Maria Ratu Damai

Maria Ratu Damai

Sabtu, 13 Agustus 2016

Minggu Biasa XX, Tahun C: HR SP Maria Diangkat ke Surga



Peran Serta Maria dalam Keselamatan Allah

Bacaan Pertama: Wahyu 11:19a;12:1.3-61.10ab
Wahyu kepada Yohanes menggambarkan Maria yang melahirkan Yesus Kristus. Secara menakjubkan digambarkan Maria sebagai perempuan berselubungkan matahari, bulan di bawah kakinya dan mengenakan mahkota dua belas bintang. Perempuan itu melahirkan Anak laki-laki dan langsung dibawa ke hadapan kemuliaan Allah. Sedangkan perempuan itu lari ke padang gurun, tempat yang disediakan Allah baginya. Yesus Kristus ditentukan Allah untuk menggembalakan manusia di bumi ini untuk sampai pada kemuliaan Allah. Penyelamatan Allah ini tidak melupakan Maria yang telah mengandung dan melahirkan Juru Selamat itu, maka Allah telah menyediakan tempat bagi Maria dalam kemuliaan-Nya.

Bacaan Kedua: 1 Korintus 15:2-26
Kristus mengalami kematian, namun Ia dibangkitkan sebagai yang pertama dari antara orang mati. Manusia jatuh ke dalam dosa (pertama) karena satu orang (Adam), demikian juga karena karena Kristus yang bangkit, semua orang diselamatkan. Kristus sebagai buah sulung kebangkitan dan menerima kembali Kerajaan Allah karena Ia adalah Putera Allah.

Bacaan Injil: Lukas 1:39-56

Bacaan Injil ini mengisahkan Maria yang mengunjungi Elisabet, saudarinya. Maria telah menerima kabar dari Malaikat Gabriel bahwa ia akan mengandung dan melahirkan. Kabar itu tentu belum menjadi kabar gembira baginya dan Maria masih ada dalam situasi batin yang berat meskipun telah menerima kehendak Allah. Salah satu yang diungkapkan malaikat Gabriel kepada Maria adalah Elisabet, saudarinya, telah mengandung pada usia kandungan yang keenam bulan (1:36). Kunjungan ini bukan berarti Maria semata ingin membuktikan kata-kata malaikat itu. Apalagi proses Elisabet mengandung didahului peristiwa penampakan malaikat Tuhan pada Zakaria di Bait Allah. Tentu Maria telah mengetahui berita ini dan ditegaskan oleh malaikat pada Maria bahwa Elisabet mengandung karena rahmat dan kehendak Allah.
Sebagai gadis yang mengandung dari Roh Kudus, tentu Maria diliputi berbagai perasaan manusiawi yang ia simpan dalam hatinya. Dengan mengunjungi Elizabet, Maria ingin juga menyaksikan karya Allah yang melampaui nalar manusia. Pastilah dengan menyaksikan Elisabet yang mengandung pada masa tuanya, Maria akan semakin yakin akan karya Allah dalam dirinya. Ketika Maria sampai rumah Zakaria, ia menyampaikan salam kepada Elisabet. Salam yang disampaikan Maria tentu salam yang biasa disampaikan pada saudara yang baru dijumpainya. Salam secara kebiasaan tradisi manusia ini ternyata bermakna rohani bagi Elisabet. Elisabet menyambut salam Maria dengan pujian dan berkat bagi Maria. Elisabet merasakan bahwa bayi dalam kandungannya melonjak kegirangan mendapatkan kunjungan Maria, dan terutama kunjungan dari Tuhan yang dikandung Maria.
Elisabet yang dipenuhi Roh Kudus mengucap berkat bagi Maria di antara semua wanita dan buah rahim yang terberkati pula. Bagi Maria, ungkapan Elisabet ini tentu berbeda dengan situasinya ketika mendengar kabar malaikat Gabriel bahwa ia akan mengandung. Maria sempat berkata kepada Gabriel: bagaimana mungkin terjadi, aku belum bersuami (1:34). Pada awalnya, Maria menilai bahwa kehamilannya sesuatu yang mustahil dan bahkan akan menyulitkan dirinya. Seruan Elisabet bahwa Maria menjadi terberkati di antara semua wanita pastilah meneguhkan ungkapan Maria bahwa “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan. Jadilah padaku menurut perkataanmu itu” (1:38). Maria semakin yakin ketika Elisabet menyebutnya sebagai Ibu Tuhanku. Lagi, ditambah “sungguh, berbahagialah dia yang telah percaya, sebab Firman Tuhan yang dikatakan kepadanya akan terlaksana”. Kata-kata Elisabet ini merupakan penegasan bagi Maria bahwa kabar yang disampaikan kepadanya akan terlaksana.
Atas pujian dan berkat bagi Maria, Maria membalas dengan mengucapkan syair pujian bagi Tuhan. Dalam pujian ini, Maria menyebut diri sebagai yang berbahagia karena karya keselamatan Allah yang ditunjukkan padanya dan pada dunia. Pujian Maria kepada Allah juga karena karya keselamatan Allah ditunjukkan bagi orang-orang yang taat beriman, yang rendah hati, yang lapar dan tersingkir dan kaum terpilih yang telah dijanjikan rahmat berlimpah turun-temurun.
Maria dipilih Allah untuk melahirkan Putera Tunggal-Nya. Allah tentu telah mempersiapkan Maria agar layak untuk tugas mulia ini. Allah pun memberikan kemuliaan kepada Maria bersama Kristus dalam kemuliaan abadi. Setelah perjuangan iman yang disertai dengan berbagai penderitaan sejak kabar malaikan Gabriel hingga peristiwa salib, Maria tidak mengalami maut karena Puteranya telah menang atas maut. Maria merupakan teladan iman bagi kita, teladan ketulusan, kejujuran, ketegaran, kerendahan hati, dll agar kelak ikut bersatu dalam kemuliaan Allah. (R.YKJ)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar