Maria Ratu Damai

Maria Ratu Damai

Sabtu, 09 Januari 2016

Pesta Pembaptisan Tuhan, Tahun C



Martabat Anak Allah untuk Mencintai

Bacaan Pertama: Yesaya 40:1-5.9-11
Yesaya menyerukan pembenahan bagi bangsa pilihan. Allah tidak akan selamanya menghukum bangsa pilihan-Nya sendiri. Allah menghendaki keselamatan manusia dan Ia memakai banyak cara untuk menyapa, mengingatkan bahkan menegur dengan keras pada manusia yang hidup dalam kedosaan. Pertobatan adalah cara untuk meluruskan hati dan tindakan agar mampu merasakan keselamatan Allah.

Bacaan Kedua: Titus 2:11-14; 3:4-7
Paulus mengungkapkan bahwa Allah mencintai manusia dan memberikan rahmat agar manusia menerima keselamatan. Karunia Allah terbesar adalah pemberian Yesus Kristus bagi dunia dan bahkan Yesus rela menyerahkan diri-Nya secara total bagi penebusan manusia. Allah terlebih dahulu mencintai manusia, maka manusia hendaknya membagikan karunia Allah yang diterima dengan mencintai dan berbuat baik kepada sesama.

Bacaan Injil: Lukas 3:15-16.21-22

Lukas menceritakan dengan sangat ringkas kisah tentang pembaptisan Yesus di sungai Yordan oleh Yohanes Pembaptis. Bagi Lukas, kisah ringkas pembaptisan Yesus ini menjadi peralihan masa Yohanes Pembaptis berganti dengan karya Yesus. Peristiwa pembaptisan itu lebih penting menampilkan perjumpaan antara Yohanes Pembaptis dengan Mesias yang ia persiapkan kedatangan-Nya.
Yohanes tampil di sungai Yordan dan menjadi perhatian banyak orang. Warta pertobatan dan baptisan penanda tobat diterima oleh banyak orang. Pada masa itu, kehadiran Yohanes memberikan harapan baru akan kehadiran Mesias yang dijanjikan sejak lama. Yohanes tentu menjadi tokoh yang berbeda dari tokoh keagamaan dan masyarakat waktu itu. Ia menjalani cara hidup yang keras dengan hidup di padang gurun, hanya memakai baju dari bulu unta dan makan belalang dan minum madu hutan. Cara hidup yang keras ini sekaligus menandai warta pertobatan dan perubahan diri.
Ketokohan dalam diri Yohanes membuat orang banyak berharap siapa tahu Yohanes adalah Mesias. Mereka bertanya-tanya dalam hati tapi tidak berani menanyakannya kepada Yohanes. Paham Mesias yang ada dalam benak orang waktu itu terkait dengan jabatan. Mesias dipikirkan sebagai pemimpin yang membawa pembebasan dari penjajahan kekaisaran Romawi dan membawa kemakmuran bagi bangsa pilihan.
Yohanes dengan tegas mengatakan bahwa dirinya bukanlah Mesias. Baptisan air oleh Yohanes menjadi lambang pertobatan yang dialami banyak orang yang mendengarkan pengajarannya. Baptisan Yohanes itu bukanlah dimaksudkan untuk memasukkan seseorang dalam kelompok religius tertentu. Warta tobat yang diserukan Yohanes merupakan persiapan jalan bagi kedatangan Mesias, maka ia tidak mengumpulkan pengikut secara khusus untuk membentuk agama tertentu. Yohanes lebih berperan sebagai tokoh yang mempersiapkan banyak orang agar siap menerima Mesias yang jauh lebih utama dari dirinya. Bahkan Yohanes mengungkapkan posisinya terhadap Mesias bahwa membuka tali kasut Mesias (tindakan pelayan) adalah hal yang terlalu besar sehingga tak pantas ia lakukan.
Yohanes tidak banyak menjelaskan tentang Mesias, namun penjelasannya justru mendasar dan terarah pada penyelamatan rohani, bukan duniawi. Yesus sebagai Mesias memang hendak membaptis dengan Roh Kudus dan api. Baptisan dengan Roh Kudus merupakan baptisan pertobatan sekaligus melambangkan kehadiran Allah di dalamnya. Sedangkan baptisan dengan api melambangkan pemurnian manusia dan kuasa Yesus yang berasal dari ke-Allah-an. Kehadiran Mesias dan karya-Nya di dunia ini menjadi “baptisan” karena Ia dengan kuasa Allah menebus dosa dan memulihkan kesucian manusia.
Lukas tidak menceritakan ada dialog antara Yohanes dengan Yesus sebelum Yesus dibaptis, bahkan baptisan itu terletak sebagai frase keterangan dalam sebuah kalimat panjang. “Ketika orang banyak itu semuanya telah dibaptis, dan ketika Yesus sedang berdoa, setelah Ia juga dibaptis,…” (ay.21). Baptisan yang dialami Yesus tidaklah sama seperti baptisan yang diterima orang lain, sebagai baptisan tobat. Yesus tidak perlu bertobat karena Ia sama sekali tidak berdosa seperti manusia biasa yang lain. Yesus adalah Mesias, dan kehadiran-Nya adalah untuk menebus dosa manusia. Yesus ingin bersolider terhadap manusia yang hendak ditebus-Nya. Solidaritas Yesus itu bukan terhadap dosa manusia, namun terhadap sikap manusia yang bertobat dari dosa-dosanya.
Kalimat yang ditonjolkan oleh Lukas adalah “terbukalah langit dan turunlah Roh Kudus dalam rupa burung merpati ke atas-Nya”. Kalimat ini menunjukkan kesaksian ilahi bahwa Yesus adalah Mesias yang diurapi oleh Roh Kudus. Roh Kudus itu pula yang nantinya hendak diberikan bagi banyak orang yang mendengarkan ajaran Yesus. Penglihatan Roh Kudus dalam rupa burung merpati ini masih dilengkapi dengan kehadiran suara dari langit “Engkaulah Anak yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan”. Suara ini adalah suara Allah Bapa yang memberi kesaksian bahwa Yesus adalah Putera Allah. Allah Tritunggal secara lengkap hadir dalam peristiwa ini dan hendak mengangkat manusia menjadi anak-anak Allah.
Kita telah menerima baptisan yang menjadikan kita dibersihkan dari dosa asal, diangkat menjadi anak-anak Allah dan dimasukkan dalam persekutuan umat Allah. Martabat manusia yang luhur dipulihkan dalam baptisan yang kita terima. Namun demikian, sikap hidup kita untuk selanjutnya tetap menentukan bobot diri sebagai anak-anak Allah. Status sebagai anak Allah harus terwujud dalam hidup yang menampilkan sifat Allah. Menampilkan sifat Allah dalam diri kita berarti melaksanakan ajaran cinta kasih Yesus dan meneladani perbuatan baik yang ditunjukkan dalam karya Yesus. Mari kita mencari peluang kebaikan dan tidak melewatkan kesempatan untuk berbuat baik. (R.YKJ)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar