Maria Ratu Damai

Maria Ratu Damai

Sabtu, 06 Juni 2015

HR Tubuh dan Darah Kristus, Tahun B



Inilah Tubuh-Ku, Inilah Darah-Ku

Bacaan Pertama: Kel. 24:3-8
Di gunung Sinai, Allah mengikat perjanjian dengan bangsa pilihan. Di pihak Allah, Ia telah memberikat berkat perlindungan dan akan menyelamatkan bangsa pilihan itu. Sedangkan di pihak bangsa pilihan, mereka harus melaksanakan Firman dan perintah Allah yang disampaikan lewat Musa. Perjanjian itu kemudian diikat dengan darah kurban persembahan yang direcikkan musa atas mereka.

Bacaan Kedua: Ibr. 9:11-15
Imam-imam Perjanjian lama berkali-kali mengurbankan persembahan domba, lembu jantan atau lembu muda. Kurban yang dilakukan oleh para imam itu mampu menyucikan dan memulihkan bangsa pilihan di hadapan Allah. Kristus melebihi imam-imam Perjanjian Lama karena Ia sebagai Imam Agung. Kristus mengurbankan diri-Nya sebagai kurban yang murni, tak bercacat. Kurban Tubuh dan Darah Kristus jauh lebih mulia daripada kurban persembahan yang menyucikan orang-orang terpanggil. Kristus pula yang menandai Perjanjian Baru sebagai pengantara Allah dengan manusia.

Bacaan Injil: Mrk. 14:12-16.22-26

Bacaan Injil ini berisi tentang perjamuan malam terakhir yang termuat dalam Markus. Hari Raya Roti Tidak Beragi adalah perayaan sehari sebelum Paskah. Pada hari itu, domba paskah disembelih pada siang hari dan setelah matahari tenggelam diadakan perjamuan paskah seturut tradisi Yahudi. Pada siang itulah para murid bertanya kepada Yesus tentang tempat perjamuan Paskah yang dikehendaki oleh Yesus. Pemilihan tempat perjamuan bagi Yesus dan murid-murid-Nya dalam Injil ini memberi kesan bahwa Yesus tidak membuat janji terlebih dahulu dengan tuan rumah. Namun tuan rumah akan mempersilahkan ruangan di rumahnya dipakai oleh Yesus dan murid-murid itu.
Seperti pesan Yesus, para murid menjumpai orang yang membawa kendi berisi air. Pembawa kendi ini bukanlah pemilik rumah, namun semacam pelayan yang sedang mempersiapkan perjamuan Paskah. Pertanyaan para murid tentang ruangan yang dieprsiapkan untuk perjamuan Yesus dan para murid harus diajukan kepada pemilik rumah yang diketahui para murid setelah mereka mengikuti orang yang membawa kendi itu. Ruangan khusus disediakan untuk perjamuan Yesus dengan para murid-Nya. Meskipun terkesan secara ajaib Yesus memberi petunjuk tempat perjamuan-Nya, namun pemilik rumah itu seolah sudah tahu bahwa salah satu ruangan di rumahnya hendak dipakai oleh Yesus. Ruangan yang disediakan telah lengkap dan segala sesuatu untuk perjamuan Paskah telah tersedia. Hal ini juga nantinya menjadi gambaran tentang cara Yesus memasuki Yerusalem. Ketika Yesus masuk Yerusalem, Ia pun menyuruh murid-murid-Nya untuk mendahului masuk ke sebuah kampung dan mendapati seekor anak keledai untuk menjadi tunggangan bagi Yesus (Mrk 11:1-6).
Pada ayat 22, mulailah Yesus menjalankan ritual perjamuan Paskah tidak seperti tradisi pada waktu itu. Yesus memberi makna baru para perjamuan itu dengan mengambil roti, mengucap berkat dan memberikannya kepada para murid seraya berkata “Ambilah! Inilah Tubuh-Ku”. Tindakan mengambil roti, mengucap berkat dan membagikan pada peserta perjamuan merupakan tradisi perjamuan Paskah. Namun, Yesus memberi makna baru dengan mengatakan “Inilah Tubuh-Ku”. Dengan jelas Yesus menggambarkan bahwa roti itu melambangkan tubuh-Nya yang hendak dikurbankan bagi penebusan dosa manusia.
Demikian pula ketika Yesus mengambil cawan yang berisi air anggur, Ia mengucap berkat, mengedarkan cawan itu kepada para murid dan berkata “Inilah Darah-Ku, darah perjanjian baru yang ditumpahkan bagimu dan bagi banyak orang”. Dalam kata-kata Yesus ini semakin jelas yang dimaksudkan-Nya bahwa darah-Nya akan ditumpahkan layaknya darah anak domba sebagai kurban sembelihan.
Para murid pada waktu itu belum memahami sepenuhnya makna baru perjamuan Paskah yang dilakukan oleh Yesus. Namun pada saat Yesus telah bangkit dari mati dan menampakkan diri, justru para murid mengenal-Nya ketika Yesus mengangkat roti, mengucap berkat dan membagi-bagikan kepada para murid (Luk. 24:30). Para murid kemudian menyadari sepenuhnya bahwa pada perjamuan terakhir, Yesus melambangkan roti dan anggur sebagai tubuh dan darah-Nya yang hendak dikurbankan di kayu salib. Tubuh-Nya memang diserahkan dan darah-Nya memang ditumbahkan demi cinta kasih penebusan Yesus bagi banyak orang. Para murid kemudian mengulangi perjamuan yang sama seperti dipesankan oleh Yesus, bukan sekedar pengingat dan pengenangan, namun menghadirkan kembali kurban Kristus yang menyerahkan Tubuh dan Darah-Nya.
Setiap kali kita merayakan Ekaristi, kita diikutsertakan dalam kurban Kristus di atas alatar. Kurban Kristus di kayu salib memang hanya sekali untuk selamanya, namun senantiasa diualngi dalam makna terdalam atas kurban Kristus itu. Bahkan secara nyata, roti dan anggur diubah menjadi Tubuh dan Darah Kristus. Inilah yang disebut sebagai transubstansiasi, Kristus sendiri yang mengubah roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah-Nya melampaui substansi roti dan anggur. Yesus adalah Putera Allah. Dengan karya Roh Kudus, Yesus dikandung dan dilahirkan oleh Maria ke dunia ini. Maka, Allah pun dengan mudah dapat menghadirkan Kristus kembali setiap Ekaristi dalam rupa roti dan anggur.
Dengan menerima komuni, kita menerima Tubuh dan Darah Kristus. Kristus yang dibagikan kepada kita, kita santap dengan khidmat dan bersatu dalam tubuh dan darah kita. Persatuan raga yang tak terpisahkan karena mengalir dalam darah kita dan menyatu dalam tubuh kita. Kemanapun kita pergi dan berada, ada Kristus yang telah menyatu dalam tubuh kita. Kristus menginginkan kita selamat dengan berbuat kebaikan dan cinta kasih. Maka, mari kita bawa Kristus yang ada dalam diri kita dalam perbuatan baik dan cinta kasih. Hendaknya kita hindari tempat-tempat yang tidak layak yang bisa membuat kita jatuh dalam dosa, serta menghindari perbuatan dosa yang pasti tidak dikehendaki oleh Yesus yang senantiasa kita sambut. (RYKJ)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar