Naik ke Surga Bukan untuk Meninggalkan
Dunia
Bacaan Pertama: Kis. 1:1-11
Kisah penderitaan dan wafat Kristus mendapatkan makna baru sesudah
peristiwa kebangkitan dan kenaikan Yesus ke surga. Kenaikan Yesus bukan akhir
dari karya keselamatan Allah, namun justru membangkitkan harapan baru dalam
diri para murid. Roh Kudus yang diberikan kepada para murid membangkitkan
semangat untuk bersaksi tentang kebangkitan Kristus.
Bacaan Kedua: Ef. 4:1-13
Paulus yang berada dalam penjara memberi nasihat kepada jemaat agar tidak
terpecah belah. Mereka harus menyadari sebagai satu tubuh dalam Yesus Kristus
dan satu Roh Allah yang menaungi mereka. Aneka karunia diberikan Allah menurut
ukuran kesanggupan masing-masing orang sehingga membangun kesatuan sebagai
bagian dari tubuh Kristus. Persatuan iman ini harus terwujud dalam hidup
sehari-hari.
Bacaan Injil: Mrk. 16:15-20
Bagian penutup Injil Markus ini hendak meringkas kisah kebangkitan,
penampakan dan kenaikan Yesus ke surga. Kebangkitan Yesus yang disertai dengan
penampakan kepada para murid menumbuhkan iman yang lebih mendalam terhadap
Yesus. Penampakan Yesus ibarat mengumpulkan kembali serpihan iman dalam diri
para murid yang hancur akibat kepedihan menyaksikan kesengsaraan dan kematian
Yesus di kayu salib.
Setelah keraguan pada kebangkitan Yesus berganti dengan kepercayaan, maka
para murid mendapatkan tugas perutusan. Perutusan itu adalah pewartaan Injil
kepada segala mahkluk. Injil dipahami sebagai kabar keselamatan Allah yang
berpuncak dalam diri Yesus yang lahir ke dunia, berkarya, sengsara, wafat dan
bangkit mulia. Iman inilah yang harus diwartakan kepada semua manusia.
Kepercayaan akan tumbuh dalam diri orang yang mau menerima warta Injil dan akan
mendapatkan keselamatan.
Yesus tidak membiarkan para murid mewartakan injil tanpa kemantaban hati.
Mereka harus mewarta dengan keyakinan bulat dan niat yang utuh karena Yesus
tetap menyertai mereka. Yesus menegaskan tanda-tanda yang menyertai orang-orang
yang percaya, baik para murid maupun orang-orang yang menerima warta para
murid. Orang-orang yang percaya akan mengusir setan dalam nama Yesus. Setan
adalah lambang kegelapan dosa. Maka bukan hanya secara harfiah bahwa murid
Yesus bisa menyembuhkan orang yang kerasukan setan, namun mereka akan mampu
mengusir kegelapan dosa dengan iman atas Yesus Kristus.
Demikian juga, para murid akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru
bagi mereka. Hal ini terbukti kemudian bahwa para murid akan mewartakan Injil
bagi semua bangsa. Mereka harus berbicara dalam bahasa Ibrani yang mereka pakai
di seputar Yerusalem. Demikian pula orang-orang yang mendapatkan warta para
murid akan menyerap bahasa yang dibawa oleh para murid. Tafsiran lebih jauh
lagi, warta Injil akan menjadikan orang-orang yang percaya akan “berbicara”
dalam bahasa cinta kasih Allah seperti yang dilakukan oleh Yesus. “Berbicara”
berarti berkomunikasi dan bertindak dalam pengertian cinta kasih seperti yang
telah diajarkan dan diteladankan oleh Yesus.
Orang-orang yang percaya juga akan memegang ular dan sekalipun minum racun
maut, mereka tidak akan binasa. Ular dan racun maut melambangkan bahwa
orang-orang yang percaya kepada Yesus akan mengalami tekanan dan ancaman, baik
dari orang-orang yang membenci mereka maupun dari kuasa kegelapan. Namun bagi
mereka yang berpegang teguh pada iman akan Kristus mendapatkan perlindungan dan
pendampingan ilahi. Mereka tidak boleh takut karena Allah yang menjadi perisai
bagi mereka.
Yesus sendiri menegaskan bahwa orang-orang yang percaya kepada-Nya akan
mampu menyembuhkan orang sakit dengan meletakkan tangan atas orang-orang sakit
itu. Mukjizat kesembuhan ini akhirnya memang terjadi dalam diri para rasul
Yesus yang mampu menyembuhkan dalam nama Yesus. Ambil bagian dalam daya
kesembuhan ilahi tentu membuat para murid bangga dan bahagia, namun mereka
harus lebih bahagia karena iman mereka dapat terus tumbuh dan berkembang.
Kebangkitan dan kenaikan Yesus tidak memberikan harapan baru dalam diri
para murid. Bahkan mereka memiliki semangat baru dalam mewartakan Injil karena
Allah turut bekerja dengan memberikan Roh Kudus bagi mereka. Roh Kudus yang
sama juga diberikan kepada kita saat ini, orang-orang yang percaya kepada Yesus
Kristus. Kita semestinya mengadari akan tugas perutusan kita dalam hidup
masing-masing dan menyadari penyertaan Roh Kudus dalam diri kita. Penyadaran
akan hal ini akan membuat kita mampu merasakan penyertaan Allah dan mampu
menyemangati hidup iman kita setiap hari. (R.YKJ)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar