Hamba yang Setia dan Bijaksana
Bacaan Pertama: Kebijaksanaan 18: 6-9
Kitab Kebijaksanaan ini memuat perubahan sikap untuk berbalik kepada Allah
dan kembali pada kesucian. Kurban persembahan yang baik lebih adalah sikap
sehati melaksanakan kewajiban di hadapan Allah, baik dalam situasi aman maupun
situasi membahayakan.
Bacaan Kedua: Ibrani 11:1-2,8-19
Surat kepada Orang Ibrani ini mengungkapkan hakikat iman yang harus
dimiliki orang-orang yang percaya kepada Kristus. Iman menjadi dasar harapan pada
janji Allah dan dasar dari sikap ketaatan manusia kepada Allah. Iman telah
diwariskan sejak zaman dahulu dan terungkap jelas dalam panggilan Abraham yang
mengikat perjanjian dengan Allah. Iman Abraham itulah yang diwariskan kepada
keturunannya. Kesetiaan dan ketaatan iman Abraham itulah yang seharusnya
dimiliki setiap orang beriman.
Bacaan Injil: Lukas 12:32-48
Injil Lukas ini menjadi bagian pengajaran Yesus yang diberikan khusus
kepada para murid-Nya (Luk. 12:1-59). Yesus menginginkan para murid-Nya
memiliki kualitas iman yang lebih dari orang banyak yang juga menjadi pengikut
Yesus. Kepada para murid-Nya, Yesus memberikan pengajaran khusus untuk
meneguhkan dan meyakinkan para murid agar kelak dapat menjadi utusan bagi
keselamatan Allah. Yesus menyebut para murid sebagai kawanan kecil namun Bapa
berkenan memberikan Kerajaan Surga kepada mereka. Kelompok para murid Yesus
hanyalah berjumlah dua belas orang yang harus diutus kepada banyak orang yang
telah mendengarkan ajaran Yesus, bahkan ke seluruh dunia. Mereka diminta tidak
takut karena Allah menyertai mereka. Yesus menegaskan agar mereka membekali
diri dengan harta rohani dan bukan dengan harta duniawi yang membebani
kerohanian mereka.
Yesus kemudian melanjutkan pengajaran-Nya tentang kesiap-sediaan yang
harus dimiliki oleh para murid. Mereka harus bersikap seperti hamba yang
menantikan tuannya pulang dari perjamuan perkawinan. Acara perkawinan
seringkali memakan waktu yang lama karena ada tradisi tawar-menawar mas kawin
yang bisa berlangsung hingga larut malam. Sesudah mas kawin disepakati, barulah diadakan upacara
perkawinan dan perjamuannya. Seseorang yang menghadiri perkawinan tidak bisa
diperkirakan kapan selesai dan kembali ke rumah, bisa malam hari, tengah malam
atau dini hari.
Hamba-hamba yang menunggui tuannya pulang dari perjamuan nikah harus
berjaga-jaga sepanjang hari dan malam itu agar sewaktu-waktu tuannya pulang
mereka siap untuk menyambut dan melayaninya. Meskipun pulang dari perjamuan
nikah, namun bila perkawinan dilaksanakan larut malam, tentulah tuan itu tidak
dapat menikmati sajian perjamuan. Di rumah sepulang dari acara perkawinan itu,
barulah sang tuan itu dapat menikmati makanan dan melepaskan kepenatan selama
mengikuti upacara perkawinan. Para hambalah yang harus siap sedia melayani tuannya
kapan pun ia pulang.
Yesus juga menegaskan bahwa hamba yang setia menunggu tuannya pulang dan
selalu siap melayani tuannya adalah hamba terpilih yang diangkat menjadi kepala
atas para hamba yang lain. Pemimpin atas hamba yang lain bukan berdasarkan
kekuatannya, namun berdasarkan sikap kesetiaan dan kebijaksanaan untuk menjadi
pelayan bagi tuannya dan pelayan pula bagi hamba yang lain. Hal ini berbeda
dengan hamba yang jahat yang hendak merebut kekuasaan tuannya dengan menindas
hamba-hamba yang lain dan memakai kebebasan ketika tidak ada tuannya dengan
nimun dan mabuk. Hamba yang seperti ini tentu akan mendapat hukuman dari
tuannya.
Pada bagian akhir Yesus mengatakan bahwa hamba yang tahu kehendak tuannya,
namun tidak melaksanakannya maka akan mendapat banyak hukuman. Sedangkan hamba
yang tidak tahu kehendak tuannya dan tidak melaksanakannya, ia sedikit saja
mendapat hukuman. Yesus menekankan bahwa para murid-Nya mendapatkan pengajaran
secara khusus dan mendapatkan kepercayaan Yesus untuk mewartakan Kerajaan
Allah. Para murid yang diberi lebih banyak dituntut lebih banyak pula daripada
orang lain yang tidak mendapatkan pengajaran khusus.
Hamba yang setia dan bijaksana yang terutama kita temukan dalam diri Yesus
sebagai Putera Allah yang taat pada kehendak Bapa. Teladan Yesus inilah yang
kemudian kita temukan dalam diri para rasul yang juga menjadi hamba-hamba yang
setia dan bijaksana dalam tugas pewartaan Kerajaan Allah. Kita saat ini
mendapat panggilan sebagai murid-murid Kristus dan diutus dalam cara hidup kita
masing-masing. Dalam keluarga, sebagai orang tua atau anak-anak tentu memiliki
tanggungjawab yang berbeda. Masing-masing memiliki perutusan untuk mewartakan
Kerajaan Allah dengan mewujudkan cinta kasih kepada sesama. Mari menjadi
hamba-hamba Kristus yang setia dan bijaksana dalam hidup dan kerja kita. (R.YKJ)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar