Maria Ratu Damai

Maria Ratu Damai

Sabtu, 28 November 2015

Adven I, Tahun C



Menanti Keselamatan dan Kemuliaan Allah

Bacaan Pertama: Yeremia 33:14-16
Yeremia menyampaikan janji Allah untuk memulihkan keadaan bangsa pilihan. Janji itu akan terpenuhi dengan menumbuhkan tunas keadilan bagi Daud. Artinya, keturunan Daud yang akan mengembalikan keadilan dan kedamaian. Janji ini disebut juga janji mesianis, Allah berjanji menghadirkan Sosok terurapi yang akan memulihkan keadaan bangsa pilihan.

Bacaan Kedua: 1 Tesalonika 3:12 – 4:2
Paulus memberikan nasihat agar umat hidup dengan benar, tak bercacat dan kudus di hadapan Allah. Umat saat itu sudah merasa baik dalam hidup dan iman, namun Paulus meminta supaya mereka meningkatkan usaha iman mereka dengan saling mengasihi. Usaha kebaikan iman ini menjadi sikap siap sedia menyambut kedatangan Yesus yang kedua kalinya dalam kemuliaan bersama para kudus.

Bacaan Injil: Lukas 21:25-28. 34-36

Bacaan Injil ini menjadi bagian dari khotbah Yesus tentang akhir zaman. Pada bagian sebelum bacaan ini, Yesus menggambarkan tentang keruntuhan dan kehancuran Yerusalem. Keruntuhan dan kehancuran ini akan sungguh dialami dengan hancurnya Bait Allah dan keruntuhan kekuasaan Yehuda. Situasi inilah yang dipakai menjadi gambaran kehancuran bumi ini pada akhir zaman.
Akhir zaman akan menjadi bagian dari kedatangan Kristus yang kedua. Akhir zaman itu akan ditandai dengan kehancuran bumi dan langit. Manusia mengalami ketakutan luar biasa berkenaan dengan keadaan bumi yang mulai hancur. Selama ini bumi menjadi andalan dan sandaran bagi manusia, termasuk kekuasaan politik dan sosial. Ketika segala hal yang diandalkan itu telah hancur, maka manusia mengalami kematian dalam ketakutan.
Situasi bumi yang kacau berantakan itu justru berbanding terbalik dengan kedatangan Yesus pada akhir zaman. Anak Manusia, Yesus Kristus, akan datang dalam awan dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya. Pada saat bumi hancur dan kuasa langit runtuh, namun Yesus justru tampil dalam awan yang diliputi kekuasaan dan kemuliaan Allah. Kekuasaan dan kemuliaan Allah itu menghantar Yesus kembali lagi ke bumi ini.
Yesus meminta supaya apabila hal itu terjadi, manusia di bumi ini segera bangkit dan mengangkat muka, memandang kemuliaan Yesus yang hadir dalam kekuasaan Allah. Kehadiran Yesus ini justru akan mendatangkan penyelamatan bagi orang-orang yang percaya dan mampu tegak untuk memandang kemuliaan Allah dalam diri Yesus. Di saat kuasa bumi ini hancur dan tidak bisa lagi diandalkan, namun kuasa dan kemuliaan Allah dalam diri Yesus justru menjadi satu-satunya yang bisa diandalkan untuk keselamatan.
Pada bagian berikutnya, bacaan liturgi melompati bagian perumpamaan tentang pohon ara dan langsung disambung ke bagian nasihat Yesus supaya berjaga-jaga. Akhir zaman akan menimbulkan kecemasan bagi orang yang mengandalkan hal-hal yang di bumi ini. Akhir zaman atau hari Tuhan itu akan datang pada waktu yang tidak terduga, meskipun diiringi dengan tanda-tanda di bumi ini. Akhir zaman yang tidak terduga inilah yang harus disikapi dengan berwaspada dan berjaga-jaga. Pesta pora, kemabukan dan kepentingan duniawi adalah beberapa hal dari sifat manusia yang memuja kenikmatan duniawi.
Sikap berjaga-jaga dan waspada harus disertai dengan ketekunan dalam doa. Hal ini hendak mengungkapkan bahwa akhir zaman bukan sebagai ancaman yang menakutkan bila memiliki iman yang teguh kepada Allah. Kewaspadaan ditunjukkan dalam sikap memperdalam iman dan mewujudkannya dalam hidup sebagai murid-murid Kristus. Hal ini dilakukan dengan menimba iman dari sumber-sumber iman, terutama dari Sabda Allah, dan mewujudkan iman dalam perbuatan baik dan cinta kasih. Sikap iman yang mendalam inilah yang membuat seseorang akan tahan berdiri di hadapan Anak Manusia yang datang dalam kekuasaan dan kemuliaan Allah.
Masa Adven mengajak kita bersama untuk menanti dengan aktif untuk merayakan kedatangan Yesus yang pertama yang akan kita peringati pada Natal nanti. Selain itu, adven juga mengajak kita untuk menanti kedatangan Yesus yang kedua pada akhir zaman. Tindakan aktif dalam penantian kita adalah dengan mengembangkan iman dalam diri dan dalam keluarga kita masing-masing. Kita akan tahan berdiri di hadapan kemuliaan Allah bila kita berlaku benar dalam hidup karena mewujudkan iman kita. Berhadapan dengan kemuliaan Allah adalah hal yang membahagiakan. Namun ketika kita berdosa, kita tidak akan mampu tahan berdiri di hadapan Allah karena dosa dalam dirinya sendiri menimbulkan siksaan batin yang menjauhkan diri kita dari Allah. (R.YKJ)

Sabtu, 21 November 2015

Hari Raya Kristus Raja Semesta Alam, Tahun B



Kristus: Raja atas Dunia Semesta

Bacaan Pertama: Daniel 7:13-14
Daniel bernubuat tentang kerajaan kekal Tuhan yang akan datang. Anak Manusia pada akhir zaman akan diberi kekuasaan dan kehormatan sebagai raja. “Dia Yang Lanjut Usianya” menjadi sebuatan bagi Allah yang telah berkarya sejak semula, bahkan sejak sebelum dunia dijadikan. Karya Allah yang demikian panjang ini penuh dengan kebijaksanaan untuk menyelamatkan manusia. Manusia yang diciptakan Allah dipanggil untuk keselamatan dan pada akhirnya akan dikumpulkan disekitar tahta kemuliaan Anak Manusia.

Bacaan Kedua: Wahyu 1:5-8
Yesus Kristus adalah pemenuhan janji Allah seperti yang telah dinubuatkan oleh para nabi. Yesus adalah Putera Allah yang menjadi manusia, namun Ia tetaplah ada dalam kesatuan dengan Allah Bapa. Demi keselamatan manusia, Yesus rela menumpahkan darah-Nya di kayu salib sebagai tebusan bagi dosa manusia. Penderitaan salib akan berbanding terbalik dengan kemuliaan Kristus pada akhir zaman. Yesus Kristus akan datang dalam kemuliaan dan kekuasaan Allah. Dia adalah Alfa dan Omega, Awal dan Akhir. Dia disebut Mahakuasa karena telah ada sejak dahulu, kini dan selamanya.

Bacaan Injil: Yohanes 18: 33b-37

Bacaan Injil ini merupakan bagian dari rangkaian penangkapan dan penghukuman terhadap Yesus, secara khusus ketika dihadapkan kepada Pilatus. Yesus dihadapkan kepada Pilatus oleh pemuka agama Yahudi agar dijatuhi hukuman mati. Ketika kekacauan mulai terjadi, maka Pilatus mengambil alih persidangan dan menyelidiki Yesus apakah sesuai dengan tuduhan banyak orang.
“Engkaukah raja orang Yahudi?” Pertanyaan Pilatus ini mengindikasikan nada ejekan pada Yesus yang tidak layak menyandang sebutan raja. Hal ini sekaligus menandakan bahwa Pilatus tidak mempercayai tuduhan yang dikenakan kepada Yesus. Pilatus juga mengindikasikan keheranan atas tuduhan itu. Dengan melihat langsung sosok Yesus, ia menilai bahwa Yesus tidak cocok disebut raja. Sebutan raja orang Yahudi pada masa itu dikaitkan dengan gerakan pemberontakan melawan kekaisaran Romawi karena tidak boleh ada raja selain kaisar Romawi. Sikap Yesus di mata Pilatus sama sekali tidak mencerminkan diri sebagai pemimpin pemberontak.
Atas pertanyaan Pilatus, Yesus justru balik bertanya, “Dari hatimu sendirikah engkau katakan hal itu?”. Sebelum menjawab, Yesus perlu menegaskan apakah pertanyaan itu berasal dari dalam diri Pilatus sebagai pejabat kekaisaran Romawi, atau justru karena mendengar dari desas-desus orang. Bila pertanyaan itu bukan berasal dari dalam diri Pilatus sendiri, sulit bagi Yesus untuk menjelaskan pengertian Raja dalam diri Yesus. Mungkin juga para pemimpin Yahudi sebelumnya telah menyampaikan informasi tentang Yesus agar ia dapat membantu dalam penangkapan-Nya dengan mengirimkan serdadu.
Jawaban Pilatus bernada penghinaan terhadap Yesus, “Orang Yahudikah aku! Bangsa-Mu sendiri dan imam-imam kepala telah menyerahkan Engkau kepadaku.” Pilatus tidak mau memikirkan tentang identitas Yesus. Bangsa Yahudilah menuduh Yesus sebagai raja pemberontak dan mereka telah menyerahkan Yesus kepada Pilatus. Ungkapan Pilatus ini justru meruntuhkan tuduhan Yesus sebagai raja orang Yahudi. Pilatus juga menyadari bahwa dirinya sedang diperalat para pemuka Yahudi demi kepentingan kelompok mereka, bukan demi pengabdian kepada kekaisaran Romawi. Maka kemudian, Pilatus menyambung dengan pertanyaan tentang apa yang diperbuat oleh Yesus.
Yesus menjawab bahwa kerajaan-Nya bukan dari dunia ini. Kerajaan Yesus bukanlah kerajaan duniawi yang memiliki tentara pembela bagi rajanya. Ia juga tidak bermaksud mengambil alih tata pemerintahan duniawi. Yesus bukanlah ancaman bagi pemerintahan dunia dan tidak menggunakan kekerasan untuk menghadapi pemerintahan dunia ini. Kerajaan Kristus bukan dari dunia ini karena berasal dari Allah, kepemimpinan dan kekuasaan Allah bermaksud menyelamatkan manusia dari dosa. Maka, ciri utama kerajaan Allah adalah kerohanian dan cinta kasih.
Yesus kemudian menegaskan posisi-Nya sebagai Raja yang dilahirkan dan datang ke dunia ini. Allah mengutus Putera Tunggal-Nya ke dunia dari tahkta kerajaan Allah. Yesus sebagai utusan kerajaan Allah memiliki tugas kesaksian tentang kebenaran Allah. Kesaksian tentang kebenaran itu adalah bahwa Yesus adalah raja dalam kerajaan Allah dan hendak menghakimi dunia ini. Kesaksian kebenaran Allah berkenaan dengan kekuasaan Yesus sebagai Raja semesta alam, bukan berkenaan dengan kekuasaan pemerintahan duniawi.
Pada akhir ungkapan Yesus, Ia memberi kesempatan untuk melayani pikiran Pilatus yang terfokus pada istilah raja. Yesus mengungapkan, “setiap orang yang berasal dari kebenaran mendengarkan suara-Ku”. Ungkapan ini pertama-tama diberikan kepada Pilatus yang justru mendengar hasutan dari para pemuka Yahudi untuk menghukum Yesus. Ungkapan itu juga ditujukan bagi orang-orang Yahudi yang tidak mendengarkan perkataan Yesus sebagai Sabda yang menjadi Manusia. Mereka ini menutup hati terhadap kesaksian kebenaran Allah yang disampaikan dalam diri Yesus.
Yesus adalah Raja semesta alam karena Ia berasal dari Allah dan seluruh dunia ini telah diserahkan Bapa kepada-Nya. Yesus sebagai Raja bukan menguasai dunia demi diri-Nya, namun justru demi keselamatan dunia. Mendengarkan Yesus berarti mendengarkan Sabda Allah yang berisi tentang kebenaran Allah. Kebenaran Allah yang telah kita dengarkan itu harus berbuah dalam tindakan hidup yang baik, penuh belas kasih dan cinta kasih kepada sesama. Inilah tanda bahwa hidup kita dirajai oleh Kristus.
Pada akhir Tahun Liturgi ini, kita diingatkan pada hakikat Yesus sebagai Raja semesta alam karena Ia adalah Putera Allah. Status sebagai Raja semesta alam itu kelak mencapai puncaknya saat kedatangan Yesus yang kedua pada akhir zaman untuk menghakimi dunia ini. Namun demikian, meskipun Yesus sebagai Putera Allah dan Raja semesta alam, Ia telah rela meninggalkan tahkta kemuliaan Allah dan lahir menjadi Manusia. Allah yang menjadi Manusia inilah yang disebut inkarnasi yang nanti kita rayakan pada Hari Raya Natal. Namun sebelum merayakan Natal, kita perlu menyiapkan diri dahulu pada masa Advent. Kristus yang kita nantikan perayaan kelahiran-Nya haruslah menyatu pada paham tentang Ia yang berkarya, sengsara dan wafat, hingga bangkit mulia dan akan datang kembali. (R.YKJ)

Sabtu, 14 November 2015

Minggu Biasa XXXIII, Tahun B




Siap Sedia Menanti Kedatangan Kristus


Bacaan Pertama: Daniel 12:1-3
Daniel menyampaikan pesan Allah tentang suatu masa kesesakan sekaligus keselamatan. Kesesakan abadi dialami orang-orang yang tidak setia pada kebenaran Allah. Sedangkan keselamatan akan dialami orang-orang yang namanya tertulis dalam kitab kehidupan, yakni orang yang bijaksana, bertindak benar dan setia dalam penderitaan iman.

Bacaan Kedua: Ibrani 10:11-14.18
Surat Orang Ibrani ini masih berbicara tentang Kristus sebagai Imam Agung. Kristus hanya satu kali melaksanakan kurban, namun berlaku untuk selama-lamanya. Kristus memberikan diri-Nya sebagai kurban silih atas dosa dan menjadi kurban tebusan. Kita tak perlu lagi membuat kurban bakaran karena Sang Imam Agung telah melaksanakan kurban yang paling sempurna. Pada kita dituntut ketaatan iman sebagai orang yang telah diampuni dan diselamatkan karena kurban Kristus.

Bacaan Injil: Markus 13:24-32

Injil Markus ini merupakan bagian dari khotbah Yesus tentang akhir zaman. Khotbah tentang akhir zaman dimuat dalam Markus 13:1-37. Pengajaran ini disampaikan Yesus mengingat semakin dekatnya masa penderitaan dan kematian yang harus ditanggung oleh Yesus. Ajaran ini hendak meneguhkan iman para murid Yesus agar setia pada iman mereka dengan janji keselamatan Allah.
Yesus memberikan gambaran tentang kedatangan-Nya yang kedua saat akhir zaman. Nubuat para nabi tentang akhir zaman diungkapkan kembali oleh Yesus dengan penyempurnaan bahwa Anak Manusia, Yesus sendiri yang akan datang dalam kemuliaan Allah. Saat kedatangan Yesus kedua kalinya inilah, bumi akan dilenyapkan dan akan digantikan dengan bumi yang baru. Yesus memberi tanda-tanda kedatangan-Nya yang kedua dengan ciri-ciri matahari akan menjadi gelap, bulan tak bercahaya, bintang-bintang berjatuhan, dan kuasa langit akan guncang. Apakah tanda-tanda ini akan terjadi harafiah? Tidak ada yang dapat memastikannya. Namun demikian, sesuatu yang besar dan agung pastilah disertai dengan tanda-tanda yang dasyat, apalagi ketika bumi yang lama hendak diganti dengan bumi yang baru.
Situasi kegelapan dan kekacauan di bumi ini justru kontras dengan kedatangan Anak Manusia yang diperlihatkan dalam kekuasaan dan kemuliaan Allah. Di saat langit gelap, justru Yesus akan datang dalam awan-awan. Yesus yang ada dalam awan-awan itu tidak akan terlihat bila kekuasaan dan kemuliaan Allah tidak berkilau cemerlang. Kilau terang-cemerlang Allah yang menyertai Yesus inilah simbol keberadaan keselamatan kekal yang hendak diberikan Allah kepada manusia.
Keberadaan Yesus pada akhir zaman itu untuk mengumpulkan orang-orang pilihan bersama dengan para malaikat. Orang-orang pilihan itu dikumpulkan dari segala zaman dan dari seluruh penjuru bumi dan bahkan dari tempat yang jauh sekalipun. Mereka yang beriman dan mereka yang hidup benar adalah orang-orang yang akan dikumpulkan di hadapan Yesus yang hadir dalam kekuasaan dan kemuliaan Allah bersama para malaikat-Nya.
Namun demikian, sebelum sampai saat akhir zaman itu, Yesus mengingatkan para murid untuk berjaga-jaga pada waktu sekarang ini. Menilai tanda-tanda zaman dan membaca kehendak Allah diperlukan agar siap sedia untuk ikut dikumpulkan sebagai orang pilihan. Perumpamaan pendek tentang pohon ara menjadi peragaan sederhana pada masa itu untuk menilai tanda-tanda alam. Kewaspadaan dan selalu berjaga-jaga diperlukan karena hanya Bapa yang tahu kapan saat akhir zaman itu akan datang. Orang-orang yang mendengarkan pengajaran Yesus saat itu, yang disebut Yesus dengan “angkatan ini” akan menjadi saksi peristiwa penghancuran Yerusalem. Penghancuran Yerusalem menjadi gambaran akhir zaman dengan segala ciri hakikinya (lih. Ay. 14-25).
Ajaran Yesus tentang akhir zaman bukanlah untuk menakut-nakuti para pengikut-Nya. Yesus lebih menekankan peranan diri-Nya sebagai Putera Allah pada saat akhir zaman dan menekankan sikap yang harus dimiliki para pengikut-Nya. Yesus adalah Mesias. Ia datang dari Allah dan akan kembali dalam kuasa dan kemuliaan Allah. Yesuslah Raja Alam semesta, yang akan dirayakan pada liturgi Minggu depan. Perayaan ini dimaksudkan untuk menyiapkan kita dalam memasuki masa Advent sebagai masa persiapan Natal, peringatan kelahiran Sang Mesias.
Sikap siap sedia harus kita miliki sebagai orang beriman. Sikap siap sedia ini bukan diisi dengan ketakutan dan pesimisme hidup, namun justru dengan semangat iman dalam menjalani hidup. Orang-orang yang dikumpulkan Yesus dalam kemuliaan surgawi adalah orang-orang yang terpilih karena imannya yang baik. Kita telah dipanggil menjadi murid Kristus dan harus mengusahakan diri agar menjadi orang pilihan Allah dengan mengusahakan perwujudan iman kita dengan doa-doa yang tekun, membangun kesalehan hidup, dan senantiasa mencintai Allah dan sesama. (R.YKJ)