Maria Ratu Damai

Maria Ratu Damai

Sabtu, 16 Januari 2016

Minggu Biasa II, Tahun C



Keterlibatan Maria dan Para Pelayan
dalam Mukjizat di Kana

Bacaan Pertama: Yesaya 62: 1-5
Yesaya mengungkapkan kegembiraan atas kemuliaan Allah yang diberikan kepada bangsa pilihan setelah bangsa pilihan itu kembali tinggal di Kanaan. Yerusalem menjadi simbol tanah terjanji yang diberkati Allah bagi bangsa pilihan. Negeri bangsa pilihan saat masa pembuangan disebut “yang ditinggalkan suami” dan menjadi “yang sunyi senyap”. Namun ketika mengembalikan bangsa pilihan, maka akan disebut “yang bersuami”. Perkawinan suami-isteri menjadi simbol hubungan keselamatan Allah bagi bangsa pilihan-Nya.

Bacaan Kedua: 1 Korintus 12:4-11
Paulus mengungkapkan bahwa Kristus menjadi kepala jemaat (Gereja). Untuk perkembangan persekutuan umat, Allah memberikan Roh Kudus kepada semua orang yang percaya kepada Kristus. Roh Kudus inilah yang pada akhirnya memberikan aneka karunia yang diperlukan untuk perkembangan persekutuan umat Allah. Perbedaan karunia bukanlah untuk memisahkan, namun justru untuk saling melengkapi di antara umat beriman.

Bacaan Injil: Yohanes 2:1-11

Injil ini mengisahkan mukjizat pertama yang diadakan oleh Yesus. Penginjil Yohenes menceritakan Yesus mengubah air menjadi anggur dalam sebuah perkawinan di Kana. Kana ada di wilayah Galilea dan satu wilayah dengan Nazareth sebagai tempat asal Yesus. Maria, ibu Yesus ada dalam acara pesta perkawinan itu, dan Yesus serta murid-murid-Nya pun diundang. Penginjil tidak mengindikasikan adanya hubungan persaudaraan antara tuan pesta dengan keluarga Maria.
Dalam pesta perkawinan itu, Maria mengetahui situasi pesta yang terancam kekurangan persediaan anggur. Air anggur merupakan jamuan wajib dalam pesta menurut adat saat itu. Anggur yang memabukkan dianggap bukan minuman orang bijak, sehingga kehabisan anggur bukan karena para undangan minum berlebihan sampai mabuk tapi karena pemilik pesta merupakan keluarga miskin. Dalam acara adat, air anggur yang difermentasilah yang harus disajikan dalam pesta, namun harus dicampur dengan air dalam rasio perbandingan tertentu sehingga kadar alkohol tidak sampai lima persen. Kehabisan anggur menjadi peristiwa yang memalukan yang beresiko tuan pesta akan ‘kehilangan muka’ di depan para tamunya.
Maria telah menangkap resiko yang bakal terjadi, meskipun situasi darurat ini belum diketahui oleh pemimpin pesta dan juga mempelai yang berpesta. Pastilah Maria mengetahui situasi ini karena ia ada dalam pesta itu dan mengetahuinya dari para pelayan pesta. Maria menilai tidak ada seorang pun yang mampu mendatangkan kebutuhan anggur dengan segera saat itu, kecuali Yesus. Maria hanya berkata, “Mereka kehabisan anggur!” Ungkapan ini lebih bersifat informatif daripada permohonan atau suruhan. Yesus mengetahui kegusaran hati ibunya itu, namun Yesus menyadari bahwa waktu-Nya belum tiba untuk melakukan mukjizat.
Jawaban Yesus saat itu: “Mau apakah engkau dari pada-Ku ibu? Saat-Ku belum tiba!” Sapaan “ibu” sebenarnya dari bahasa Yunani gunh/gune yang berarti wanita. Sapaan ini sebenarnya mengandung nilai hormat tinggi terhadap seorang perempuan. Namun sapaan ini tidak biasa digunakan oleh seorang anak kepada ibunya. Yesus hendak memaknai hubungan-Nya dengan Maria dalam konteks keilahian. Hubungan personal ibu dan anak dikesampingkan oleh Yesus untuk menandai masa baru dalam hidup pelayanan Yesus. Kita ingat sebutan ibu ketika Yesus disalib yang juga memakai istilah gunh/gune.
Jawaban Yesus kepada Maria mengandung penolakan, namun kemudian Yesus melakukan permohonan ibu-Nya itu. Hal ini diartikan bahwa “saat-Ku” adalah saat Yesus berkarya yang menampilkan kemuliaan Allah. Saat kemuliaan ini ditentukan oleh Allah bukan oleh manusia, meskipun oleh Maria sekalipun. Ketika kemudian Yesus mengubah air menjadi anggur, hal itu bukan semata karena permohonan Maria namun karena kehendak Allah.
Para pelayan diminta oleh Yesus untuk mengisi enam tempayan yang biasa dipakai untuk kebiasaan mencuci tangan dan kaki menurut adat istiadat. Tiap tempayan berisi sekitar 40 liter air. Para pelayan tahu benar bahwa tempayan itu mereka isi dengan air, namun justru ketika dicedok dan dirasakan oleh pemimpin pesta telah berubah menjadi air anggur yang paling baik. Pemimpin pesta sampai-sampai menegur mempelai laki-laki karena menilai bahwa anggur yang baik sengaja dtidak dikeluarkan terlebih dahulu.
Kita sebagai pembaca Injil Yohanes saat ini, kita mengetahui bahwa Yesus telah mengubah air menjadi anggur. Kita ditarik masuk dalam cerita ini untuk terlibat bersama Maria dan para pelayan, bukan pada pemimpin pesta. Kita ikut bersama Maria yang memohon Yesus untuk membantu mengatasi kekurangan anggur. Sekaligus kita bersama para pelayan yang menyaksikan perubahan air dalam tempayan menjadi anggur yang baik. Doa dan permohonan yang tanpa jemu layaknya Maria akan menjadikan Yesus berkeputusan lain dengan mengabulkan doa kita. Terutama ketika kita mampu sampai pada kemuliaan yang berasal dari Allah sehingga iman kita akan semakin mendalam.
Pesta perjamuan di Kana melambangkan pesta perjamuan Anak Domba Allah. Kemuliaan Allah akan ditampakkan dalam kurban Kristus di kayu salib yang dimahkotai dengan kemuliaan. Yesuslah mempelai laki-laki yang akan menyediakan anggur yang paling baik, yakni darah-Nya sendiri yang menjadi tebusan bagi kita. Maka, marilah kita terlibat untuk memohon kemurahan hati Allah bagi sesama agar kemuliaan Allah semakin dirasakan oleh banyak orang. (R.YKJ)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar