Keterlibatan Maria dan Para Pelayan
dalam Mukjizat di Kana
Bacaan Pertama: Yesaya 62: 1-5
Yesaya mengungkapkan kegembiraan atas kemuliaan Allah yang diberikan
kepada bangsa pilihan setelah bangsa pilihan itu kembali tinggal di Kanaan.
Yerusalem menjadi simbol tanah terjanji yang diberkati Allah bagi bangsa pilihan.
Negeri bangsa pilihan saat masa pembuangan disebut “yang ditinggalkan suami”
dan menjadi “yang sunyi senyap”. Namun ketika mengembalikan bangsa pilihan,
maka akan disebut “yang bersuami”. Perkawinan suami-isteri menjadi simbol
hubungan keselamatan Allah bagi bangsa pilihan-Nya.
Bacaan Kedua: 1 Korintus 12:4-11
Paulus mengungkapkan bahwa Kristus menjadi kepala jemaat (Gereja). Untuk
perkembangan persekutuan umat, Allah memberikan Roh Kudus kepada semua orang
yang percaya kepada Kristus. Roh Kudus inilah yang pada akhirnya memberikan
aneka karunia yang diperlukan untuk perkembangan persekutuan umat Allah.
Perbedaan karunia bukanlah untuk memisahkan, namun justru untuk saling
melengkapi di antara umat beriman.
Bacaan Injil: Yohanes 2:1-11
Injil ini mengisahkan mukjizat pertama yang diadakan oleh Yesus. Penginjil
Yohenes menceritakan Yesus mengubah air menjadi anggur dalam sebuah perkawinan
di Kana. Kana ada di wilayah Galilea dan satu wilayah dengan Nazareth sebagai
tempat asal Yesus. Maria, ibu Yesus ada dalam acara pesta perkawinan itu, dan
Yesus serta murid-murid-Nya pun diundang. Penginjil tidak mengindikasikan
adanya hubungan persaudaraan antara tuan pesta dengan keluarga Maria.
Dalam pesta perkawinan itu, Maria mengetahui situasi pesta yang terancam
kekurangan persediaan anggur. Air anggur merupakan jamuan wajib dalam pesta
menurut adat saat itu. Anggur yang memabukkan dianggap bukan minuman orang
bijak, sehingga kehabisan anggur bukan karena para undangan minum berlebihan
sampai mabuk tapi karena pemilik pesta merupakan keluarga miskin. Dalam acara
adat, air anggur yang difermentasilah yang harus disajikan dalam pesta, namun
harus dicampur dengan air dalam rasio perbandingan tertentu sehingga kadar
alkohol tidak sampai lima persen. Kehabisan anggur menjadi peristiwa yang
memalukan yang beresiko tuan pesta akan ‘kehilangan muka’ di depan para
tamunya.
Maria telah menangkap resiko yang bakal terjadi, meskipun situasi darurat
ini belum diketahui oleh pemimpin pesta dan juga mempelai yang berpesta.
Pastilah Maria mengetahui situasi ini karena ia ada dalam pesta itu dan
mengetahuinya dari para pelayan pesta. Maria menilai tidak ada seorang pun yang
mampu mendatangkan kebutuhan anggur dengan segera saat itu, kecuali Yesus.
Maria hanya berkata, “Mereka kehabisan anggur!” Ungkapan ini lebih bersifat
informatif daripada permohonan atau suruhan. Yesus mengetahui kegusaran hati
ibunya itu, namun Yesus menyadari bahwa waktu-Nya belum tiba untuk melakukan
mukjizat.
Jawaban Yesus saat itu: “Mau apakah engkau dari pada-Ku ibu? Saat-Ku belum
tiba!” Sapaan “ibu” sebenarnya dari bahasa Yunani gunh/gune yang berarti wanita. Sapaan ini sebenarnya mengandung nilai
hormat tinggi terhadap seorang perempuan. Namun sapaan ini tidak biasa
digunakan oleh seorang anak kepada ibunya. Yesus hendak memaknai hubungan-Nya
dengan Maria dalam konteks keilahian. Hubungan personal ibu dan anak
dikesampingkan oleh Yesus untuk menandai masa baru dalam hidup pelayanan Yesus.
Kita ingat sebutan ibu ketika Yesus disalib yang juga memakai istilah gunh/gune.
Jawaban Yesus kepada Maria mengandung penolakan, namun kemudian Yesus
melakukan permohonan ibu-Nya itu. Hal ini diartikan bahwa “saat-Ku” adalah saat
Yesus berkarya yang menampilkan kemuliaan Allah. Saat kemuliaan ini ditentukan
oleh Allah bukan oleh manusia, meskipun oleh Maria sekalipun. Ketika kemudian
Yesus mengubah air menjadi anggur, hal itu bukan semata karena permohonan Maria
namun karena kehendak Allah.
Para pelayan diminta oleh Yesus untuk mengisi enam tempayan yang biasa
dipakai untuk kebiasaan mencuci tangan dan kaki menurut adat istiadat. Tiap
tempayan berisi sekitar 40 liter air. Para pelayan tahu benar bahwa tempayan itu
mereka isi dengan air, namun justru ketika dicedok dan dirasakan oleh pemimpin
pesta telah berubah menjadi air anggur yang paling baik. Pemimpin pesta
sampai-sampai menegur mempelai laki-laki karena menilai bahwa anggur yang baik
sengaja dtidak dikeluarkan terlebih dahulu.
Kita sebagai pembaca Injil Yohanes saat ini, kita mengetahui bahwa Yesus
telah mengubah air menjadi anggur. Kita ditarik masuk dalam cerita ini untuk
terlibat bersama Maria dan para pelayan, bukan pada pemimpin pesta. Kita ikut
bersama Maria yang memohon Yesus untuk membantu mengatasi kekurangan anggur.
Sekaligus kita bersama para pelayan yang menyaksikan perubahan air dalam
tempayan menjadi anggur yang baik. Doa dan permohonan yang tanpa jemu layaknya
Maria akan menjadikan Yesus berkeputusan lain dengan mengabulkan doa kita.
Terutama ketika kita mampu sampai pada kemuliaan yang berasal dari Allah sehingga
iman kita akan semakin mendalam.
Pesta perjamuan di Kana melambangkan pesta perjamuan Anak Domba Allah.
Kemuliaan Allah akan ditampakkan dalam kurban Kristus di kayu salib yang
dimahkotai dengan kemuliaan. Yesuslah mempelai laki-laki yang akan menyediakan
anggur yang paling baik, yakni darah-Nya sendiri yang menjadi tebusan bagi
kita. Maka, marilah kita terlibat untuk memohon kemurahan hati Allah bagi
sesama agar kemuliaan Allah semakin dirasakan oleh banyak orang. (R.YKJ)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar