Maria Ratu Damai

Maria Ratu Damai

Sabtu, 30 April 2016

Minggu Paskah VI, Tahun C



Janji Penghibur dan Damai Sejahtera

Bacaan Pertama: Kisah Para Rasul 15:1-2.22-29
Para rasul berkumpul untuk membicarakan dan memutuskan permasalahan tentang peraturan hukum Taurat. Pertemuan ini selanjutnya dikenal dengan konsili pertama di Yerusalem. Para rasul berdoa dan berdiskusi bersama, sambil membuka hati kepada Roh Kudus sehingga mampu membuat keputusan yang tepat dan bijaksana. Orang-orang bukan keturunan Yahudi pada akhirnya tidak diwajibkan menjalankan aturan adat-istiadat Yahudi namun harus menjauhkan diri dari kebiasaan bangsanya yang bertentangan dengan ajaran Kristus.

Bacaan Kedua: Wahyu 21:10-14.22-23
Wahyu kepada Yohanes ini meneruskan penglihatan tentang Yerusalem Baru. Kota surgawi itu penuh dengan kemuliaan Allah. Kota itu memiliki dua belas gerbang yang bertuliskan kedua belas suku Israel dan memiliki dua belas batu dasar yang bertuliskan nama kedua belas rasul Yesus. Dalam kota itu tidak terdapat Bait Suci karena Allah dan Anak Domba Allah sendiri tinggal di dalam kota itu. Yerusalem Surgawi ini melambangkan kesempurnaan karya keselamatan Allah yang telah diawali dari sejak penciptaan, para nabi Perjanjian Lama dan berpuncak pada kehadiran Anak Domba Allah ke dunia. Dua belas suku Israel menjadi pintu masuk bagi warta keselamatan dalam diri Yesus dan dua belas rasul memiliki peranan penting sebagai bagian dari Yerusalem Surgawi.

Bacaan Injil: Yohanes 14:23-29
Injil Yohanes ini masih berisi tentang pesan-pesan terakhir Yesus kepada para murid-Nya. Yesus mengarahkan perhatian para murid pada keselamatan Allah yang jauh lebih besar daripada hal-hal yang diinginkan banyak orang atas diri Yesus. Pesan-pesan Yesus ini diungkapkan setelah Yesus memasuki Yerusalem dan telah melakukan banyak mukjizat. Ada harapan dari banyak orang bahwa Yesus adalah Mesias yang akan membawa pembebasan dari penindasan bangsa asing (kekaisaran Romawi). Harapan pada mesias duniawi inilah yang hendak dialihkan Yesus dari dalam pikiran para murid-Nya. Ide misias duniawi ini juga terkandung dalam pertanyaan Yudas yang bukan Iskariot “Tuhan, apakah sebabnya Engkau hendak menyatakan diri-Mu kepada kami, dan bukan kepada dunia?” (ay.22).
Yesus mengulang kembali perintah kepada para murid untuk saling mengasihi yang sebelumnya telah diungkapkan-Nya (ay. 31-34). Mengasihi Yesus bukan sekedar teori, namun harus diwujudkan dengan mentaati perintah-perintah-Nya. Perintah Yesus bukanlah beban hukum yang memberatkan, namun ajaran cinta kasih yang melegakan dalam perjuangan hidup dan iman. Pelaksanaan perintah Yesus untuk saling mengasihi akan memperlihatkan kesatuan antara Yesus dengan Bapa-Nya. Yesus dan Bapa adalah satu sehingga perwujudan kasih kepada sesama berdasarkan perintah Yesus sama saja telah mengasihi dan menuruti perintah Allah.
Yesus menegaskan sekali lagi perintah untuk saling mengasihi dalam bentuk kalimat negatif, “Barang siapa tidak mengasihi Aku, ia tidak menuruti firman-Ku.” Dalam pernyataan ini, Yesus menegaskan bahwa status sebagai murid Yesus haruslah diwujudkan dalam tindakan nyata saling mengasihi. Yesus juga menegaskan kembali kesatuan-Nya dengan Bapa dan sabda yang disampaikan Yesus berasal dari Bapa-Nya.
Janji Penghibur, yakni Roh Kudus, yang diungkapkan oleh Yesus semakin mempertegas kesatuan antara Bapa, Yesus dengan Roh Kudus. Kehadiran Yesus, Putera Allah, ke dunia karena perutusan dari Bapa. Untuk kemudian, Bapa akan mengutus Roh Kudus dalam nama Yesus ke dunia ini. Janji Penghibur atau Roh Kudus ini hendak diberikan sesudah Yesus tidak lagi tinggal bersama para murid-Nya. Tugas Roh Penghibur yang diungkapkan oleh Yesus adalah mengajarkan segala sesuatu dan mengingatkan semua yang telah disabdakan Yesus.
“Damai sejahtera kutinggalkan bagimu...” (ay.27). Damai sejahtera merupakan ciri masa mesianis yang dijanjikan sejak zaman para nabi. Damai sejahtera yang diberikan dan ditingalkan Yesus akan mengalahkan rasa gelisah dan gentar dalam diri para murid karena ditinggalkan oleh Yesus. Para murid waktu itu pastilah lebih memikirkan kesedihan ditinggalkan oleh Yesus, bukan memikirkan rencana keselamatan Allah. Yesus hendak pergi kepada Bapa-Nya bukan untuk mengabaikan para murid-Nya, namun untuk penyempurnakan penebusan-Nya dan Roh Kudus akan diutus Bapa bagi dunia. Rasa gelisah dan gentar memang dialami oleh para murid karena peristiwa kematian Yesus, dan Yesus berulang kali menyampaikan salam damai sejahtera sesudah kebangkitan-Nya. Damai sejahtera yang mengusir rasa gelisah dan gentar akan sempurna ketika peristiwa pentakosta, turunnya Roh Kudus atas para rasul.
Kita adalah orang-orang yang percaya pada kebangkitan Kristus dan telah memahami ajaran cinta kasih-Nya. Ketaatan kita pada Sang Guru diukur dari cinta kasih kita pada-Nya dan harus terwujud dalam tindakan sehari-hari. Ketika kita setia melaksanakan ajaran cinta kasih Yesus, pastilah ada damai sejahtera dalam hidup kita. Keterbukaan hati terhadap Roh Kudus mendorong kita untuk terus berbuat baik dan membagikan damai sejahtera kepada sesama. (R.YKJ)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar