Maria Ratu Damai

Maria Ratu Damai

Sabtu, 20 Februari 2016

Minggu Prapaskah II, Tahun C



Kemuliaan Kristus

Bacaan Pertama: Kejadian 15:5-12.17-18
Abraham percaya pada janji Allah tentang pemberian keturunan dan tanah terjanji. Dari pihak Abraham dituntut iman untuk setia pada Allah dan Allah akan menentukan cara pemenuhan janji itu. Kurban persembahan yang diletakkan Abraham dapat terbakar dengan cara yang menakjubkan. Hal ini menandakan ikatan perjanjian antara Allah dan Abraham.

Bacaan Kedua: Filipi 3:17 – 4:1
Paulus memberikan nasihatnya bagi jemaat di Filipi untuk hidup seturut teladan para rasul. Ada kebiasaan saat itu masyarakat hidup dengan mendewakan perut (hedonis) yang cenderung berpesta pora diikuti tindakan tak bermoral lain. Kepada para pengikut Kristus, Paulus meminta mereka untuk setia dalam iman. Sebagai warga Kerajaan Allah, kemuliaan kekallah yang dituju bukan kemuliaan duniawi.

Bacaan Injil: Lukas 9:28b-36

Bacaan Injil pada Minggu kedua Prapaskah berkisah tentang Yesus yang menampakkan kemuliaan-Nya. Kisah ini menunjukkan selintas kemuliaan yang dimiliki Yesus sebagai Putera Allah. Namun demikian, kemuliaan yang sesungguhnya akan disaksikan kembali ketika Yesus telah menyelesaikan karya penyelamatan Allah di dunia ini. Kemuliaan itu harus dijalani dengan peristiwa kesengsaraan salib dan kematian-Nya, namun Bapa akan membangkitkan-Nya kembali.
Peristiwa Yesus menampakkan kemuliaan-Nya menurut versi Lukas memiliki ciri khusus. Lukas menceritakan bahwa Yesus membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes ke atas gunung untuk berdoa. Ketika sedang berdoa inilah, wajah Yesus berubah dan pakaian-Nya menjadi putih berkilauan. Lukas hendak menekankan bahwa kemuliaan Yesus tampak dalam relasi Yesus dengan Bapa ketika berdoa. Relasi itu pastilah demikian dekat, akrab dan hangat sehingga ada penyatuan kemuliaan antara Yesus dengan Bapa-Nya.
Dalam penampakan kemuliaan-Nya, Yesus tampak sedang berbicara dengan Musa dan Elia. Mereka sedang berbicara tentang kepergian Yesus ke Yerusalem. Musa merupakan nabi besar yang membawa keluar bangsa pilihan dari tanah Mesir. Musa tidak ikut masuk tanah terjanji, namun mati di tanah Moab sesuai firman Tuhan dan Allah sendiri yang menguburkannya (Ul. 34:5-6). Hal ini memberikan gambaran bahwa Yesus memiliki misi yang hampir sama dengan musa, yakni membawa pembebasan manusia dari dosa dan akan mengalami kesengsaraan dan kematian demi penyelamatan Allah. Yesus hendak mengawali penderitaannya dengan pergi ke Yerusalem.
Sedangkan Elia yang ditampilkan menunjukkan sisi lain dari diri Yesus sebagai Putera Allah. Elia adalah nabi yang tidak mengalami kematian, namun langsung diangkat ke surga oleh Allah dengan cara dibawa kereta kuda berapi dalam angin badai (2 Raj. 2:11). Kehadiran Elia hendak menggambarkan bahwa Yesus dikehendaki Allah akan naik ke surga dalam kemuliaan Allah. Meskipun Yesus akan mengalami kematian seperti Musa, namun maut tidak akan menguasai-Nya seperti yang dialami Elia.
Lukas kemudian beralih menceritakan situasi para murid yang ada di sekitar peristiwa penampakan kemuliaan Yesus itu. Para murid telah tertidur yang menjadi penanda waktu bahwa peristiwa itu terjadi pada malam hari. Ketika Musa dan Elia tampak hendak meningalkan Yesus, Petrus minta izin kepada Yesus untuk mendirikan tiga kemah bagi Yesus, Musa dan Elia. Kemah secara harfiah berarti gubuk. Petrus hendak mendirikan tempat yang layak untuk mereka. Ia yang baru terbangun enggan kehilangan kesempatan untuk merasakan kebahagiaan dalam kemuliaan Allah itu.
Permohonan Petrus tidak dijawab oleh Yesus, namun ditanggapi Allah dengan suara dalam awan yang turun menaungi mereka. Suara itu berkata, “Inilah Anak-Ku yang Kupilih, dengarkanlah Dia”. Sebutan “yang Kupilih” merupakan penyebutan lain dari “yang Kukasihi”. Allah menunjukkan sendiri Putera-Nya dan meminta para murid Yesus untuk mendengarkan-Nya. Mendengarkan Yesus berarti mendengarkan dan melaksanakan ajaran yang disampaikan Yesus. Kata-kata Allah ini juga menjadi jawaban atas niat Petrus untuk mendirikan kemah bagi Yesus, Musa dan Elia. Bukan kehendak Petrus yang diikuti, namun kehendak Yesuslah yang harus mereka ikuti: turun dari gunung menuju Yerusalem untuk mengawali penderitaan.
Yesus yang kita kenangkan kesengsaraan dan wafat-Nya pada masa Prapaskah ini adalah Yesus yang bangkit dengan mulia. Kesengsaraan dan kematian Yesus tidaklah sia-sia karena Ia mendapatkan kebangkitan dari kematian-Nya. Tujuan karya Yesus adalah menyelamatkan manusia dari dosa, sedangkan salib adalah pilihan jalan keselamatan. Salib menjadi membanggakan karena dimahkotai dengan kemuliaan kebangkitan. Lebih membanggaan dan tidak sia-sia ketika kita berusaha mendapatkan kemuliaan jiwa kita. Perjuangan iman kita kadang menuntut salib hidup kita, yakni perjuangan dalam penderitaan karena tanggung jawab iman yang harus kita emban. Kita diajak untuk teguh dalam iman dan menyatukan perjuangan iman kita dengan penderitaan Kristus di salib. (R.YKJ)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar