Maria Ratu Damai

Maria Ratu Damai

Sabtu, 02 Juli 2016

Minggu Biasa XIV, Tahun C



Ikut Serta dalam Perutusan

Bacaan Pertama: Yesaya 66: 10-14c
Allah menghendaki manusia bahagia bersama-Nya. Allah tidak membiarkan manusia mendapatkan malapetaka, sehingga Allah senantiasa memberikan berkat. Seorang ibu yang diberkati akan memberikan kesejahteraan untuk anaknya. Demikian juga, Allah bukan hanya memberikan berkat bagi nenek moyang bangsa pilihan, namun juga kepada keturunan mereka.

Bacaan Kedua: Galatia 6:14-18
Paulus menegaskan bahwa semua orang yang percaya kepada Kristus telah ditandai sebagai milik Kristus. Tanda-tanda perjanjian Allah dengan bangsa Israel lewat sunat tidak lagi menjadi keharusan karena Yesus Kristus menjadi tanda sempurna keselamatan Allah lewat salib-Nya. Tanda rohani lebih penting demi keselamatan jiwa daripada sekedar tanda lahir belaka.

Bacaan Injil: Lukas 10:1-12.17-20

Injil Lukas ini menyajikan kisah Yesus mengutus tujuh puluh murid-Nya. Yesus mengutus para murid itu untuk pergi berdua-dua mendahului-Nya ke setiap kota dan tempat yang hendak dikunjungi-Nya. Yesus menyadari bahwa banyak orang telah mendengarkan berita tentang Yesus yang membuat banyak mukjizat. Semakin banyak orang yang ingin berjumpa dengan Yesus. Seperti seseorang yang mengirim pekerja untuk tuaian yang banyak, Yesus mengutus para murid-Nya untuk memberitakan tentang segala hal yang diajarkan dan dilakukan-Nya. Perutusan ini dimaksudkan agar orang-orang di tempat yang dikunjungi telah memiliki iman terhadap Yesus dengan warta para murid, sehingga iman itu akan berlipat ketika Yesus datang ke tempat itu.
Dalam perutusan itu, Yesus mengingatkan para murid bahwa mereka bagai anak domba yang diutus ke tengah-tengah serigala, namun mereka dilarang membawa bekal dalam perjalanan itu. “Serigala” berarti ladang perutusan yang penuh tantangan dan ancaman. Sebagai utusan Yesus, para murid belum tentu diterima dengan baik karena kepentingan duniawi yang masih menguasai banyak orang, termasuk kehendak banyak orang yang menginginkan Yesus menjadi tokoh pembebas dari penjajahan kekaisaran Romawi.
Yesus berpesan kepada para murid agar mereka tidak memberatkan diri dengan banyak beban dan tetap fokus pada tujuan perutusan mereka. Mereka dilarang memberi salam, bukan berarti Yesus melarang bertegur sapa dengan orang selama dalam perjalanan. Salam dalam budaya saat itu sering bertele-tele dan basa-basi yang menyita banyak waktu sehingga bisa mengalihkan sejenak tujuan perutusan para murid. Perutusan para murid itu cukuplah singkat sehingga mereka harus mengatur diri dan waktu sebijaksana mungkin.
Salam damai sejahtera barulah mereka sampaikan ketika mereka sampai pada tujuan perutusan mereka. Mereka dilarang berpindah rumah ketika telah diterima dalam satu rumah, serta minum dan makan apa yang dihidangkan tuan rumah. Kondisi rumah berikut sajian makan dan minum mendatangkan peluang godaan untuk mencari tempat yang lebih nyaman dengan makanan dan minuman yang enak. Hal inilah yang harus dihindari para murid agar mereka fokus pada tugas pengajaran, penyembuhan dan warta tentang “Kerajaan Allah sudah dekat”.
Yesus juga berpesan bahwa ada kemungkinan para murid ditolak di suatu tempat. Para murid yang ditolak tetap harus mengatakan bahwa Kerajaan Allah sudah dekat, namun sambil mengebaskan debu yang melekat pada kaki mereka. Seruan “Juga debu kotamu yang melekat pada kaki kami, kami kebaskan di depanmu”, merupakan sebuah peringatan kepada warga kota yang tidak mendengarkan warta para murid. Mengebaskan debu kaki berati melupakan bahwa mereka pernah melalui jalanan kota itu dan tidak bertanggungjawab tentang segala yang akan terjadi karena tidak mendengarkan warta para murid.
Hasil perutusan para murid itu ternyata mengagumkan, bahkan setan pun tunduk kepada para murid. Namun demikian, Yesus bahwa para murid telah diberi daya ilahi oleh Yesus sehingga mereka mampu melakukan hal-hal hebat seperti yang dilakukan Yesus. Para murid diminta oleh Yesus supaya bukan berbahagia terhadap hal yang mereka lakukan, namun bahagia karena ikut ambil bagian dalam Kerajaan Surga. Kesuksesan mereka bukanlah karena kehebatan mereka, namun karena iman mereka terhadap Yesus.
Kepada kita saat ini pun, Yesus memberikan tugas perutusan-Nya agar kita ikut mewartakan Kerajaan Allah. Yesus telah memberi daya dan rahmat ilahi sehingga kita mampu menjadi utusan. Lingkup pewartaan kita yang paling kecil sekaligus utama adalah penanaman iman dan cinta kasih dalam keluarga kita masing-masing. Menceritakan tentang Yesus dan mewujudkan cinta kasih-Nya dalam hidup sehari-hari menjadi cara paling sederhana, sekaligus mengena dalam kehidupan keluarga. (R.YKJ)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar