Maria Ratu Damai

Maria Ratu Damai

Sabtu, 13 Juni 2015

Minggu biasa XI, Tahun B



Pertumbuhan Iman yang Pesat bagai Biji Tanaman

Bacaan Pertama: Yeh. 17:22-24
Lewat nabi Yehezkiel, Allah memberikan perumpamaan dari sebatang pohon aras yang tinggi akan diambil sepucuk tunas muda yang paling atas dan akan ditanam di puncak gunung yang tinggi. Tunas muda itu akan tumbuh dan berkembang menjadi pohon aras yang besar dan kuat. Perumpamaan ini melambangkan bahwa Allah akan membangkitkan kembali bangsa pilihan sehingga akan menjadi bangsa yang besar dan kuat.

Bacaan Kedua: 2Kor. 5:6-10
Paulus menyadari bahwa sebagai pengikut Kristus seharusnya hidup berdasar terang iman sehingga tubuh manusiawi dan hidup di dunia ini sungguh menampilkan Kristus sendiri. Keinginan terdalam Paulus adalah persatuan dengan Allah dalam kemuliaan abadi. Namun selama Paulus masih hidup di dunia ini, ia tetap tabah dalam perjuangan imannya supaya tubuh dan segala hal duniawi yang ada padanya menjadikannya tetap berkenan kepada Allah.

Bacaan Injil: Mrk. 4:26-34

Injil Markus bab 4 berisi tentang pengajaran Yesus dalam perumpamaan-perumpamaan. Yesus pada waktu itu bersama dengan dua belas rasul yang baru saja dipilih-Nya ada di tepi sebuah danau. Tidak disebutkan nama danaunya, namun dari Injil lain disebutkan danau Galilea. Karena semakin banyak orang yang mengerumini Yesus, maka Yesus naik ke sebuah perahu yang sedang berlabuh dan muai mengajar sambil duduk di atas perahu itu. Secara teknis hal ini dimaksudkan agar Yesus tidak terdesak oleh banyak orang dan dengan duduk di atas perahu semua orang dapat melihat dan mendengarkan Yesus.
Pada bacaan Minggu ini, terdapat dua perumpamaan dalam Injil yang dibacakan. Perumpamaan pertama tentang benih yang tumbuh hanya ada dalam Injil Markus. Kerajaan Allah digambarkan Yesus bagai orang yang menaburkan benih di tanah dan dengan sendirinya benih itu bertunas dan makin tinggi. Meskipun tidak disebutkan nama tanaman dari benih itu, namun dari perumpamaan ini dapat dimengerti bahwa yang dimaksudkan Yesus adalah benih gandum. Proses pertumbuha benih itu tidak diketahui oleh orang itu. Tunas dari benih itu kemudian menjadi tanaman yang buah, secara bertahap dari tangkai hingga bulir buah yang berisi. Ketika buah tanaman itu telah matang, si penanam akan segera memanennya.
Pada prinsipnya, benih yang ditaburkan di tanah akan tumbuh dengan sendirinya tanpa proses yang harus ditunggui oleh si penabur. Dalam perumpamaan ini, tanah sebagai tempat untuk menabur itu adalah aspek rohani dan kekayaan batin manusia, sedangkan kerajaan surga adalah firman yang disampaikan dalam hati manusia. Manusia yang menerima firman Tuhan dan menanamkan dalam batinnya akan mengalami pertumbuhan yang terasa spontan, tetapi sebenarnya dipeliraha pertumbuhannya oleh Allah sendiri.
Benih tanaman dalam dirinya sendiri mengandung kehidupan, sehingga ketika ditaburkan di lahan yang potensial maka akan tumbuh dengan sendirinya. Demikian juga dengan firman Allah yang ditanam dalam hati orang yang percaya akan tumbuh dengan sendirinya karena ada kehidupan Roh Allah dalam firman itu. Hati manusia yang menjadi tempat bagi persemaian firman Allah haruslah potensial dengan kesuburan rohani agar menumbuhkan benih dan pada gilirannya menghasilkan buah berlimpah.
Perumpamaan kedua dalam bacaan ini adalah perumpamaan tentang biji sesawi yang melambangkan kerajaan Allah. Biji sesawi adalah biji sebesar kepala jarum, biji yang tergolong kecil di daerah Galilea. Namun ketika biji ini ditanam justru tumbuh tanaman sayuran yang paling besar. Tanaman sesawi ini bercabang dan menjadi teduh sehingga burung-burung pun bersarang dalam naungan ranting-rantingnya. Batang pohon sesawi digambarkan bisa sebesar lengan orang dewasa sehingga cabang dan rantingnya pun dapat menjadi tempat yang teduh bagi para burung.
Yesus hendak menjelaskan bahwa kerajaan Allah, orang-orang yang percaya kepada Allah lewat Yesus Kristus sebagai Mesias pada awalnya dalam jumlah yang kecil namun dapat tumbuh dan berkembang menjadi besar. Demikianlah pesekutuan umat beriman kepada Yesus yang terbentuk menjadi Gereja, pada awalnya sedikit dalam jumlah namun dapat tumbuh dan berkembang dengan pesat. Namun tetaplah harus waspada. Lambang burung yang bersarang pada ranting sesawi juga padat ditafsirkan sebagai pengganggu yang menumpang pada pohon itu. Gereja yang telah mapan dalam banyak hal sering kali diganggu aneka kepentingan baik pribadi maupun kelompok tertentu.
Bagi kita, pertumbuhan firman dalam hati berkat daya pertumbuhan Allah sendiri. Kita tinggal menyediakan diri dan hati agar menjadi lahan yang subur bagi benih sabda yang ditaburkan dalam diri kita. Allah menghendaki kita berkembang dalam iman sehingga suatu saat menjadi penenan Allah dan dimasukkan dalam kerajaan surga. Marilah kita tanam sabda Allah dengan rajin membaca Kitab Suci, mendengarkan dengan tekun ketika Sabda dibacakan dalam luturgi dan mencermati penjelasannya dalam homili liturgi, serta mewujudkan dalam hidup harian kita. (R.YKJ)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar