Maria Ratu Damai

Maria Ratu Damai

Sabtu, 09 April 2016

Minggu Paskah III, Tahun C



Kebangkitan Iman untuk Menjadi Utusan Kristus

Bacaan Pertama: Kisah Rasul 5:27b-32.40b-41
Di hadapan sidang mahkamah agama, para rasul berani membela iman akan kebangkitan Yesus. Petrus dengan lantang mengungkapkan tentang kebenaran dalam peristiwa salib dan kebangkitan Yesus. Meskipun para rasul mendapatkan hukuman cambuk, namun mereka justru bahagian karena ikut menderita karena iman mereka.

Bacaan Kedua: Wahyu 5:11-14
Yohanes dalam penglihatannya menyaksikan kemuliaan Anak Domba Allah setelah penderitaan dan kematian-Nya. Para penghuni surga memuji dan memuliakan Sang Anak Domba yang telah dikurbankan karena layak menerima segala puji-pujian, hormat, kemuliaan dan kekuasaan.

Bacaan Injil: Yohanes 21:1-19

Injil Yohanes mencatat peristiwa penampakan Yesus yang bangkit kepada para murid-Nya sebanyak tiga kali, pertama hari pertama dalam pekan sesudah kematian Yesus, kedua seminggu berikutnya dengan kehadiran Thomas, dan ketiga di pantai danau Tiberias. Tiga kali penampakan ini melambangkan penyempurnaan keyakinan akan kebangkitan Yesus, sekaligus melambangkan tahapan yang dilalui para murid untuk meneguhkan iman mereka sehingga mampu menjadi utusan Yesus yang telah bangkit.
Beberapa murid berada di tepi danau Tiberias. Mereka mulai menjauhi Yerusalem, tempat menakutkan bagi mereka kerena di Yerusalemlah Guru mereka dijatuhi hukuman mati. Di danau Tiberias, para murid berani keluar rumah. Mereka hendak meninggalkan status sebagai murid Yesus agar sungguh terlepas dari rasa takut terhadap pemimpin Yahudi. Petrus yang mengawali ajakan untuk kembali ke status lama mereka sebagai penjala ikan. Perkataan Petrus “Aku pergi menangkap ikan” bukan sekedar mencari ikan untuk kebutuhan saat itu, namun ia memutuskan kembali ke pekerjaan lamanya. Hal ini ternyata didukung dan diikuti oleh murid-murid yang lain, “Kami pergi juga bersama engkau”.
Sepanjang malam mereka berusaha menangkap ikan, namun tak satu pun ikan masuk dalam jala mereka. Mungkin mereka sudah kehilangan keahlian sebagai nelayan, atau situasi kekacauan setelah kematian Yesus membuat mereka tidak mampu bekerja dengan baik. Situasi demikian justru dipakai oleh Yesus yang bangkit untuk menunjukkan kuasa-Nya sebagai Putera Allah. Ketika hampir siang, perahu para murid itu hendak kembali ke pantai. Dari pantai Yesus menanyakan hasil tangkapan mereka dengan menanyakan apakah mereka punya lauk-pauk. Yesus telah mengerti bahwa mereka tidak mendapatkan satu ekor ikan pun meskipun sekedar untuk lauk mereka. Yesus yang berdiri di pantai itu belum dikenali oleh para murid-Nya.
Yesus kemudian menyuruh para murid untuk menebarkan jala di sisi kanan perahu. Para murid kemudian melaksanakan perintah Yesus itu dan ternyata mereka tidak dapat menarik jala karena penuh dengan ikan. Hasil tangkapan yang amat banyak ini tentu berbanding terbalik dengan usaha mereka semalaman. Situasi ini yang membuat Yohanes menyadari bahwa orang yang berada di tepi danau itu adalah Guru dan Tuhan mereka. Hasil tangkapan yang banyak ini tentu karena daya ilahi yang dimiliki Yesus yang juga dikisahkan penginjil Lukas (Luk. 5:6). Petrus segera berenang ke darat diikuti para murid yang lain dengan perahu sambil menghela jala penuh ikan.
Setelah sampai di dekat Yesus, para murid diminta mengambil beberapa ekor ikan hasil tangkapan mereka meskipun hasil tangapan mereka sejumlah 153 ekor ikan. Seturut kebiasaan, hasil tangkapan harus dihitung untuk kemudian dibagi rata pada masing-masing orang. Jumlah itu tidak diikuti makna lain, kecuali disebutkan bahwa “sungguhpun sebanyak itu, jala itu tidak koyak”. Yesus sebenarnya telah menyediakan sarapan bagi para murid-Nya. Ia kemudian mengulangi tindakan seperti perjamuan malam terakhir dengan mengambil roti juga ikan dan membagikannya kepada para murid-Nya.
Selesai sarapan, secara khusus Yesus menyapa Simon Petrus dengan tiga kali pertanyaan apakah ia mengasihi Yesus lebih dari yang lain. Petanyaan kali pertama dan kedua dijawab Petrus dengan spontan “Benar Tuhan, Engkau tahu bahwa aku mengasihi Engkau”.  Pertanyaan Yesus yang ketiga kalinya membuat Petrus merasa sedih hati. Pertanyaan Yesus sampai tiga kali membuat Petrus sandar bahwa Yesus menginginkan kesunguhan hatinya dalam menjawab. Petrus juga pasti teringat bahwa ia telah tiga kali menyangkal Yesus sebelum ayam jantan berkokok dalam peristiwa kesengsaraan Yesus. Petrus tidak sungguh ingin menyangkal Yesus, namun kenyataannya ia telah bersalah. Maka Petrus menjawab Yesus dalam kerendahan hatinya, “Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu bahwa aku mengasihi Engkau”.
Tiga pertanyaan Yesus kepada Petrus selalu diakhiri perkataan Yesus “Gembalakanlah domba-domba-Ku”. Yesus menginginkan Petrus yang disebut-Nya sebagai batu karang sngguh-sungguh menjadi dasar kokoh bagi para murid yang lain dan menjadi dasar bagi persekutuan orang-orang yang percaya kepada Yesus. Petrus menjadi ukuran dan patokan bagi para murid yang lain sehingga ia harus sesungguh hati mencintai Yesus dan mewujudkannya dalam tugas penggembalaan. Bahkan Yesus mengungkapkan dalam kiasan bahwa Petrus akan mengalami kematian karena imannya akan Yesus Kristus.
Menjadi murid Yesus berarti menyatakan kesungguhan hati mengasihi-Nya dan siap sedia melaksanakan perutusan ambil bagian dalam karya cinta kasih Allah. Petrus yang menyangkal Yesus, yang takut dan putus asa, yang kembali ke status lamanya, akhirnya mampu menjadi dasar yang kokoh bagi persekutuan orang-orang yang mengimani Yesus. Bahkan Petrus berani membela imannya dan rela berkurban seperti Guru dan Tuhannya. Mari kita meneladani sikap kebangkitan iman yang dimiliki Petrus dan para rasul. (R.YKJ)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar