Mewartakan Injil
Bacaan
I: Ayb 7:1-4.6-7
Ayub mengalami
kegelisahan dan keterpurukan dalam penderitaannya. Ia sebagai orang benar dan
taat kepada Allah tetap berserah kepada Allah dan tidak memberontak meskipun
berat penderitaannya.
Bacaan
II: 1Kor. 9:16-19.22-13
Paulus menilai
bahwa ia dapat ikut serta mewartakan Injil merupakan rahmat Allah baginya.
Paulus tidak menuntut upah apapun dari orang-orang yang dilayaninya. Bahkan
Paulus menyebut dirinya sebagai hamba dari semua orang.
Bacaan
Injil: Markus 1:29-39
Yesus di
Kapernaum sesudah mengajar di rumah ibadat, berkunjung ke rumah Simon dan
menyembuhkan ibu mertua Simon yang sakit demam. Yesus semakin dikenal di
Kapernaum dan sekitarnya. Pengajarannya yang menakjubkan dan mukjizat yang Ia
lakukan membuat banyak orang menyambut Yesus sebagai tokoh baru yang hebat. Di
tengah beban penjajahan kekaisaran Romawi, ada harapan yang pelan-pelan tumbuh
dalam diri orang banyak waktu itu. Mereka membawa banyak orang sakit dan
berkumpul di depan pintu rumah Simon. Orang
banyak itu mengharapkan Yesus menjadi tokoh anutan secara sosial dan
mengharapkan kesembuhan secara fisik. Yesus semakin dikenal, namun bukan warta
pengajaran tentang Kerajaan Allah yang ditangkap.
Keesokan harinya
ketika hari masih gelap, Yesus mencari tempat yang sunyi untuk berdoa. Simon
dan murid-murid yang lain mencari Yesus hendak menegur-Nya bahwa sudah banyak
orang yang mencari-Nya untuk disembuhkan. Meskipun sudah banyak yang mencari
Yesus, justru Yesus mengajak murid-murid-Nya untuk pergi ke kota-kota lain.
Yesus mengatakan, “supaya di sana juga Aku memberitakan Injil karena untuk itu
Aku telah datang”.
Yesus tidak
ingin orang terlena dengan mukjizat yang Ia lakukan. Tujuan Putera Allah lahir
ke dunia adalah untuk mewartakan keselamatan Allah. Inilah Injil yang
disebutkan Yesus, Injil berarti kabar gembira yang mengalami pemenuhan
kegembiraan tatkala manusia menerima keselamatan Allah dalam diri Yesus. Warta
keselamatan Allah itu dijabarkan oleh Yesus dalam seluruh hidup dan karya-Nya.
Yesus mewarta dengan cara mengajar, berkhotbah, menyembuhkan orang sakit,
mengusir roh jahat dan masih banyak tindakan cinta kasih-Nya. Cara-cara ini
dipakai oleh Yesus supaya orang banyak lebih gampang menerima kegembiraan iman.
Namun ketika orang hanya mengejar cara (mukjizat) pastilah tidak akan sampai
pada tujuan kegembiraan atas keselamatan Allah.
Bagi kita masa
kini, kita adalah murid-murid Yesus yang diundang untuk mendengarkan ajaran tentang
keselamatan Allah dan diundang pula untuk mewartakan kabar gembira keselamatan
Allah. Iman hendaknya semakin tumbuh berkembang dengan mendengarkan sabda
Allah, merenungkannya dan melaksanakan dalam hidup harian. Kedewasaan iman
harus mampu kita ukur bagi diri kita masing-masing. Iman bukan mendatangkan
keuntungan duniawi, namun keuntungan rohani dan ilahi.
Paulus karena
mengalami pertobatan, maka ia disebut sebagai rasul. Paulus merasakan
keuntungan yang besar karena ia telah diselamatkan Allah sehingga dapat
mengubah cara hidupnya. Pada gilirannya, Paulus tidak meminta imbalan upah dari
pewartaannya. Ia sudah sangat beruntung diterima sebagai pengikut Kristus, dan
jauh lebih beruntung lagi karena ikut serta mewartakan Injil.
Bagaimana dengan
diri kita masing-masing? Semakin matang dan semakin dewasa dalam iman
seharusnya menjadikan diri kita bertindak sebagai pelayan bagi semua orang,
bukan mengejar keuntungan duniawi atau pun gengsi semata. Apapun peranan kita
dalam kehidupan menggereja dan bermasyarakat, haruslah kita arahkan pada
pelayanan kepada Tuhan dan sesama. (R.YKJ)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar