Maria Ratu Damai

Maria Ratu Damai

Sabtu, 11 Juli 2015

Minggu biasa XV, Tahun B



Panggilan dan Perutusan

Bacaan Pertama: Am. 7:12-15
Amos mendapatkan penolakan dari Amazia sebagai imam di istana Betel. Amazia menganggap Amos sebagai pelihat atau dukun yang bisa meramal. Amos menolak disebut sebagai pelihat. Ia adalah nabi yang dipanggil dan diutus oleh Tuhan. Amos bernubuat bukan karena pekerjaannya sebagai pelihat, namun karena perutusan kenabiannya.

Bacaan Kedua: Ef. 1:3-14
Kepada jemaat di Efesus, Paulus mengungkapkan imannya yang mendalam. Sejak penciptaan, Allah menetapkan manusia untuk tinggal bersama dengan Allah. Namun karena dosa, manusia jauh dari Allah. Allah tetap berusaha menyelamatkan manusia dengan mengutus Putera Tunggal-Nya. Kerelaan kurban Kristus memperkaya kita dengan Roh Kudus yang memberi jaminan penebusan sebagai umat milik Allah.

Bacaan Injil: Mrk. 6:7-13

Kutipan dari Injil Markus ini berisi perutusan Yesus kepada kedua belas murid-Nya. Markus menempatkan kisah perutusan ini pada bagian awal Injil yang ditulisnya. Sesudah Yesus berkeliling ke daerah Galilea, bahkan mendapatkan penolakan di daerah asal-Nya, Yesus mengutus para murid dengan memberi mereka kuasa ilahi yang dimiliki-Nya. Perutusan ini penuh daya ilahi, namun demikian akan ada tantangan yang dihadapi oleh para murid.
Yesus memanggil sendiri para murid-Nya. Para murid menerima panggilan Yesus untuk mengikuti-Nya dan mendapatkan pengajaran khusus dari Guru mereka. Inilah proses pemuridan yang menempatkan orang-orang yang dipanggil Yesus untuk mengikuti Yesus dari dekat dan melihat langsung karya pelayanan Yesus sebagai Guru mereka. Proses pemuridan ini diharapkan semakin mematangkan iman para murid. Kemajuan dalam pemuridan itu terlihat ketika Yesus megutus para murid pergi berdua-dua, tanpa harus mengikuti Yesus.
Sebagai murid yang belum lama mengikuti Yesus, Markus menekankan bahwa para murid itu harus belajar untuk siap diutus. Para murid telah memiliki iman yang cukup, namun masih perlu teman seperjalanan sehingga Yesus mengutus mereka berdua-dua. Selain itu, Yesus juga memberi mereka kuasa atas roh-roh jahat, bahkan kuasa untuk menyembuhkan orang-orang sakit. Kuasa ilahi ini harus dipakai dalam perutusan secara benar, sehingga ketika diutus berdua-dua mereka akan saling kontrol dan bersharing/diskusi.
Dalam perutusan itu, para murid dilarang membawa bekal termasuk uang dan pakaian. Hal ini dimaksutkan oleh Yesus agar mereka tetap rendah hati dan mau menerima belas kasih dari sesama yang mereka layani. Ketika para murid tidak membawa bekal, maka mereka harus menerima belas kasih pemberian orang dalam hal makanan, pakaian, penginapan, dll. Dengan keadaan tidak membawa bekal kebutuhan manusiawi, para murid akan semakin mendalam dalam berkomunikasi dan berelasi dengan sesamanya. Kuasa ilahi yang diberikan oleh Kristus akan semakin murni membawa orang dalam kekayaan rohani karena para murid tidak jatuh pada sikap kesombongan.
Yesus memberi pesan agar para murid mau tinggal di rumah yang menerima mereka. Apapun keadaan rumah yang menerima para murid, para murid harus tinggal bersama dengan seisi rumah itu. Hal ini dimaksutkan agar para murid tidak memilih rumah untuk persinggahan mereka, namun mereka harus melihat niat tulus penghuni rumah yang telah menerima mereka.
Mengebaskan debu kaki ketika para murid ditolak di di suatu tempat merupakan simbol bahwa mereka harus melupakan tempat itu. Melupakan sikap penolakan berarti tidak mengutuki tindakan orang yang menolak mereka, sekaligus memberi peringatan agar sadar akan penolakan  atas para murid.
Meskipun Yesus menyertai para murid dengan kuasa ilahi, namun tugas perutusan utama para murid adalah warta pertobatan. Warta pertobatan ini disertai dengan karya pengusiran setan dan penyembuhan orang-orang sakit. Pertobatan adalah sikap penyadaran akan kedosaan sekaligus niat untuk membangun hidup yang lebih baik di hadapan Allah dan sesama. Niatan itu dibangun dengan keyakinan bahwa Allah memberikan Yesus sebagai Utusan Allah yang hendak menyelamatkan. Maka, pertobatan harus diiringi dengan perubahan hidup yang tidak lagi berkomunikasi dengan setan (kejahatan dan godaannya), serta tidak dihambat oleh keadaan fisik.
Pemuridan harus sampai pada tahap kemajuan untuk siap diutus tanpa guru yang mengajarinya. Demikian pula sebagai murid Yesus, kita harus sampai pada tahap siap diutus karena bekal iman kita telah cukup. Bila kita belum merasa cukup, haruslah terus menimba ajaran dari Kristus sendiri sembari belajar dalam perutusan kita sehingga suatu saat sungguh siap diutus untuk mewartakan keselamatan Allah dalam diri Yesus. (RYKJ)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar