Teguh dalam Pencobaan
Bacaan Pertama: Ulangan 26: 4-10
Musa memberikan petunjuk kepada bangsa pilihan agar menyembah Tuhan dan
mengadakan persembahan bagi-Nya. Allah telah memanggil leluhur bangsa pilihan
dari tanah Aram dan menyelamatkan keturunan kaum pilihan dari tanah Mesir.
Persembahan bagi Tuhan merupakan ungkapan syukur bahwa bangsa itu telah
dianugerahi tanah yang berlimpah.
Bacaan Kedua: Roma 10:8-13
Iman yang dinyatakan dengan kata-kata harus berasal dari dalam hati.
Pertama-tama iman ditanamkan dalam hati dan kemudian dinyatakan dalam
kata-kata, serta diwujudkan dalam perbuatan. Paulus mengajak umat agar tidak
takut untuk menyatakan iman dalam perkataan dan mewujudkan iman dalam perbuatan
sehari-hari.
Bacaan Injil: Lukas 4:1-13
Bacaan Injil pada Minggu Prapaskah I selalu berisi tentang Yesus yang
berpuasa dan dicobai iblis. Lukas mengisahkan secara lebih lengkap kejadian
sesudah Yesus dibaptis di sungai Yordan. Setelah Yesus dibaptis, Ia dibawa oleh
Roh Kudus ke padang gurun selama empat puluh hari. Diungkapkan bahwa Yesus tidak
makan apa-apa. Keterangan tidak makan apa-apa ini bukan berarti Yesus terpaksa
lapar karena tidak ada makanan. Yesus dibawa ke padang gurun memang dikehendaki
untuk berpuasa sehingga tidak makan apa-apa selama empat puluh hari.
Pada saat Yesus berpuasa di padang gurun itulah, Ia dicobai oleh iblis.
Pencobaan oleh iblis ini bukan kehendak Allah dan Roh Kudus yang membawa-Nya ke
padang gurun. Situasi padang gurun yang keras seringkali memungkinkan datangnya
godaan. Padang gurun sering menggambarkan keadaan yang gersang, kering, tanpa
harapan, keputus-asaan, penderitaan dan lain-lain. Situasi ini menjadikan fisik
dan jiwa menjadi lemah terhadap godaan yang datang. Iblis ternyata memanfaatkan
situasi Yesus yang demikian ini.
Godaan pertama yang dilancarkan iblis kepada Yesus adalah kebutuhan dasar
manusiawi, yakni makanan. Iblis tahu benar bahwa fisik Yesus butuh makanan
setelah empat puluh hari tidak makan. Kata-kata iblis pun menjadi jebakan bagi
Yesus, “Jika Engkau Anak Allah, suruhlah batu ini menjadi roti”. Iblis
menyentuh hakikat keilahian Yesus sekaligus kemanusiaan Yesus dengan ungkapan
itu. Yesus yang ilahi ketika kemanusiaan-Nya lapar seharusnya dengan gampang
mengubah batu menjadi roti. Seolah-oleh Yesus bukanlah Anak Allah bila tidak
mau dan tidak bisa mengubah batu menjadi roti. Namun godaan ini dijawab Yesus
dengan mengatakan bahwa manusia hidup bukan dari roti saja. Roti bisa membuat
kenyang, namun roti dan makanan tidak akan menjadikan seseorang menjadi manusia
yang utuh ketika hal yang rohani tidak tercukupi.
Godaan kedua adalah nafsu berkuasa. Iblis manampakkan semua kerajaan dunia
dan seolah semua itu telah diberikan kepadanya. Ilusi semata bahwa semua
kerajaan dunia telah diserahkan kepada iblis dan iblis berhak memberikan kepada
siapapun yang ia pilih. Iblis menggoda Yesus dengan kekuasaan atas dunia ini
asal Ia mau menyembah iblis. Yesus adalah Anak Allah, tetapi mengapa Ia tidak
memiliki kuasa dan kemuliaan dunia ini? Mengapa iblis yang memiliki semuanya
itu? Inilah jebakan pikiran yang hendak ditimbulkan oleh iblis. Namun, Yesus
tidak terjebak dalam alur pikiran iblis ini. Ia justru menjawab, “Ada tertulis:
Engkau harus menyembah Tuhan Allahmu, dan hanya kepada Dia saja engkau harus
berbakti”. Allah adalah pemilik segalanya dan Yesus adalah bagian dari Allah
sendiri sehingga Yesus tidak perlu menyembah yang lain.
Godaan ketiga berkenaan dengan gengsi dan rasa hormat. Iblis membawa Yesus
ke bubungan Bait Allah dan meminta Yesus menjatuhkan diri. Yesus benar sebagai
Anak Allah dan benar pula bahwa Allah mengutus malaikat untuk menjaga Yesus.
Menjatuhkan diri dari bubungan Bait Allah tanpa terluka dan disaksikan banyak
orang tentu menjadi jalan singkat untuk memperlihatkan bahwa Yesus adalah Anak
Allah. Namun demikian, Yesus tidak tergoda dengan jalan pintas ini dan tidak
ingin menyombongkan diri-Nya atas status sebagai Anak Allah. Status itu bukan
untuk dipamerkan untuk menyombongkan diri. Justru kemuliaan Yesus harus
dijalani dengan penderitaan dan kesengsaraan demi penebusan manusia.
Jawaban Yesus yang terakhir kepada iblis adalah “Jangan engkau mencobai
Tuhan Allahmu!” Allah tidak perlu di-test apakah Dia perhatian pada kita. Kita
kadang sengaja berbuat sembarangan atau ngambek
pada Allah agar Allah memperhatikan dan mengabulkan permohonan kita. Jawaban
Yesus itu sekaligus menegaskan bahwa Yesus adalah Allah Putera yang tidak bisa
dicobai oleh iblis dengan aneka godaannya.
Yesus sebagai Anak Allah yang menjadi Manusia dan iblis memanfaatkan
kemanusiaan Yesus untuk dicobai. Yesus tidak tenggelam dalam kelemahan
manusiawi-Nya karena ada daya ilahi dalam diri-Nya. Kita yang seluruhnya
manusiawi ini harus mencari daya ilahi agar menguatkan kemanusiaan kita. Iman
dan kerohanian kita akan membuat kita kuat atas godaan mencukupi kebutuhan
badan kita, godaan untuk berkuasa dan godaan untuk dihormati. Puasa, pantang
dan amal kasih menjadi sarana bagi kita untuk membentengi diri dari aneka
godaan iblis di dunia ini. (R.YKJ)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar