Maria Ratu Damai

Maria Ratu Damai

Sabtu, 07 Februari 2015

Minggu biasa V, Tahun B



Mewartakan Injil

Bacaan I: Ayb 7:1-4.6-7
Ayub mengalami kegelisahan dan keterpurukan dalam penderitaannya. Ia sebagai orang benar dan taat kepada Allah tetap berserah kepada Allah dan tidak memberontak meskipun berat penderitaannya.

Bacaan II: 1Kor. 9:16-19.22-13
Paulus menilai bahwa ia dapat ikut serta mewartakan Injil merupakan rahmat Allah baginya. Paulus tidak menuntut upah apapun dari orang-orang yang dilayaninya. Bahkan Paulus menyebut dirinya sebagai hamba dari semua orang.

Bacaan Injil: Markus 1:29-39

Yesus di Kapernaum sesudah mengajar di rumah ibadat, berkunjung ke rumah Simon dan menyembuhkan ibu mertua Simon yang sakit demam. Yesus semakin dikenal di Kapernaum dan sekitarnya. Pengajarannya yang menakjubkan dan mukjizat yang Ia lakukan membuat banyak orang menyambut Yesus sebagai tokoh baru yang hebat. Di tengah beban penjajahan kekaisaran Romawi, ada harapan yang pelan-pelan tumbuh dalam diri orang banyak waktu itu. Mereka membawa banyak orang sakit dan berkumpul di depan pintu rumah Simon. Orang  banyak itu mengharapkan Yesus menjadi tokoh anutan secara sosial dan mengharapkan kesembuhan secara fisik. Yesus semakin dikenal, namun bukan warta pengajaran tentang Kerajaan Allah yang ditangkap.
Keesokan harinya ketika hari masih gelap, Yesus mencari tempat yang sunyi untuk berdoa. Simon dan murid-murid yang lain mencari Yesus hendak menegur-Nya bahwa sudah banyak orang yang mencari-Nya untuk disembuhkan. Meskipun sudah banyak yang mencari Yesus, justru Yesus mengajak murid-murid-Nya untuk pergi ke kota-kota lain. Yesus mengatakan, “supaya di sana juga Aku memberitakan Injil karena untuk itu Aku telah datang”.
Yesus tidak ingin orang terlena dengan mukjizat yang Ia lakukan. Tujuan Putera Allah lahir ke dunia adalah untuk mewartakan keselamatan Allah. Inilah Injil yang disebutkan Yesus, Injil berarti kabar gembira yang mengalami pemenuhan kegembiraan tatkala manusia menerima keselamatan Allah dalam diri Yesus. Warta keselamatan Allah itu dijabarkan oleh Yesus dalam seluruh hidup dan karya-Nya. Yesus mewarta dengan cara mengajar, berkhotbah, menyembuhkan orang sakit, mengusir roh jahat dan masih banyak tindakan cinta kasih-Nya. Cara-cara ini dipakai oleh Yesus supaya orang banyak lebih gampang menerima kegembiraan iman. Namun ketika orang hanya mengejar cara (mukjizat) pastilah tidak akan sampai pada tujuan kegembiraan atas keselamatan Allah.
Bagi kita masa kini, kita adalah murid-murid Yesus yang diundang untuk mendengarkan ajaran tentang keselamatan Allah dan diundang pula untuk mewartakan kabar gembira keselamatan Allah. Iman hendaknya semakin tumbuh berkembang dengan mendengarkan sabda Allah, merenungkannya dan melaksanakan dalam hidup harian. Kedewasaan iman harus mampu kita ukur bagi diri kita masing-masing. Iman bukan mendatangkan keuntungan duniawi, namun keuntungan rohani dan ilahi.
Paulus karena mengalami pertobatan, maka ia disebut sebagai rasul. Paulus merasakan keuntungan yang besar karena ia telah diselamatkan Allah sehingga dapat mengubah cara hidupnya. Pada gilirannya, Paulus tidak meminta imbalan upah dari pewartaannya. Ia sudah sangat beruntung diterima sebagai pengikut Kristus, dan jauh lebih beruntung lagi karena ikut serta mewartakan Injil.
Bagaimana dengan diri kita masing-masing? Semakin matang dan semakin dewasa dalam iman seharusnya menjadikan diri kita bertindak sebagai pelayan bagi semua orang, bukan mengejar keuntungan duniawi atau pun gengsi semata. Apapun peranan kita dalam kehidupan menggereja dan bermasyarakat, haruslah kita arahkan pada pelayanan kepada Tuhan dan sesama. (R.YKJ)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar