Kebangkitan Iman untuk Menjadi
Utusan Kristus
Bacaan Pertama: Kisah Rasul 5:27b-32.40b-41
Di hadapan sidang mahkamah agama, para rasul berani membela iman akan
kebangkitan Yesus. Petrus dengan lantang mengungkapkan tentang kebenaran dalam
peristiwa salib dan kebangkitan Yesus. Meskipun para rasul mendapatkan hukuman
cambuk, namun mereka justru bahagian karena ikut menderita karena iman mereka.
Bacaan Kedua: Wahyu 5:11-14
Yohanes dalam penglihatannya menyaksikan kemuliaan Anak Domba Allah
setelah penderitaan dan kematian-Nya. Para penghuni surga memuji dan memuliakan
Sang Anak Domba yang telah dikurbankan karena layak menerima segala
puji-pujian, hormat, kemuliaan dan kekuasaan.
Bacaan Injil: Yohanes 21:1-19
Injil Yohanes mencatat peristiwa penampakan Yesus yang bangkit kepada para
murid-Nya sebanyak tiga kali, pertama hari pertama dalam pekan sesudah kematian
Yesus, kedua seminggu berikutnya dengan kehadiran Thomas, dan ketiga di pantai
danau Tiberias. Tiga kali penampakan ini melambangkan penyempurnaan keyakinan
akan kebangkitan Yesus, sekaligus melambangkan tahapan yang dilalui para murid
untuk meneguhkan iman mereka sehingga mampu menjadi utusan Yesus yang telah
bangkit.
Beberapa murid berada di tepi danau Tiberias. Mereka mulai menjauhi
Yerusalem, tempat menakutkan bagi mereka kerena di Yerusalemlah Guru mereka
dijatuhi hukuman mati. Di danau Tiberias, para murid berani keluar rumah. Mereka
hendak meninggalkan status sebagai murid Yesus agar sungguh terlepas dari rasa
takut terhadap pemimpin Yahudi. Petrus yang mengawali ajakan untuk kembali ke
status lama mereka sebagai penjala ikan. Perkataan Petrus “Aku pergi menangkap
ikan” bukan sekedar mencari ikan untuk kebutuhan saat itu, namun ia memutuskan
kembali ke pekerjaan lamanya. Hal ini ternyata didukung dan diikuti oleh
murid-murid yang lain, “Kami pergi juga bersama engkau”.
Sepanjang malam mereka berusaha menangkap ikan, namun tak satu pun ikan
masuk dalam jala mereka. Mungkin mereka sudah kehilangan keahlian sebagai
nelayan, atau situasi kekacauan setelah kematian Yesus membuat mereka tidak
mampu bekerja dengan baik. Situasi demikian justru dipakai oleh Yesus yang
bangkit untuk menunjukkan kuasa-Nya sebagai Putera Allah. Ketika hampir siang,
perahu para murid itu hendak kembali ke pantai. Dari pantai Yesus menanyakan
hasil tangkapan mereka dengan menanyakan apakah mereka punya lauk-pauk. Yesus
telah mengerti bahwa mereka tidak mendapatkan satu ekor ikan pun meskipun sekedar
untuk lauk mereka. Yesus yang berdiri di pantai itu belum dikenali oleh para
murid-Nya.
Yesus kemudian menyuruh para murid untuk menebarkan jala di sisi kanan
perahu. Para murid kemudian melaksanakan perintah Yesus itu dan ternyata mereka
tidak dapat menarik jala karena penuh dengan ikan. Hasil tangkapan yang amat
banyak ini tentu berbanding terbalik dengan usaha mereka semalaman. Situasi ini
yang membuat Yohanes menyadari bahwa orang yang berada di tepi danau itu adalah
Guru dan Tuhan mereka. Hasil tangkapan yang banyak ini tentu karena daya ilahi
yang dimiliki Yesus yang juga dikisahkan penginjil Lukas (Luk. 5:6). Petrus
segera berenang ke darat diikuti para murid yang lain dengan perahu sambil
menghela jala penuh ikan.
Setelah sampai di dekat Yesus, para murid diminta mengambil beberapa ekor
ikan hasil tangkapan mereka meskipun hasil tangapan mereka sejumlah 153 ekor ikan.
Seturut kebiasaan, hasil tangkapan harus dihitung untuk kemudian dibagi rata
pada masing-masing orang. Jumlah itu tidak diikuti makna lain, kecuali
disebutkan bahwa “sungguhpun sebanyak itu, jala itu tidak koyak”. Yesus
sebenarnya telah menyediakan sarapan bagi para murid-Nya. Ia kemudian
mengulangi tindakan seperti perjamuan malam terakhir dengan mengambil roti juga
ikan dan membagikannya kepada para murid-Nya.
Selesai sarapan, secara khusus Yesus menyapa Simon Petrus dengan tiga kali
pertanyaan apakah ia mengasihi Yesus lebih dari yang lain. Petanyaan kali
pertama dan kedua dijawab Petrus dengan spontan “Benar Tuhan, Engkau tahu bahwa
aku mengasihi Engkau”. Pertanyaan Yesus
yang ketiga kalinya membuat Petrus merasa sedih hati. Pertanyaan Yesus sampai tiga
kali membuat Petrus sandar bahwa Yesus menginginkan kesunguhan hatinya dalam
menjawab. Petrus juga pasti teringat bahwa ia telah tiga kali menyangkal Yesus
sebelum ayam jantan berkokok dalam peristiwa kesengsaraan Yesus. Petrus tidak
sungguh ingin menyangkal Yesus, namun kenyataannya ia telah bersalah. Maka
Petrus menjawab Yesus dalam kerendahan hatinya, “Tuhan, Engkau tahu segala
sesuatu, Engkau tahu bahwa aku mengasihi Engkau”.
Tiga pertanyaan Yesus kepada Petrus selalu diakhiri perkataan Yesus “Gembalakanlah
domba-domba-Ku”. Yesus menginginkan Petrus yang disebut-Nya sebagai batu karang
sngguh-sungguh menjadi dasar kokoh bagi para murid yang lain dan menjadi dasar
bagi persekutuan orang-orang yang percaya kepada Yesus. Petrus menjadi ukuran
dan patokan bagi para murid yang lain sehingga ia harus sesungguh hati
mencintai Yesus dan mewujudkannya dalam tugas penggembalaan. Bahkan Yesus
mengungkapkan dalam kiasan bahwa Petrus akan mengalami kematian karena imannya
akan Yesus Kristus.
Menjadi murid Yesus berarti menyatakan kesungguhan hati mengasihi-Nya dan
siap sedia melaksanakan perutusan ambil bagian dalam karya cinta kasih Allah.
Petrus yang menyangkal Yesus, yang takut dan putus asa, yang kembali ke status
lamanya, akhirnya mampu menjadi dasar yang kokoh bagi persekutuan orang-orang
yang mengimani Yesus. Bahkan Petrus berani membela imannya dan rela berkurban
seperti Guru dan Tuhannya. Mari kita meneladani sikap kebangkitan iman yang
dimiliki Petrus dan para rasul. (R.YKJ)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar