mendekat. Inisiatif itu tampak perhatian pada nasib banyak orang. Namun sebenarnya mereka tidak mau repot menyediakan makan untuk orang sebanyak itu.

Yesus menegaskan bahwa para muridlah yang harus memberi mereka makan. Para murid masih menghindar dengan mengatakan bahwa mereka hanya punya lima roti dan dua ikan. Untuk orang sebanyak itu pasti mereka tidak punya cukup uang.

Yesus berinisiatif memberi orang banyak itu makan. Ia menyuruh para murid untuk mengatur orang banyak duduk berkelompok. Yesus kemudian mengambil roti dan ikan, mengucap syukur, memecahkannya dan memberikan kepada para murid untuk diteruskan ke kelompok-kelompok orang banyak yang duduk itu.

Mukjizat penggandaan roti sungguh terjadi sehingga orang banyak itu makan kenyang dan tersisa 12 bakul penuh roti. Yesus mengajarkan cinta kasih dan berpraktik langsung dengan membagi roti yang seharusnya dimakan Yesus dan para murid-Nya. Tindakan kerelaan ini pastilah membuat banyak orang rela berbagi makanan yang mereka bawa.

Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus menjadi perayaan cinta kasih Allah yang menghadirkan Putera-Nya sebagai kurban. Setiap kali diadakan Ekaristi, Yesus mengulang substansi kurban salib-Nya dan memberikan tubuh dan darah-Nya sebagai santapan rohani.

Ekaristi berdayaguna bagi orang beriman yang percaya pada Kristus. Ekaristi menuntut misi perutusan: marilah pergi, kita diutus. Kita diutus untuk berbagi seperti Kristus dan mencintai sesama. Bersama mereka yang menyambut komuni pertama kali, mari kita bersyukur dan mewujudkan perutusan cinta Kristus dalam hidup dan karya kita. (R.YKJ)

Sabtu, 21 Mei 2016

Hari Raya Tritunggal Maha Kudus

Dalam Nama Bapa, Putera dan Roh Kudus

Bacaan Pertama: Amsal 8: 22-31
Kebijaksanaan Allah dipersonifikasi sebagai pribadi yg menyertai karya Allah atas dunia seisinya. Kebijaksanaan itu telah ada sejak dahulu bersama Allah dan menyukakan Allah. Kebijaksanaan Allah itu memberi jalan kepada manusia agar bahagia.

Bacaan Kedua: Roma 5: 1-5
Kebanaran dan kasih Allah diberikan dalam diri Yesus Kristus. Iman kepada Kristus menimbulkan pengharapan akan kemuliaan Allah. Orang beriman harus tahan uji dalam perjuangan hidup dan iman meskipun kadang menghadapi penderitaan seperti Kristus.

Bacaan Injil: Yohanes 16: 11-15

Yesus memberikan pesan-pesan terakhirnya kepada para murid-Nya. Yesus mengetahui bahwa Ia akan sengsara dan wafat di salib. Para murid Yesus juga akan mengalami penderitaan karena iman mereka. Para murid belum bisa menanggung semua yg diketahui Yesus itu karena para murid belumlah memiliki iman teguh yg tahan uji.

Yesus menjanjikan Roh Kudus sebagai Roh Kebenaran. Roh Kudus memimpin pada kebenaran karena pada dasarnya Ia adalah benar. "Memimpin" berarti mengarahkan dengan bijaksana, mengupayakan manusia berpikir, memilih dan bertindak benar.

Roh Kudus bukan berkarya dari diri-Nya sendiri, namun berkarya dalam kesatuan dengan Bapa dan Putera. Kebanaran yang disampaikan Roh Kudus berasal dari Allah. Ia mengajar segala sesuatu yang telah didengar dari Bapa. Ajaran Roh Kudus juga bersumber dari hubungan-Nya dengan Allah Putera sehingga tidak akan bertentangan dengan ajaran Yesus.

Roh Kudus juga memiliki tugas memberitakan hal-hal yang akan datang kepada para murid Kristus. Nubuat akan disampaikan bukan sekedar ramalan, namun berisi penyampaian jalan keselamatan yang harus dilalui para murid. Nubuat ini tidak maksudkan membuat para murid pesimis, tapi justru siap menjalani iman meskipun hrs ikut menderita seperti Yesus.

Roh Kudus juga hendak memuliakan Yesus Kristus karena mengajar apa yang telah diterima dari Yesus. Kemuliaan Allah terlaksana bila Allah meraja atas manusia. Allah yang meraja diantaranya adalah pelaksanaan kehendak Allah seperti yang diajarkan Yesus. Dengan demikian, ketika Roh Kudus mengajarkan kebenaran dan cinta kasih berarti Yesus dimuliakan dalam karya Roh Kudus.

Yesus mengungkapkan pula kesatuan antara Bapa, Putera dan Roh Kudus. Dalam kebersamaan ke-Allah-an itu, maka secara bersama2 Allah memiliki kuasa, kemuliaan, dan kekudusan yang mengupayakan keselamatan manusia. Tata keselamatan Allah dilaksanakan dalam kebersamaan Tri Tunggal Maha Kudus dan dalam tindakan masing2 pribadi Allah.

Tri Tunggal Allah: Allah adalah satu dalam tiga pribadi, Allah terwujud dalam tiga pribadi namun hakikatnya adalah satu. Pribadi Allah adalah Bapa, Putera dan Roh Kudus, namun satu dalam kealahan. Allah demikian tidak bisa dikupas habis dalam pikiran manusia yg dicipta oleh Allah.

Banyak hal diungkap untuk mengumpamakan Tri Tunggal Maha Kudus. Misalnya secangkir kopi yang terdiri dari gula, kopi dan air panas. Ketika telah teraduk,  kita tidak bisa bedakan gula, kopi dan airnya namun bisa kita rasakan ketika menyentuh lidah dan tenggorokan kita. Namun demikian, Tritunggal bukan sekedar secangkir kopi. Juga misalnya seorang laki2 berperan sebagai ayah, guru sekolah dan jetua RT. Tiga peran tapi satu orang. Namun Tri Tunggal bukan sekedar beda peran karena Allah Tri Tunggal sungguh tiga pribadi dan berhakikat satu.

Ketika kita belum memahami Allah Tri Tunggal secara lengkap, kita cukup membuka hati dan merasakan karya Allah dalam hidup dan iman kita. Iman yang kita pahami juga kadang terbatas pada kemampuan kita untuk menjelaskan kepada orang lain. Maka, perlu kita membiarkan Roh Kudus untuk menjelaskan kebenaran Allah ini untuk diri kita dan orang lain. Yang terpenting adalah setiap kali kita buat tanda salib, maka kita sudah mengungkapkan iman pada Tri Tunggal sekaligus berpasrah pada-Nya. (R.YKJ)

Sabtu, 14 Mei 2016

Minggu H.R. Pentakosta, Tahun C



Roh Kudus: Pancaran Kasih Ilahi

Bacaan Pertama: Kisah Para Rasul 2:1-11
Kisah Para Rasul ini menceritakan peristiwa turunnya Roh Kudus atas para rasul. Kedatangan Roh Kudus diawali dengan bunyi seperti tiupan angin keras dan tampak lidah-lidah seperti nyala api menghinggapi mereka masing-masing. Kedatangan Roh Kudus menjadikan para rasul mampu berkata-kata dalam banyak bahasa. Orang banyak yang ikut menyaksikan peristiwa itu datang dari berbagai daerah dan mereka mendengar kata-kata yang diucapkan para rasul dalam bahasa mereka masing-masing. Roh Kudus mewartakan kemuliaan Allah sekaligus menyatukan semua orang yang percaya kepada Kristus.

Bacaan Kedua: Roma 8:8-17
Paulus menekankan peranan Roh Kudus dalam diri orang beriman mengarahkan seseorang pada kehidupan rohani. Roh Allah selalu memimpin pada kebenaran sehingga segala perbuatan jasmani (daging) yang bertentangan dengan kehendak Allah harus dijauhi. Selain itu, Roh Kudus menjadikan orang beriman sebagai anak-anak Allah dan menjadi ahli waris kerajaan Allah. Status sebagai ahli waris ini harus dijaga dalam kesetiaan iman meskipun harus menghadapi penderitaan karena iman.

Bacaan Injil: Yohanes 14:15-16.23b-26
Perjamuan malam terakhir menjadi kesempatan Yesus untuk meneguhkan iman para murid-Nya. Tinggal sesaat saja kebersamaan para murid dengan Yesus sebelum Yesus menderita dan wafat di salib. Kebangkitan Yesus dan kenaikan-Nya ke surga tidak meninggalkan begitu saja para murid-Nya. Yesus menjanjikan Roh Kudus kepada para murid-Nya yang akan menyertai mereka.
Yesus mengatakan kepada para murid-Nya “Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku”. Dalam ungkapan ini, Yesus seperti Allah perjanjian yang mengikat janji dengan bangsa pilihan. Yesus telah mengasihi para murid-Nya agar dunia menerima keselamatan. Kasih Allah yang menyelamatkan itu membutuhkan jawaban para murid yang juga mengasihi Yesus yang adalah Mesias. Allah dalam diri Yesus telah berinisiatif mengasihi manusia dan para murid, maka Yesus, seperti juga Allah, berhak untuk dikasihi dan dituruti.
Yesus menegaskan pula bahwa seseorang yang mengasihi-Nya akan menuruti firman-Nya dan Bapa akan mengasihinya. Kasih orang beriman menuntut perwujudan nyata dalam pelaksanaan firman yag disampaikan Yesus, terutama ajaran cinta kasih. Yesus tidak mengajar dari diri-Nya sendiri, namun senantiasa dalam kesatuan dengan Bapa-Nya. Dengan demikian, kasih kepada Yesus dengan melaksanakan ajaran-Nya menjadikan seseorang dikasihi pula oleh Bapa.
Hasil ketaatan dari tindakan mengasihi Tuhan dan melaksanakan ajaran Yesus adalah “Bapa-Ku akan mengasihi dia, dan Kami akan datang kepadanya, dan diam bersama-sama dengan dia”. Hal ini merupakan berkat Allah yang diberikan kepada orang-orang yang taat beriman, berkat sempurna kelak akan diterima ketika seseorang menerima persatuan penuh dengan Allah dalam kerajaan surga.
Pada ayat 15, Yesus menjanjikan seorang Penolong yang lain yang diberikan Bapa karena diminta oleh Yesus. Penolong itu adalah Roh Kudus yang menonjolkan sisi pribadi-Nya yang hendak menyertai para murid Yesus. Penolong dalam bahasa Yunani adalah Parakletos yang berarti penolong atau penghibur dan pengacara. Ketiga arti kata ini yang hendak diemban dalam karya Roh Kudus menjadi penolong, penghibur dan pembela orang beriman.
Peranan Parakletos dijelaskan oleh Yesus pada ayat 26. Sesudah Yesus pergi, Roh Kudus akan menggantikan peran Yesus bagi kaum beriman. Roh Kudus berperan sebagai pengacara orang beriman di hadapan Bapa. Layaknya seorang pengacara, Roh Kudus akan menjadi Pembela orang beriman di hadapan penghakiman dunia dan juga di hadapan Bapa. Roh Kudus juga berperan sebagai penghibur yang senantiasa menumbuhkan pengharapan iman dan penyertaan ilahi bagi orang beriman.
Parakletos juga sebagai Roh Kebenaran yang memimpin orang beriman kepada kebenaran Allah. Kebenaran Allah itu adalah pengertian akan Allah yang menciptakan dunia dan menyelamatkan lewat Putera Tunggal-Nya. Roh itu akan membuat mereka mengerti rahasia Kristus  sebagai penggenapan Kitab Suci dan membuat mereka mengerti segala perkataan dan tanda yang dibuat oleh Yesus. Roh Kuduslah yang nantinya akan memberikan nasihat dan membuka hati para murid untuk memahami ajaran dan karya Yesus.
Kita yakin dan percaya bahwa Roh Kudus kini diberikan pula kepada kita sebagai murid-murid Yesus agar mampu menjadi saksi bagi cinta kasih Allah. Secara sakramental, baptisan dan krisma menjadikan diri kita secara penuh menerima Roh Kudus. Namun demikian, ketaatan imanlah yang akan membuktikan ketangguhan iman kita. Maka kita memiliki tugas untuk terus-menerus terbuka pada penyelenggaraan ilahi oleh Roh Kudus. Hati yang bersih merupakan tempat yang baik bagi kediaman Roh Kudus agar Ia dapat memberikan penghiburan, pertolongan, nasihat; bimbingan pada kebijaksanaan, pengertian, kekuatan iman, kesalehan, dan ketaatan pada Allah. (R.YKJ)

Sabtu, 07 Mei 2016

Minggu Paskah VII, Tahun C (Hari Komunikasi Sedunia ke-50)



Yesus Mengkomunikasikan Kasih Bapa

Bacaan Pertama: Kisah Para Rasul 7:55-60
Stefanus dengan berani membela imannya akan Yesus Kristus, bahkan ia mengalami kemartiran karena mati demi imannya. Di akhir hidupnya ketika Stefanus disidang oleh Mahkamah Agama, ia menyaksikan kemuliaan Allah dan Yesus berdiri di sebelah kanan Allah. Perkataan Stefanus atas penglihatan kemuliaan Allah itu semakin membuat orang banyak menyerbu, menyeret Stefanus ke luar kita dan melemparinya dengan batu. Sebelum kematiannya itu, Stefanus masih berdoa mohon pengampunan atas dosa orang-orang yang telah menyiksanya itu. Saulus menjadi pimpinan dalam penganiayaan itu, dan saulus kelak akan mengalami pertobatan dan menjadi Paulus.

Bacaan Kedua: Kitab Wahyu 22:12-14.16-17.20
Wahyu kepada Yohanes mengungkapkan pernyataan diri Yesus sebagai Alfa dan Omega, Yang Awal dan Yang Akhir. Orang-orang yang percaya kepada Yesus digambarkan sebagai orang-orang yang membasuh jubah mereka, menyucikan diri dalam penebusan Yesus. Yesus telah mengutus para malaikat-Nya untuk memberi kesaksian tentang diri Yesus. Roh Kudus senantiasa mendampingi orang-orang yang percaya kepada Yesus dalam penantian kedatangan Yesus dalam kemuliaan.

Bacaan Injil: Yohanes 17:20-26

Bacaan Injil ini mengisahkan bagian dalam perjamuan malam terakhir Yesus bersama para murid-Nya. Doa ini diucapkan Yesus menjelang perpisahan-Nya dengan para murid-Nya, sehingga doa ini tidak terpisahkan dari peristiwa salib dan kebangkitan Kristus. Doa ini penting bagi para murid Yesus karena Yesus saat itu bertindak sebagai pemimpin perjamuan yang menjadi simbol sebagai Imam Agung. Doa ini sekaligus menjadi pengajaran bagi para murid-Nya agar mengetahui hubungan Yesus dengan Bapa-Nya.
Doa ini menggambarkan keilahian Yesus yang telah mengetahui bahwa para murid-Nya akan mewartakan tentang keselamatan Allah, sehingga Yesus berdoa juga bagi orang-orang yang percaya kepada-Nya karena pewartaan yang kelak disampaikan oleh para murid-Nya. Pewartaan para murid akan menghasilkan banyak orang yang menjadi percaya kepada Yesus. Yesus menghendaki bahwa semua orang yang percaya kepada-Nya menjadi satu. Satu dalam pengertian terus-menerus bersatu dalam hati, tujuan dan kehendak untuk sampai pada keselamatan Allah. Kesatuan orang-orang yang mengimani Yesus bersumber dari kesatuan Yesus dengan Bapa-Nya. Berkali-kali dalam doa ini, Yesus mengungkapkan kesatuan-Nya dengan Bapa dan kesatuan-Nya dengan para murid-Nya.
Yesus juga telah memberikan kemuliaan-Nya kepada para murid-Nya. Kemuliaan Yesus bukan hanya terjadi pada peristiwa kebangkitan dan kenaikan-Nya ke surga, namun terjadi justru dengan menghampakan diri, mengurbankan diri dan wafat di salib demi penebusan manusia. Demikian juga para murid Yesus akan mengalami kemuliaan ketika menjadi pelayan yang rendah hati dan rela memanggul salib karena iman akan Yesus Kristus.
Kemuliaan Yesus dan kesatuan-Nya dengan Bapa menggambarkan kasih antara Bapa dengan Yesus. Demikian juga kemuliaan dan kesatuan Yesus dengan para murid-Nya melambangkan kasih Yesus dan Bapa kepada para murid, bahkan kepada dunia. Yesus telah merindukan saat para murid mewartakan keselamatan Allah dalam diri-Nya dan rindu banyak orang menjadi percaya sehingga mendapatkan keselamatan dengan memandang kemuliaan Yesus yang diberikan oleh Bapa sejak dunia belum dijadikan. Ungkapan ini tampaknya berbelit. Sederhananya, Yesus diutus Bapa ke dunia untuk keselamatan manusia dan manusia yang percaya kepada Yesus akan mendapatkan keselamatan kekal dengan cara menjaga persatuan iman dalam Yesus dan setia melaksanakan teladan Yesus.
Dalam doa ini, enam kali Yesus menyebut “Engkau yang telah mengutus Aku”. Ungkapan ini hendak menegaskan bahwa Yesus adalah utusan Bapa yang bertugas memperkenalkan Bapa dan keselamatan-Nya. Yesus bukan sekedar utusan Allah sebagai nabi, namun Yesus adalah Putera Allah yang senantiasa bersatu dalam ke-Allahan. Pengenalan akan Allah dicapai dengan mengenal Yesus dan ajaran-Nya. Para murid Yesus telah mengenal Yesus sehingga merekalah yang selanjutnya bertugas memperkenalkan Allah dalam diri Yesus.
Pesan Paus pada Hari Komunikasi Sedunia ini berjudul “Komunikasi dan Kerahiman: Perjumpaan yang Memerdekakan”. Paus mengajak umat beriman Kristiani pada Tahun Suci ini menghubungkan Kerahiman dengan komunikasi. Kristus adalah ungkapan komunikasi Allah yang Maha Rahim dan umat beriman dipanggil untuk mewujudkan kerahiman Allah dalam kata dan karya. Kasih pada hakikatnya adalah komunikasi yang terarah pada keterbukaan dan kesediaan untuk berbagi.
Komunikasi memiliki kekuatan untuk mempertemukan, menciptakan perjumpaan dan penyertaan yang memperkaya manusia secara insani dan imani. Paus menginginkan agar semua orang memilik kata dan tindakan yang penuh kepekaan agar menghindari kesalahpahaman, menyembuhkan kenang-kenangan yang terluka dan membangun perdamaian dan keharmonisan. Perkataan dapat mempertemukan pribadi dalam keluarga, kelompok sosial dan bangsa-bangsa. Komunikasi harus menghindarkan munculnya ungkapan-ungkapan kebencian karena sikap saling menyalahkan dan balas dendam.
Paus berharap agar agar Gereja lewat para gembalanya menghadirkan komunikasi kerahiman. Gereja mengecam kejahatan dan dosa, namun tidak menghakimi pribadi yang telah berbuat jahat dan dosa. Gereja bertugas memperingatkan dan menegur orang yang bersalah, namun tidak mengasingkan pribadi yang bersalah. Relasi dan komunikasi yang penuh kasih mendatangkan sikap kerahiman. Dalam keluarga, orangtua yang mengasihi anak-anaknya menginginkan yang terbaik dalam pendampingan anak-anak yang membutuhkan sikap keterbukaan, penerimaan dan pengampunan. Sikap mendengarkan adalah pintu masuk ke dalam komunikasi yang lebih dalam.
Paus juga menyinggung komunikasi dalam dunia digital. Komunikasi melalui tekhnologi modern saat ini dapat membentuk komunikasi manusiawi seutuhnya bila melibatkan hati dan kemampuan manusia agar bijak memanfaatkan sarana-sarana yang dimiliki. Internet harus harus dimanfaatkan secara bertanggungjawab demi kemajuan pribadi dan bersama, bukan justru saling menyerang dan menjatuhkan.
Pada akhirnya, Paus menekankan bahwa komunikasi adalah sebuah karunia Allah yang menuntut sebuah tanggungjawab yang besar. Komunikasi memiliki daya kedekatan. Bila daya komunikasi ini disertai dengan daya kerahiman, maka akan menghasilkan perjumpaan yang bersifat saling peduli, memberi rasa nyaman, menyembuhkan, menyertai dan merayakan. Semoga hati kita tergerak untuk membangun komunikasi yang berkerahiman sebagai anak-anak Allah. (R.YKJ)

Rabu, 04 Mei 2016

Hari Raya Kenaikan Tuhan, Tahun C



Yesus Naik ke Surga bukan untuk Melupakan Kita


Bacaan Pertama: Kisah Para Rasul 1:1-11
Penulis Kisah Para Rasul (Lukas) mengisahkan peristiwa Yesus naik ke surga sesudah kebangkitan-Nya. Sebelum naik ke surga, Yesus mengatakan bahwa para murid akan menjadi saksi Yesus bagi seluruh dunia. Para murid itu akan membaptis dengan Roh Kudus dalam perutusan mereka untuk memulihkan Kerajaan Allah di dunia ini.

Bacaan Kedua: Surat Ibrani 9:24-28; 10:19-23
Kristus telah memasuki tempat kudus dalam surga dan bertindak sebagai Imam Agung yang melakukan kurban persembahan. Kurban Kristus tidak sama seperti kurban para imam Perjanjian Lama karena Kristus mempersembahkan darah-Nya sendiri demi penebusan manusia. Kristus mempersembahkan kurban sekali untuk selamanya dengan sengsara dan wafat di salib. Darah Yesus Kristus yang tertumpah itulah yang menyucikan manusia yang percaya kepada-Nya dan menjadikan manusia layak menghadap Allah dalam keadaan hati yang bersih.

Bacaan Injil: Lukas 24:46-53

Lukas pada bagian akhir Injilnya meringkaskan kisah kebangkitan Yesus hingga kenaikan-Nya ke surga. Ringkasan ini menimbulkan kesan bahwa Yesus naik ke surga pada hari yang sama dengan kebangkitan-Nya. Namun demikian, kesan itu akan hilang bila meneruskan membaca Kisah Para Rasul yang juga di tulis oleh Lukas. Dalam Kis. 1:1-11 pada bacaan pertama, Lukas dengan jelas menuliskan bahwa antara kebangkitan dengan kenaikan Yesus berjangka 40 hari. Ringkasan singkat dan padat dalam Injil Lukas ini lebih menekankan perutusan Yesus kepada para murid-Nya untuk menjadi saksi bagi kebangkitan-Nya.
Ada penegasan yang perlu disampaikan Yesus sebelum berpisah dengan para murid-Nya, yakni Mesias yang harus menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari ketiga. Penderitaan dan kematian Yesus sebagai Mesias telah dituliskan dalam Perjanjian Lama sebagai kehendak Allah yang mengupayakan keselamatan manusia. Dengan demikian, penderitaan dan kematian Yesus seharusnya tidak membuat para murid putus asa karena Yesus dibangkitkan Bapa sesudah kematian-Nya.
Kebangkitan dan kenaikan Yesus mendatangkan perutusan para murid sebagai saksi. Kesaksian para murid harus berangkat dari warta tentang pertobatan dan pengampunan dosa. Tidak ada pertobatan yang tidak disertai dengan pengampunan dosa dari Allah. Sebaliknya, tidak ada pengampunan dosa dari Allah bila tidak terdapat pertobatan. Para murid harus mewartakan pertobatan dan pengampunan dosa dan tidak boleh mewartakan hanya pengampunan dosa saja. Pertobatan dan pengampunan dosa menjadikan seseorang meninggalkan dosa-dosanya dan mampu menerima warta keselamatan Allah dalam diri Yesus yang telah wafat dan bangkit.
Yesus menyinggung Roh Kudus dalam ungkapan akan mengirim yang dijannjikan Bapa dan ungkapan diperlengkapi dengan kekuasaan yang dari atas. Roh Kudus hendak diberikan Bapa dalam nama Yesus kepada para murid-Nya dan Roh Kudus akan memberikan kuasa atau daya ilahi agar para murid mampu berpesan sebagai saksi karya keselamatan Allah. Roh Kudus itu pertama-tama ada dalam kesatuan dengan diri Yesus dan Bapa-Nya dan kemudian Roh Kudus diberikan kepada para murid Yesus saat peristiwa Pentakosta. Kisah Para Rasul untuk kemudian mengisahkan bahwa para murid yang telah diberi Roh Kudus itu juga memberikan Roh Kudus kepada orang-orang yang percaya pada kesaksian mereka (Kis.2:33-39).
Pada bagian akhir kemudian dikisahkan peristiwa Yesus naik ke surga. Yesus membawa para murid keluar kota hingga dekat Betania. Sepintas dikisahkan bahwa Yesus mengangkat tangan-Nya dan memberkati mereka kemudian terangkat ke surga. Lukas tidak melukiskan secara dramatis peristiwa kenaikan Yesus, tidak ada awan yang menyelimuti Yesus atau malaikat yang menampakkan diri (Kis. 1:9-11). Namun ada gerakan Yesus yang ditampilkan, yakni Yesus mengangkat tangan-Nya dan memberkati para murid-Nya. Gerakan mengangkat tangan dan memberkati menjadi simbol pemberian kuasa ilahi yang menyertai dan menolong para murid untuk hidup selanjutnya. Berkat itu diterima para murid dengan laku menyembah sebagai simbol pengakuan iman akan Yesus sekaligus penyerahan diri pada kekuasaan yang dimiliki oleh Yesus yang telah bangkit. Hasil dari berkat Yesus dan sembah para murid adalah “mereka pulang ke Yerusalem dengan sangat bersukacita”.
Daya ilahi dari berkat Yesus membuat para murid tidak bersedih hati meskipun berpisah dengan Yesus yang naik ke surga. Para murid bersukacita tanpa rasa takut untuk kembali ke Yerusalem meskipun di kota itulah Yesus mengalami kesengsaraan dan kematian-Nya. Kebangkitan Yesus secara sempurna telah memulihkan kembali iman kepercayaan para murid-Nya. Iman ini nantinya akan teruji dalam tugas perutusan sebagai saksi Kristus. Namun para murid masih harus bersabar hingga Roh Kudus yang dijanjikan diberikan kepada mereka.
Kesengsaraan dan kematian Yesus dimahkotai dengan kebangkitan-Nya dan disempurnakan dengan pemberian Roh Kudus dari Bapa kepada orang-orang yang percaya pada kebangkitan Yesus. Karya keselamatan Allah telah mencapai puncak dan pemenuhannya dalam seluruh karya dan hidup, kematian dan kebangkitan Yesus. Meskipun telah mencapai puncak dan pemenuhannya bukan berarti bahwa saat ini telah habis dan musnah karena karya keselamatan Allah kini tetap berlangsung dalam karya ilahi dalam Roh Kudus. Daya kebangkitan dan daya ilahi itu telah diberikan kepada kita yang percaya pada Kristus.
Yesus naik ke surga bukan untuk melupakan kita yang percaya pada-Nya, namun justru mempercayai kita untuk menjadi saksi-Nya. Kinilah saatnya bagi kita untuk ambil bagian sebagai saksi Kristus dalam hidup dan karya kita. Perutusan itu mulai dari lingkup terkecil keluarga kita masing-masing hingga lingkungan masyarakat semampu yang kita jangkau. Marilah berusaha menjadi saksi Kristus yang setia, dalam kata dan tindakan nyata. (R.YKJ)