Maria Ratu Damai

Maria Ratu Damai

Sabtu, 06 Agustus 2016

Minggu Biasa XIX, Tahun C



Hamba yang Setia dan Bijaksana

Bacaan Pertama: Kebijaksanaan 18: 6-9
Kitab Kebijaksanaan ini memuat perubahan sikap untuk berbalik kepada Allah dan kembali pada kesucian. Kurban persembahan yang baik lebih adalah sikap sehati melaksanakan kewajiban di hadapan Allah, baik dalam situasi aman maupun situasi membahayakan.

Bacaan Kedua: Ibrani 11:1-2,8-19
Surat kepada Orang Ibrani ini mengungkapkan hakikat iman yang harus dimiliki orang-orang yang percaya kepada Kristus. Iman menjadi dasar harapan pada janji Allah dan dasar dari sikap ketaatan manusia kepada Allah. Iman telah diwariskan sejak zaman dahulu dan terungkap jelas dalam panggilan Abraham yang mengikat perjanjian dengan Allah. Iman Abraham itulah yang diwariskan kepada keturunannya. Kesetiaan dan ketaatan iman Abraham itulah yang seharusnya dimiliki setiap orang beriman.

Bacaan Injil: Lukas 12:32-48

Injil Lukas ini menjadi bagian pengajaran Yesus yang diberikan khusus kepada para murid-Nya (Luk. 12:1-59). Yesus menginginkan para murid-Nya memiliki kualitas iman yang lebih dari orang banyak yang juga menjadi pengikut Yesus. Kepada para murid-Nya, Yesus memberikan pengajaran khusus untuk meneguhkan dan meyakinkan para murid agar kelak dapat menjadi utusan bagi keselamatan Allah. Yesus menyebut para murid sebagai kawanan kecil namun Bapa berkenan memberikan Kerajaan Surga kepada mereka. Kelompok para murid Yesus hanyalah berjumlah dua belas orang yang harus diutus kepada banyak orang yang telah mendengarkan ajaran Yesus, bahkan ke seluruh dunia. Mereka diminta tidak takut karena Allah menyertai mereka. Yesus menegaskan agar mereka membekali diri dengan harta rohani dan bukan dengan harta duniawi yang membebani kerohanian mereka.
Yesus kemudian melanjutkan pengajaran-Nya tentang kesiap-sediaan yang harus dimiliki oleh para murid. Mereka harus bersikap seperti hamba yang menantikan tuannya pulang dari perjamuan perkawinan. Acara perkawinan seringkali memakan waktu yang lama karena ada tradisi tawar-menawar mas kawin yang bisa berlangsung hingga larut malam. Sesudah mas kawin  disepakati, barulah diadakan upacara perkawinan dan perjamuannya. Seseorang yang menghadiri perkawinan tidak bisa diperkirakan kapan selesai dan kembali ke rumah, bisa malam hari, tengah malam atau dini hari.
Hamba-hamba yang menunggui tuannya pulang dari perjamuan nikah harus berjaga-jaga sepanjang hari dan malam itu agar sewaktu-waktu tuannya pulang mereka siap untuk menyambut dan melayaninya. Meskipun pulang dari perjamuan nikah, namun bila perkawinan dilaksanakan larut malam, tentulah tuan itu tidak dapat menikmati sajian perjamuan. Di rumah sepulang dari acara perkawinan itu, barulah sang tuan itu dapat menikmati makanan dan melepaskan kepenatan selama mengikuti upacara perkawinan. Para hambalah yang harus siap sedia melayani tuannya kapan pun ia pulang.
Yesus juga menegaskan bahwa hamba yang setia menunggu tuannya pulang dan selalu siap melayani tuannya adalah hamba terpilih yang diangkat menjadi kepala atas para hamba yang lain. Pemimpin atas hamba yang lain bukan berdasarkan kekuatannya, namun berdasarkan sikap kesetiaan dan kebijaksanaan untuk menjadi pelayan bagi tuannya dan pelayan pula bagi hamba yang lain. Hal ini berbeda dengan hamba yang jahat yang hendak merebut kekuasaan tuannya dengan menindas hamba-hamba yang lain dan memakai kebebasan ketika tidak ada tuannya dengan nimun dan mabuk. Hamba yang seperti ini tentu akan mendapat hukuman dari tuannya.
Pada bagian akhir Yesus mengatakan bahwa hamba yang tahu kehendak tuannya, namun tidak melaksanakannya maka akan mendapat banyak hukuman. Sedangkan hamba yang tidak tahu kehendak tuannya dan tidak melaksanakannya, ia sedikit saja mendapat hukuman. Yesus menekankan bahwa para murid-Nya mendapatkan pengajaran secara khusus dan mendapatkan kepercayaan Yesus untuk mewartakan Kerajaan Allah. Para murid yang diberi lebih banyak dituntut lebih banyak pula daripada orang lain yang tidak mendapatkan pengajaran khusus.
Hamba yang setia dan bijaksana yang terutama kita temukan dalam diri Yesus sebagai Putera Allah yang taat pada kehendak Bapa. Teladan Yesus inilah yang kemudian kita temukan dalam diri para rasul yang juga menjadi hamba-hamba yang setia dan bijaksana dalam tugas pewartaan Kerajaan Allah. Kita saat ini mendapat panggilan sebagai murid-murid Kristus dan diutus dalam cara hidup kita masing-masing. Dalam keluarga, sebagai orang tua atau anak-anak tentu memiliki tanggungjawab yang berbeda. Masing-masing memiliki perutusan untuk mewartakan Kerajaan Allah dengan mewujudkan cinta kasih kepada sesama. Mari menjadi hamba-hamba Kristus yang setia dan bijaksana dalam hidup dan kerja kita. (R.YKJ)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar