Panggilan dan Perutusan
Bacaan Pertama: Am. 7:12-15
Amos mendapatkan penolakan dari Amazia sebagai imam di istana Betel.
Amazia menganggap Amos sebagai pelihat atau dukun yang bisa meramal. Amos
menolak disebut sebagai pelihat. Ia adalah nabi yang dipanggil dan diutus oleh Tuhan.
Amos bernubuat bukan karena pekerjaannya sebagai pelihat, namun karena
perutusan kenabiannya.
Bacaan Kedua: Ef. 1:3-14
Kepada jemaat di Efesus, Paulus mengungkapkan imannya yang mendalam. Sejak
penciptaan, Allah menetapkan manusia untuk tinggal bersama dengan Allah. Namun
karena dosa, manusia jauh dari Allah. Allah tetap berusaha menyelamatkan
manusia dengan mengutus Putera Tunggal-Nya. Kerelaan kurban Kristus memperkaya
kita dengan Roh Kudus yang memberi jaminan penebusan sebagai umat milik Allah.
Bacaan Injil: Mrk. 6:7-13
Kutipan dari Injil Markus ini berisi perutusan Yesus kepada kedua belas
murid-Nya. Markus menempatkan kisah perutusan ini pada bagian awal Injil yang
ditulisnya. Sesudah Yesus berkeliling ke daerah Galilea, bahkan mendapatkan penolakan
di daerah asal-Nya, Yesus mengutus para murid dengan memberi mereka kuasa ilahi
yang dimiliki-Nya. Perutusan ini penuh daya ilahi, namun demikian akan ada
tantangan yang dihadapi oleh para murid.
Yesus memanggil sendiri para murid-Nya. Para murid menerima panggilan
Yesus untuk mengikuti-Nya dan mendapatkan pengajaran khusus dari Guru mereka.
Inilah proses pemuridan yang menempatkan orang-orang yang dipanggil Yesus untuk
mengikuti Yesus dari dekat dan melihat langsung karya pelayanan Yesus sebagai Guru
mereka. Proses pemuridan ini diharapkan semakin mematangkan iman para murid.
Kemajuan dalam pemuridan itu terlihat ketika Yesus megutus para murid pergi
berdua-dua, tanpa harus mengikuti Yesus.
Sebagai murid yang belum lama mengikuti Yesus, Markus menekankan bahwa
para murid itu harus belajar untuk siap diutus. Para murid telah memiliki iman
yang cukup, namun masih perlu teman seperjalanan sehingga Yesus mengutus mereka
berdua-dua. Selain itu, Yesus juga memberi mereka kuasa atas roh-roh jahat,
bahkan kuasa untuk menyembuhkan orang-orang sakit. Kuasa ilahi ini harus
dipakai dalam perutusan secara benar, sehingga ketika diutus berdua-dua mereka
akan saling kontrol dan bersharing/diskusi.
Dalam perutusan itu, para murid dilarang membawa bekal termasuk uang dan
pakaian. Hal ini dimaksutkan oleh Yesus agar mereka tetap rendah hati dan mau
menerima belas kasih dari sesama yang mereka layani. Ketika para murid tidak
membawa bekal, maka mereka harus menerima belas kasih pemberian orang dalam hal
makanan, pakaian, penginapan, dll. Dengan keadaan tidak membawa bekal kebutuhan
manusiawi, para murid akan semakin mendalam dalam berkomunikasi dan berelasi
dengan sesamanya. Kuasa ilahi yang diberikan oleh Kristus akan semakin murni
membawa orang dalam kekayaan rohani karena para murid tidak jatuh pada sikap
kesombongan.
Yesus memberi pesan agar para murid mau tinggal di rumah yang menerima
mereka. Apapun keadaan rumah yang menerima para murid, para murid harus tinggal
bersama dengan seisi rumah itu. Hal ini dimaksutkan agar para murid tidak
memilih rumah untuk persinggahan mereka, namun mereka harus melihat niat tulus
penghuni rumah yang telah menerima mereka.
Mengebaskan debu kaki ketika para murid ditolak di di suatu tempat
merupakan simbol bahwa mereka harus melupakan tempat itu. Melupakan sikap
penolakan berarti tidak mengutuki tindakan orang yang menolak mereka, sekaligus
memberi peringatan agar sadar akan penolakan
atas para murid.
Meskipun Yesus menyertai para murid dengan kuasa ilahi, namun tugas
perutusan utama para murid adalah warta pertobatan. Warta pertobatan ini
disertai dengan karya pengusiran setan dan penyembuhan orang-orang sakit.
Pertobatan adalah sikap penyadaran akan kedosaan sekaligus niat untuk membangun
hidup yang lebih baik di hadapan Allah dan sesama. Niatan itu dibangun dengan
keyakinan bahwa Allah memberikan Yesus sebagai Utusan Allah yang hendak
menyelamatkan. Maka, pertobatan harus diiringi dengan perubahan hidup yang
tidak lagi berkomunikasi dengan setan (kejahatan dan godaannya), serta tidak
dihambat oleh keadaan fisik.
Pemuridan harus sampai pada tahap kemajuan untuk siap diutus tanpa guru
yang mengajarinya. Demikian pula sebagai murid Yesus, kita harus sampai pada
tahap siap diutus karena bekal iman kita telah cukup. Bila kita belum merasa
cukup, haruslah terus menimba ajaran dari Kristus sendiri sembari belajar dalam
perutusan kita sehingga suatu saat sungguh siap diutus untuk mewartakan
keselamatan Allah dalam diri Yesus. (RYKJ)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar