Inilah Tubuh-Ku, Inilah Darah-Ku
Bacaan Pertama: Kel. 24:3-8
Di gunung Sinai, Allah mengikat perjanjian dengan bangsa pilihan. Di pihak
Allah, Ia telah memberikat berkat perlindungan dan akan menyelamatkan bangsa
pilihan itu. Sedangkan di pihak bangsa pilihan, mereka harus melaksanakan Firman
dan perintah Allah yang disampaikan lewat Musa. Perjanjian itu kemudian diikat
dengan darah kurban persembahan yang direcikkan musa atas mereka.
Bacaan Kedua: Ibr. 9:11-15
Imam-imam Perjanjian lama berkali-kali mengurbankan persembahan domba,
lembu jantan atau lembu muda. Kurban yang dilakukan oleh para imam itu mampu menyucikan
dan memulihkan bangsa pilihan di hadapan Allah. Kristus melebihi imam-imam
Perjanjian Lama karena Ia sebagai Imam Agung. Kristus mengurbankan diri-Nya
sebagai kurban yang murni, tak bercacat. Kurban Tubuh dan Darah Kristus jauh
lebih mulia daripada kurban persembahan yang menyucikan orang-orang terpanggil.
Kristus pula yang menandai Perjanjian Baru sebagai pengantara Allah dengan
manusia.
Bacaan Injil: Mrk. 14:12-16.22-26
Bacaan Injil ini berisi tentang perjamuan malam terakhir yang termuat
dalam Markus. Hari Raya Roti Tidak Beragi adalah perayaan sehari sebelum
Paskah. Pada hari itu, domba paskah disembelih pada siang hari dan setelah
matahari tenggelam diadakan perjamuan paskah seturut tradisi Yahudi. Pada siang
itulah para murid bertanya kepada Yesus tentang tempat perjamuan Paskah yang
dikehendaki oleh Yesus. Pemilihan tempat perjamuan bagi Yesus dan
murid-murid-Nya dalam Injil ini memberi kesan bahwa Yesus tidak membuat janji
terlebih dahulu dengan tuan rumah. Namun tuan rumah akan mempersilahkan ruangan
di rumahnya dipakai oleh Yesus dan murid-murid itu.
Seperti pesan Yesus, para murid menjumpai orang yang membawa kendi berisi
air. Pembawa kendi ini bukanlah pemilik rumah, namun semacam pelayan yang
sedang mempersiapkan perjamuan Paskah. Pertanyaan para murid tentang ruangan
yang dieprsiapkan untuk perjamuan Yesus dan para murid harus diajukan kepada
pemilik rumah yang diketahui para murid setelah mereka mengikuti orang yang
membawa kendi itu. Ruangan khusus disediakan untuk perjamuan Yesus dengan para
murid-Nya. Meskipun terkesan secara ajaib Yesus memberi petunjuk tempat
perjamuan-Nya, namun pemilik rumah itu seolah sudah tahu bahwa salah satu
ruangan di rumahnya hendak dipakai oleh Yesus. Ruangan yang disediakan telah
lengkap dan segala sesuatu untuk perjamuan Paskah telah tersedia. Hal ini juga
nantinya menjadi gambaran tentang cara Yesus memasuki Yerusalem. Ketika Yesus
masuk Yerusalem, Ia pun menyuruh murid-murid-Nya untuk mendahului masuk ke
sebuah kampung dan mendapati seekor anak keledai untuk menjadi tunggangan bagi
Yesus (Mrk 11:1-6).
Pada ayat 22, mulailah Yesus menjalankan ritual perjamuan Paskah tidak
seperti tradisi pada waktu itu. Yesus memberi makna baru para perjamuan itu
dengan mengambil roti, mengucap berkat dan memberikannya kepada para murid
seraya berkata “Ambilah! Inilah Tubuh-Ku”. Tindakan mengambil roti, mengucap
berkat dan membagikan pada peserta perjamuan merupakan tradisi perjamuan
Paskah. Namun, Yesus memberi makna baru dengan mengatakan “Inilah Tubuh-Ku”.
Dengan jelas Yesus menggambarkan bahwa roti itu melambangkan tubuh-Nya yang
hendak dikurbankan bagi penebusan dosa manusia.
Demikian pula ketika Yesus mengambil cawan yang berisi air anggur, Ia
mengucap berkat, mengedarkan cawan itu kepada para murid dan berkata “Inilah
Darah-Ku, darah perjanjian baru yang ditumpahkan bagimu dan bagi banyak orang”.
Dalam kata-kata Yesus ini semakin jelas yang dimaksudkan-Nya bahwa darah-Nya
akan ditumpahkan layaknya darah anak domba sebagai kurban sembelihan.
Para murid pada waktu itu belum memahami sepenuhnya makna baru perjamuan
Paskah yang dilakukan oleh Yesus. Namun pada saat Yesus telah bangkit dari mati
dan menampakkan diri, justru para murid mengenal-Nya ketika Yesus mengangkat
roti, mengucap berkat dan membagi-bagikan kepada para murid (Luk. 24:30). Para
murid kemudian menyadari sepenuhnya bahwa pada perjamuan terakhir, Yesus
melambangkan roti dan anggur sebagai tubuh dan darah-Nya yang hendak
dikurbankan di kayu salib. Tubuh-Nya memang diserahkan dan darah-Nya memang
ditumbahkan demi cinta kasih penebusan Yesus bagi banyak orang. Para murid
kemudian mengulangi perjamuan yang sama seperti dipesankan oleh Yesus, bukan
sekedar pengingat dan pengenangan, namun menghadirkan kembali kurban Kristus
yang menyerahkan Tubuh dan Darah-Nya.
Setiap kali kita merayakan Ekaristi, kita diikutsertakan dalam kurban
Kristus di atas alatar. Kurban Kristus di kayu salib memang hanya sekali untuk
selamanya, namun senantiasa diualngi dalam makna terdalam atas kurban Kristus
itu. Bahkan secara nyata, roti dan anggur diubah menjadi Tubuh dan Darah
Kristus. Inilah yang disebut sebagai transubstansiasi,
Kristus sendiri yang mengubah roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah-Nya
melampaui substansi roti dan anggur. Yesus adalah Putera Allah. Dengan karya
Roh Kudus, Yesus dikandung dan dilahirkan oleh Maria ke dunia ini. Maka, Allah
pun dengan mudah dapat menghadirkan Kristus kembali setiap Ekaristi dalam rupa
roti dan anggur.
Dengan menerima komuni, kita menerima Tubuh dan Darah Kristus. Kristus
yang dibagikan kepada kita, kita santap dengan khidmat dan bersatu dalam tubuh
dan darah kita. Persatuan raga yang tak terpisahkan karena mengalir dalam darah
kita dan menyatu dalam tubuh kita. Kemanapun kita pergi dan berada, ada Kristus
yang telah menyatu dalam tubuh kita. Kristus menginginkan kita selamat dengan
berbuat kebaikan dan cinta kasih. Maka, mari kita bawa Kristus yang ada dalam
diri kita dalam perbuatan baik dan cinta kasih. Hendaknya kita hindari
tempat-tempat yang tidak layak yang bisa membuat kita jatuh dalam dosa, serta
menghindari perbuatan dosa yang pasti tidak dikehendaki oleh Yesus yang
senantiasa kita sambut. (RYKJ)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar