Martabat Anak Allah untuk Mencintai
Bacaan Pertama: Yesaya 40:1-5.9-11
Yesaya menyerukan pembenahan bagi bangsa pilihan. Allah tidak akan
selamanya menghukum bangsa pilihan-Nya sendiri. Allah menghendaki keselamatan
manusia dan Ia memakai banyak cara untuk menyapa, mengingatkan bahkan menegur
dengan keras pada manusia yang hidup dalam kedosaan. Pertobatan adalah cara
untuk meluruskan hati dan tindakan agar mampu merasakan keselamatan Allah.
Bacaan Kedua: Titus 2:11-14; 3:4-7
Paulus mengungkapkan bahwa Allah mencintai manusia dan memberikan rahmat
agar manusia menerima keselamatan. Karunia Allah terbesar adalah pemberian
Yesus Kristus bagi dunia dan bahkan Yesus rela menyerahkan diri-Nya secara
total bagi penebusan manusia. Allah terlebih dahulu mencintai manusia, maka
manusia hendaknya membagikan karunia Allah yang diterima dengan mencintai dan
berbuat baik kepada sesama.
Bacaan Injil: Lukas 3:15-16.21-22
Lukas menceritakan dengan sangat ringkas kisah tentang pembaptisan Yesus
di sungai Yordan oleh Yohanes Pembaptis. Bagi Lukas, kisah ringkas pembaptisan
Yesus ini menjadi peralihan masa Yohanes Pembaptis berganti dengan karya Yesus.
Peristiwa pembaptisan itu lebih penting menampilkan perjumpaan antara Yohanes
Pembaptis dengan Mesias yang ia persiapkan kedatangan-Nya.
Yohanes tampil di sungai Yordan dan menjadi perhatian banyak orang. Warta
pertobatan dan baptisan penanda tobat diterima oleh banyak orang. Pada masa
itu, kehadiran Yohanes memberikan harapan baru akan kehadiran Mesias yang
dijanjikan sejak lama. Yohanes tentu menjadi tokoh yang berbeda dari tokoh
keagamaan dan masyarakat waktu itu. Ia menjalani cara hidup yang keras dengan
hidup di padang gurun, hanya memakai baju dari bulu unta dan makan belalang dan
minum madu hutan. Cara hidup yang keras ini sekaligus menandai warta pertobatan
dan perubahan diri.
Ketokohan dalam diri Yohanes membuat orang banyak berharap siapa tahu
Yohanes adalah Mesias. Mereka bertanya-tanya dalam hati tapi tidak berani
menanyakannya kepada Yohanes. Paham Mesias yang ada dalam benak orang waktu itu
terkait dengan jabatan. Mesias dipikirkan sebagai pemimpin yang membawa
pembebasan dari penjajahan kekaisaran Romawi dan membawa kemakmuran bagi bangsa
pilihan.
Yohanes dengan tegas mengatakan bahwa dirinya bukanlah Mesias. Baptisan
air oleh Yohanes menjadi lambang pertobatan yang dialami banyak orang yang
mendengarkan pengajarannya. Baptisan Yohanes itu bukanlah dimaksudkan untuk
memasukkan seseorang dalam kelompok religius tertentu. Warta tobat yang
diserukan Yohanes merupakan persiapan jalan bagi kedatangan Mesias, maka ia tidak
mengumpulkan pengikut secara khusus untuk membentuk agama tertentu. Yohanes
lebih berperan sebagai tokoh yang mempersiapkan banyak orang agar siap menerima
Mesias yang jauh lebih utama dari dirinya. Bahkan Yohanes mengungkapkan posisinya
terhadap Mesias bahwa membuka tali kasut Mesias (tindakan pelayan) adalah hal
yang terlalu besar sehingga tak pantas ia lakukan.
Yohanes tidak banyak menjelaskan tentang Mesias, namun penjelasannya
justru mendasar dan terarah pada penyelamatan rohani, bukan duniawi. Yesus
sebagai Mesias memang hendak membaptis dengan Roh Kudus dan api. Baptisan
dengan Roh Kudus merupakan baptisan pertobatan sekaligus melambangkan kehadiran
Allah di dalamnya. Sedangkan baptisan dengan api melambangkan pemurnian manusia
dan kuasa Yesus yang berasal dari ke-Allah-an. Kehadiran Mesias dan karya-Nya
di dunia ini menjadi “baptisan” karena Ia dengan kuasa Allah menebus dosa dan
memulihkan kesucian manusia.
Lukas tidak menceritakan ada dialog antara Yohanes dengan Yesus sebelum
Yesus dibaptis, bahkan baptisan itu terletak sebagai frase keterangan dalam
sebuah kalimat panjang. “Ketika orang banyak itu semuanya telah dibaptis, dan
ketika Yesus sedang berdoa, setelah Ia juga dibaptis,…” (ay.21). Baptisan yang
dialami Yesus tidaklah sama seperti baptisan yang diterima orang lain, sebagai
baptisan tobat. Yesus tidak perlu bertobat karena Ia sama sekali tidak berdosa
seperti manusia biasa yang lain. Yesus adalah Mesias, dan kehadiran-Nya adalah
untuk menebus dosa manusia. Yesus ingin bersolider terhadap manusia yang hendak
ditebus-Nya. Solidaritas Yesus itu bukan terhadap dosa manusia, namun terhadap
sikap manusia yang bertobat dari dosa-dosanya.
Kalimat yang ditonjolkan oleh Lukas adalah “terbukalah langit dan turunlah
Roh Kudus dalam rupa burung merpati ke atas-Nya”. Kalimat ini menunjukkan
kesaksian ilahi bahwa Yesus adalah Mesias yang diurapi oleh Roh Kudus. Roh
Kudus itu pula yang nantinya hendak diberikan bagi banyak orang yang mendengarkan
ajaran Yesus. Penglihatan Roh Kudus dalam rupa burung merpati ini masih
dilengkapi dengan kehadiran suara dari langit “Engkaulah Anak yang Kukasihi,
kepada-Mulah Aku berkenan”. Suara ini adalah suara Allah Bapa yang memberi
kesaksian bahwa Yesus adalah Putera Allah. Allah Tritunggal secara lengkap
hadir dalam peristiwa ini dan hendak mengangkat manusia menjadi anak-anak
Allah.
Kita telah menerima baptisan yang menjadikan kita dibersihkan dari dosa
asal, diangkat menjadi anak-anak Allah dan dimasukkan dalam persekutuan umat
Allah. Martabat manusia yang luhur dipulihkan dalam baptisan yang kita terima.
Namun demikian, sikap hidup kita untuk selanjutnya tetap menentukan bobot diri
sebagai anak-anak Allah. Status sebagai anak Allah harus terwujud dalam hidup
yang menampilkan sifat Allah. Menampilkan sifat Allah dalam diri kita berarti
melaksanakan ajaran cinta kasih Yesus dan meneladani perbuatan baik yang
ditunjukkan dalam karya Yesus. Mari kita mencari peluang kebaikan dan tidak
melewatkan kesempatan untuk berbuat baik. (R.YKJ)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar