Peran Serta Maria dalam Keselamatan
Allah
Bacaan Pertama: Wahyu 11:19a;12:1.3-61.10ab
Wahyu kepada Yohanes menggambarkan Maria yang melahirkan Yesus Kristus.
Secara menakjubkan digambarkan Maria sebagai perempuan berselubungkan matahari,
bulan di bawah kakinya dan mengenakan mahkota dua belas bintang. Perempuan itu
melahirkan Anak laki-laki dan langsung dibawa ke hadapan kemuliaan Allah.
Sedangkan perempuan itu lari ke padang gurun, tempat yang disediakan Allah
baginya. Yesus Kristus ditentukan Allah untuk menggembalakan manusia di bumi
ini untuk sampai pada kemuliaan Allah. Penyelamatan Allah ini tidak melupakan
Maria yang telah mengandung dan melahirkan Juru Selamat itu, maka Allah telah
menyediakan tempat bagi Maria dalam kemuliaan-Nya.
Bacaan Kedua: 1 Korintus 15:2-26
Kristus mengalami kematian, namun Ia dibangkitkan sebagai yang pertama
dari antara orang mati. Manusia jatuh ke dalam dosa (pertama) karena satu orang
(Adam), demikian juga karena karena Kristus yang bangkit, semua orang
diselamatkan. Kristus sebagai buah sulung kebangkitan dan menerima kembali
Kerajaan Allah karena Ia adalah Putera Allah.
Bacaan Injil: Lukas 1:39-56
Bacaan Injil ini mengisahkan Maria yang mengunjungi Elisabet, saudarinya.
Maria telah menerima kabar dari Malaikat Gabriel bahwa ia akan mengandung dan
melahirkan. Kabar itu tentu belum menjadi kabar gembira baginya dan Maria masih
ada dalam situasi batin yang berat meskipun telah menerima kehendak Allah.
Salah satu yang diungkapkan malaikat Gabriel kepada Maria adalah Elisabet,
saudarinya, telah mengandung pada usia kandungan yang keenam bulan (1:36).
Kunjungan ini bukan berarti Maria semata ingin membuktikan kata-kata malaikat
itu. Apalagi proses Elisabet mengandung didahului peristiwa penampakan malaikat
Tuhan pada Zakaria di Bait Allah. Tentu Maria telah mengetahui berita ini dan
ditegaskan oleh malaikat pada Maria bahwa Elisabet mengandung karena rahmat dan
kehendak Allah.
Sebagai gadis yang mengandung dari Roh Kudus, tentu Maria diliputi
berbagai perasaan manusiawi yang ia simpan dalam hatinya. Dengan mengunjungi
Elizabet, Maria ingin juga menyaksikan karya Allah yang melampaui nalar
manusia. Pastilah dengan menyaksikan Elisabet yang mengandung pada masa tuanya,
Maria akan semakin yakin akan karya Allah dalam dirinya. Ketika Maria sampai
rumah Zakaria, ia menyampaikan salam kepada Elisabet. Salam yang disampaikan
Maria tentu salam yang biasa disampaikan pada saudara yang baru dijumpainya.
Salam secara kebiasaan tradisi manusia ini ternyata bermakna rohani bagi
Elisabet. Elisabet menyambut salam Maria dengan pujian dan berkat bagi Maria.
Elisabet merasakan bahwa bayi dalam kandungannya melonjak kegirangan
mendapatkan kunjungan Maria, dan terutama kunjungan dari Tuhan yang dikandung
Maria.
Elisabet yang dipenuhi Roh Kudus mengucap berkat bagi Maria di antara
semua wanita dan buah rahim yang terberkati pula. Bagi Maria, ungkapan Elisabet
ini tentu berbeda dengan situasinya ketika mendengar kabar malaikat Gabriel
bahwa ia akan mengandung. Maria sempat berkata kepada Gabriel: bagaimana
mungkin terjadi, aku belum bersuami (1:34). Pada awalnya, Maria menilai bahwa
kehamilannya sesuatu yang mustahil dan bahkan akan menyulitkan dirinya. Seruan
Elisabet bahwa Maria menjadi terberkati di antara semua wanita pastilah
meneguhkan ungkapan Maria bahwa “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan. Jadilah
padaku menurut perkataanmu itu” (1:38). Maria semakin yakin ketika Elisabet menyebutnya
sebagai Ibu Tuhanku. Lagi, ditambah “sungguh, berbahagialah dia yang telah
percaya, sebab Firman Tuhan yang dikatakan kepadanya akan terlaksana”. Kata-kata
Elisabet ini merupakan penegasan bagi Maria bahwa kabar yang disampaikan
kepadanya akan terlaksana.
Atas pujian dan berkat bagi Maria, Maria membalas dengan mengucapkan syair
pujian bagi Tuhan. Dalam pujian ini, Maria menyebut diri sebagai yang
berbahagia karena karya keselamatan Allah yang ditunjukkan padanya dan pada
dunia. Pujian Maria kepada Allah juga karena karya keselamatan Allah
ditunjukkan bagi orang-orang yang taat beriman, yang rendah hati, yang lapar
dan tersingkir dan kaum terpilih yang telah dijanjikan rahmat berlimpah
turun-temurun.
Maria dipilih Allah untuk melahirkan Putera Tunggal-Nya. Allah tentu telah
mempersiapkan Maria agar layak untuk tugas mulia ini. Allah pun memberikan
kemuliaan kepada Maria bersama Kristus dalam kemuliaan abadi. Setelah
perjuangan iman yang disertai dengan berbagai penderitaan sejak kabar malaikan
Gabriel hingga peristiwa salib, Maria tidak mengalami maut karena Puteranya
telah menang atas maut. Maria merupakan teladan iman bagi kita, teladan ketulusan,
kejujuran, ketegaran, kerendahan hati, dll agar kelak ikut bersatu dalam
kemuliaan Allah. (R.YKJ)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar