Pertumbuhan Iman yang Pesat bagai Biji Tanaman
Bacaan
Pertama: Yeh. 17:22-24
Lewat nabi
Yehezkiel, Allah memberikan perumpamaan dari sebatang pohon aras yang tinggi
akan diambil sepucuk tunas muda yang paling atas dan akan ditanam di puncak
gunung yang tinggi. Tunas muda itu akan tumbuh dan berkembang menjadi pohon
aras yang besar dan kuat. Perumpamaan ini melambangkan bahwa Allah akan
membangkitkan kembali bangsa pilihan sehingga akan menjadi bangsa yang besar
dan kuat.
Bacaan
Kedua: 2Kor. 5:6-10
Paulus menyadari
bahwa sebagai pengikut Kristus seharusnya hidup berdasar terang iman sehingga
tubuh manusiawi dan hidup di dunia ini sungguh menampilkan Kristus sendiri.
Keinginan terdalam Paulus adalah persatuan dengan Allah dalam kemuliaan abadi.
Namun selama Paulus masih hidup di dunia ini, ia tetap tabah dalam perjuangan
imannya supaya tubuh dan segala hal duniawi yang ada padanya menjadikannya
tetap berkenan kepada Allah.
Bacaan
Injil: Mrk. 4:26-34
Injil Markus bab
4 berisi tentang pengajaran Yesus dalam perumpamaan-perumpamaan. Yesus pada waktu
itu bersama dengan dua belas rasul yang baru saja dipilih-Nya ada di tepi
sebuah danau. Tidak disebutkan nama danaunya, namun dari Injil lain disebutkan
danau Galilea. Karena semakin banyak orang yang mengerumini Yesus, maka Yesus
naik ke sebuah perahu yang sedang berlabuh dan muai mengajar sambil duduk di
atas perahu itu. Secara teknis hal ini dimaksudkan agar Yesus tidak terdesak
oleh banyak orang dan dengan duduk di atas perahu semua orang dapat melihat dan
mendengarkan Yesus.
Pada bacaan
Minggu ini, terdapat dua perumpamaan dalam Injil yang dibacakan. Perumpamaan
pertama tentang benih yang tumbuh hanya ada dalam Injil Markus. Kerajaan Allah
digambarkan Yesus bagai orang yang menaburkan benih di tanah dan dengan
sendirinya benih itu bertunas dan makin tinggi. Meskipun tidak disebutkan nama
tanaman dari benih itu, namun dari perumpamaan ini dapat dimengerti bahwa yang
dimaksudkan Yesus adalah benih gandum. Proses pertumbuha benih itu tidak
diketahui oleh orang itu. Tunas dari benih itu kemudian menjadi tanaman yang
buah, secara bertahap dari tangkai hingga bulir buah yang berisi. Ketika buah
tanaman itu telah matang, si penanam akan segera memanennya.
Pada prinsipnya,
benih yang ditaburkan di tanah akan tumbuh dengan sendirinya tanpa proses yang
harus ditunggui oleh si penabur. Dalam perumpamaan ini, tanah sebagai tempat
untuk menabur itu adalah aspek rohani dan kekayaan batin manusia, sedangkan
kerajaan surga adalah firman yang disampaikan dalam hati manusia. Manusia yang
menerima firman Tuhan dan menanamkan dalam batinnya akan mengalami pertumbuhan
yang terasa spontan, tetapi sebenarnya dipeliraha pertumbuhannya oleh Allah
sendiri.
Benih tanaman
dalam dirinya sendiri mengandung kehidupan, sehingga ketika ditaburkan di lahan
yang potensial maka akan tumbuh dengan sendirinya. Demikian juga dengan firman
Allah yang ditanam dalam hati orang yang percaya akan tumbuh dengan sendirinya
karena ada kehidupan Roh Allah dalam firman itu. Hati manusia yang menjadi
tempat bagi persemaian firman Allah haruslah potensial dengan kesuburan rohani
agar menumbuhkan benih dan pada gilirannya menghasilkan buah berlimpah.
Perumpamaan
kedua dalam bacaan ini adalah perumpamaan tentang biji sesawi yang melambangkan
kerajaan Allah. Biji sesawi adalah biji sebesar kepala jarum, biji yang
tergolong kecil di daerah Galilea. Namun ketika biji ini ditanam justru tumbuh
tanaman sayuran yang paling besar. Tanaman sesawi ini bercabang dan menjadi
teduh sehingga burung-burung pun bersarang dalam naungan ranting-rantingnya.
Batang pohon sesawi digambarkan bisa sebesar lengan orang dewasa sehingga
cabang dan rantingnya pun dapat menjadi tempat yang teduh bagi para burung.
Yesus hendak
menjelaskan bahwa kerajaan Allah, orang-orang yang percaya kepada Allah lewat
Yesus Kristus sebagai Mesias pada awalnya dalam jumlah yang kecil namun dapat
tumbuh dan berkembang menjadi besar. Demikianlah pesekutuan umat beriman kepada
Yesus yang terbentuk menjadi Gereja, pada awalnya sedikit dalam jumlah namun
dapat tumbuh dan berkembang dengan pesat. Namun tetaplah harus waspada. Lambang
burung yang bersarang pada ranting sesawi juga padat ditafsirkan sebagai
pengganggu yang menumpang pada pohon itu. Gereja yang telah mapan dalam banyak
hal sering kali diganggu aneka kepentingan baik pribadi maupun kelompok
tertentu.
Bagi kita,
pertumbuhan firman dalam hati berkat daya pertumbuhan Allah sendiri. Kita
tinggal menyediakan diri dan hati agar menjadi lahan yang subur bagi benih
sabda yang ditaburkan dalam diri kita. Allah menghendaki kita berkembang dalam
iman sehingga suatu saat menjadi penenan Allah dan dimasukkan dalam kerajaan
surga. Marilah kita tanam sabda Allah dengan rajin membaca Kitab Suci,
mendengarkan dengan tekun ketika Sabda dibacakan dalam luturgi dan mencermati
penjelasannya dalam homili liturgi, serta mewujudkan dalam hidup harian kita. (R.YKJ)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar