Mendengar, Takjub dan Beriman
Bacaan Pertama: Yeh. 2:2-5
Nabi Yehezkiel menjadi utusan Allah yang harus menyampaikan Firman Tuhan.
Firman itu harus disampaikan, entah didengarkan atau tidak. Tugas nabi
menyampaikan Firman Allah, dan Firman itu yang selanjutnya akan bekerja untuk
menyapa hati orang meskipun ditolak pada awalnya.
Bacaan Kedua: 2Kor. 12:7-10
Paulus mengungkapkan imannya yang mendalam terhadap tugas perutusannya.
Seringkali ia merasa lemah ketika menghadapi siksaan, kesukaran, penganiayaan
dan kesesakan karena mewartakan Kristus. Namun demikian, Paulus merasa senang
dan rela menjalani semua itu karena ia akan semakin sempurna dalam iman bila
bertahan dalam berbagai penderitaan.
Bacaan Injil: Mrk. 6:1-6
Bacaan dari Injil Markus ini menceritakan secara singkat kisah Yesus yang
kembali ke daerah asal-Nya, Nazareth. Yesus mengajar di rumah ibadat dan
melakukan mukjizat-mukjizat. Pada mulanya orang-orang merasa takjub, namun
kemudian mereka mempertanyakan kuasa dalam diri Yesus karena mereka mengenal
Yesus dan keluarga-Nya. Yesus tidak melawan secara frontal terhadap penolakan
ini. Ia terus mewarta di desa-desa di sekitar daerah asal-Nya.
Perjalanan Yesus yang dikisahkan dalam Injil Markus ini sesudah dibaptis
Yohanes di sungai Yordan, Yesus berkeliling daerah Galilea dan memulai
karya-Nya termasuk memanggil murid-murid-Nya. Dari Galilea, Yesus menyeberang
sungai Yordan ke daerah orang-orang Gerasa. Daerah seberang sungai Yordan
merupakan kekuasaan Herodes Antipas yang kemudian memenggal kepala Yohanes
Pembaptis. Dari daerah orang Gerasa ini, Yesus kembali ke daerah Galilea.
Perjalanan inilah yang diawali dengan mengunjungi Nazareth sebagai daerah asal
Yesus.
Di Nazareth, Yesus diminta mengajar di rumah ibadat atau sinagoga. Ada
kebiasaan di rumah ibadat ketika ada seseorang yang belajar Taurat pulang
kampung, maka orang itu diminta untuk menjelaskan makna Kitab Suci. Dalam
konteks inilah maka Yesus bisa mengajar di rumah ibadat meskipun Yesus bukan
keturunan imam yang berhak memimpin peribadatan di sinagoga.
Ketika mendengarkan pengajaran Yesus, orang banyak merasa takjub.
Ketakjuban itu pastilah keterpesonaan karena pengajaran Yesus sungguh berbeda
dari para pengajar yang lain. Yesus sendiri adalah Firman yang menjadi Manusia,
maka pengajaran Yesus pastilah merupakan penyampaian Firman secara mendalam
dari diri-Nya sendiri. Orang banyak semakin takjub karena melihat Yesus yang
melakukan banyak mukjizat penyembuhan. Yesus yang mengajar penuh wibawa ilahi
semakin sempurna dengan daya ilahi yang menyembuhkan.
Namun amat disayangkan bahwa rasa takjub itu terhenti, bahkan menjadi
hilang sama sekali. Orang banyak mulai menelisik Asal-usul Yesus yang mereka
kenal. Mereka berpikir bahwa Yesus tidak lebih dari orang-orang sekampung-Nya.
Mereka mengenal keluarga Yesus dan pekerjaannya. Orang banyak terjebak pada
asal-usul manusiawi Yesus. Mereka kecewa dan menolak Yesus. Orang-orang itu
berpikir bahwa orang hebat harus berasal dari keluarga istimewa, paling tidak
dari kalangan bangsawan. Padahal Yesus bukan saja seorang bangsawan, namun Ia
berasal dari keilahian. Penolakan ini yang kemudian membuat mereka tidak mau
mendengarkan pengajaran Yesus, meskipun pengajaran itu berdaya ilahi.
Orang pada umumnya mau mendengarkan seseorang dengan memandang “siapa”
yang bicara. Bila yang bicara orang dari “pusat” yang diberitakan sebagai orang
sukses dan hebat, maka banyak orang mendengarkan dengan tekun meskipun yang
dikatakan orang tersebut biasa saja. Sebaliknya, bila yang bicara orang
dekat-dekat saja, dari lingkungan sendiri yang kita kenal, maka kita tidak
menaruh minat untuk mendengarkan meskipun yang dikatakannya sungguh berbobot.
Meskipun Yesus ditolak di Nazareth, Ia tetap mengajar dan berkeliling ke
desa-desa lain. Firman Allah yang diwartakan tetaplah berdayaguna dan bekerja
dengan kekuatan Roh Allah sendiri. Meskipun terkadang orang tidak mau
mendengarkan warta Allah, namun Firman itu akan tetap berbisik dalam hati
banyak orang, sehingga suatu saat orang akan sadar, takjub dan beriman. (RYKJ)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar