Maria Ratu Damai

Maria Ratu Damai

Sabtu, 13 Februari 2016

Minggu Prapaskah I, Tahun C



Teguh dalam Pencobaan

Bacaan Pertama: Ulangan 26: 4-10
Musa memberikan petunjuk kepada bangsa pilihan agar menyembah Tuhan dan mengadakan persembahan bagi-Nya. Allah telah memanggil leluhur bangsa pilihan dari tanah Aram dan menyelamatkan keturunan kaum pilihan dari tanah Mesir. Persembahan bagi Tuhan merupakan ungkapan syukur bahwa bangsa itu telah dianugerahi tanah yang berlimpah.

Bacaan Kedua: Roma 10:8-13
Iman yang dinyatakan dengan kata-kata harus berasal dari dalam hati. Pertama-tama iman ditanamkan dalam hati dan kemudian dinyatakan dalam kata-kata, serta diwujudkan dalam perbuatan. Paulus mengajak umat agar tidak takut untuk menyatakan iman dalam perkataan dan mewujudkan iman dalam perbuatan sehari-hari.

Bacaan Injil: Lukas 4:1-13

Bacaan Injil pada Minggu Prapaskah I selalu berisi tentang Yesus yang berpuasa dan dicobai iblis. Lukas mengisahkan secara lebih lengkap kejadian sesudah Yesus dibaptis di sungai Yordan. Setelah Yesus dibaptis, Ia dibawa oleh Roh Kudus ke padang gurun selama empat puluh hari. Diungkapkan bahwa Yesus tidak makan apa-apa. Keterangan tidak makan apa-apa ini bukan berarti Yesus terpaksa lapar karena tidak ada makanan. Yesus dibawa ke padang gurun memang dikehendaki untuk berpuasa sehingga tidak makan apa-apa selama empat puluh hari.
Pada saat Yesus berpuasa di padang gurun itulah, Ia dicobai oleh iblis. Pencobaan oleh iblis ini bukan kehendak Allah dan Roh Kudus yang membawa-Nya ke padang gurun. Situasi padang gurun yang keras seringkali memungkinkan datangnya godaan. Padang gurun sering menggambarkan keadaan yang gersang, kering, tanpa harapan, keputus-asaan, penderitaan dan lain-lain. Situasi ini menjadikan fisik dan jiwa menjadi lemah terhadap godaan yang datang. Iblis ternyata memanfaatkan situasi Yesus yang demikian ini.
Godaan pertama yang dilancarkan iblis kepada Yesus adalah kebutuhan dasar manusiawi, yakni makanan. Iblis tahu benar bahwa fisik Yesus butuh makanan setelah empat puluh hari tidak makan. Kata-kata iblis pun menjadi jebakan bagi Yesus, “Jika Engkau Anak Allah, suruhlah batu ini menjadi roti”. Iblis menyentuh hakikat keilahian Yesus sekaligus kemanusiaan Yesus dengan ungkapan itu. Yesus yang ilahi ketika kemanusiaan-Nya lapar seharusnya dengan gampang mengubah batu menjadi roti. Seolah-oleh Yesus bukanlah Anak Allah bila tidak mau dan tidak bisa mengubah batu menjadi roti. Namun godaan ini dijawab Yesus dengan mengatakan bahwa manusia hidup bukan dari roti saja. Roti bisa membuat kenyang, namun roti dan makanan tidak akan menjadikan seseorang menjadi manusia yang utuh ketika hal yang rohani tidak tercukupi.
Godaan kedua adalah nafsu berkuasa. Iblis manampakkan semua kerajaan dunia dan seolah semua itu telah diberikan kepadanya. Ilusi semata bahwa semua kerajaan dunia telah diserahkan kepada iblis dan iblis berhak memberikan kepada siapapun yang ia pilih. Iblis menggoda Yesus dengan kekuasaan atas dunia ini asal Ia mau menyembah iblis. Yesus adalah Anak Allah, tetapi mengapa Ia tidak memiliki kuasa dan kemuliaan dunia ini? Mengapa iblis yang memiliki semuanya itu? Inilah jebakan pikiran yang hendak ditimbulkan oleh iblis. Namun, Yesus tidak terjebak dalam alur pikiran iblis ini. Ia justru menjawab, “Ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan Allahmu, dan hanya kepada Dia saja engkau harus berbakti”. Allah adalah pemilik segalanya dan Yesus adalah bagian dari Allah sendiri sehingga Yesus tidak perlu menyembah yang lain.
Godaan ketiga berkenaan dengan gengsi dan rasa hormat. Iblis membawa Yesus ke bubungan Bait Allah dan meminta Yesus menjatuhkan diri. Yesus benar sebagai Anak Allah dan benar pula bahwa Allah mengutus malaikat untuk menjaga Yesus. Menjatuhkan diri dari bubungan Bait Allah tanpa terluka dan disaksikan banyak orang tentu menjadi jalan singkat untuk memperlihatkan bahwa Yesus adalah Anak Allah. Namun demikian, Yesus tidak tergoda dengan jalan pintas ini dan tidak ingin menyombongkan diri-Nya atas status sebagai Anak Allah. Status itu bukan untuk dipamerkan untuk menyombongkan diri. Justru kemuliaan Yesus harus dijalani dengan penderitaan dan kesengsaraan demi penebusan manusia.
Jawaban Yesus yang terakhir kepada iblis adalah “Jangan engkau mencobai Tuhan Allahmu!” Allah tidak perlu di-test apakah Dia perhatian pada kita. Kita kadang sengaja berbuat sembarangan atau ngambek pada Allah agar Allah memperhatikan dan mengabulkan permohonan kita. Jawaban Yesus itu sekaligus menegaskan bahwa Yesus adalah Allah Putera yang tidak bisa dicobai oleh iblis dengan aneka godaannya.
Yesus sebagai Anak Allah yang menjadi Manusia dan iblis memanfaatkan kemanusiaan Yesus untuk dicobai. Yesus tidak tenggelam dalam kelemahan manusiawi-Nya karena ada daya ilahi dalam diri-Nya. Kita yang seluruhnya manusiawi ini harus mencari daya ilahi agar menguatkan kemanusiaan kita. Iman dan kerohanian kita akan membuat kita kuat atas godaan mencukupi kebutuhan badan kita, godaan untuk berkuasa dan godaan untuk dihormati. Puasa, pantang dan amal kasih menjadi sarana bagi kita untuk membentengi diri dari aneka godaan iblis di dunia ini. (R.YKJ)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar