Maria Ratu Damai

Maria Ratu Damai

Selasa, 08 Maret 2011

Rabu Abu, Permulaan Masa Prapaskah, Masa Pertobatan, Pemeriksaan Batin dan Berpantang

Renungan

Rata PenuhRabu Abu adalah permulaan Masa Prapaskah, yaitu masa pertobatan, pemeriksaan batin dan berpantang guna mempersiapkan diri untuk Kebangkitan Kristus dan Penebusan dosa kita.

Mengapa pada Hari Rabu Abu kita menerima abu di kening kita? Sejak lama, bahkan berabad-abad sebelum Kristus, abu telah menjadi tanda tobat. Misalnya, dalam Kitab Yunus dan Kitab Ester. Ketika Raja Niniwe mendengar nubuat Yunus bahwa Niniwe akan ditunggangbalikkan, maka turunlah ia dari singgasananya, ditanggalkannya jubahnya, diselubungkannya kain kabung, lalu duduklah ia di abu. (Yunus 3:6). Dan ketika Ester menerima kabar dari Mordekhai, anak dari saudara ayahnya, bahwa ia harus menghadap raja untuk menyelamatkan bangsanya, Ester menaburi kepalanya dengan abu (Ester 4C:13). Bapa Pius Parsch, dalam bukunya "The Church's Year of Grace" menyatakan bahwa "Rabu Abu Pertama" terjadi di Taman Eden setelah Adam dan Hawa berbuat dosa. Tuhan mengingatkan mereka bahwa mereka berasal dari debu tanah dan akan kembali menjadi debu. Oleh karena itu, imam atau diakon membubuhkan abu pada dahi kita sambil berkata: "Ingatlah, kita ini abu dan akan kembali menjadi abu" atau "Bertobatlah dan percayalah kepada Injil".

Abu yang digunakan pada Hari Rabu Abu berasal dari daun-daun palma yang telah diberkati pada perayaan Minggu Palma tahun sebelumnya yang telah dibakar. Setelah Pembacaan Injil dan Homili abu diberkati. Abu yang telah diberkati oleh gereja menjadi benda sakramentali.

Dalam upacara kuno, orang-orang Kristen yang melakukan dosa berat diwajibkan untuk menyatakan tobat mereka di hadapan umum. Pada Hari Rabu Abu, Uskup memberkati kain kabung yang harus mereka kenakan selama empat puluh hari serta menaburi mereka dengan abu. Kemudian sementara umat mendaraskan Tujuh Mazmur Tobat, orang-orang yang berdosa berat itu diusir dari gereja, sama seperti Adam yang diusir dari Taman Eden karena ketidaktaatannya. Mereka tidak diperkenankan masuk gereja sampai Hari Kamis Putih setelah mereka memperoleh rekonsiliasi dengan bertobat sungguh-sungguh selama empat puluh hari dan menerima Sakramen Pengakuan Dosa. Sesudah itu semua umat, baik umum maupun mereka yang baru saja memperoleh rekonsiliasi, bersama-sama mengikuti Misa untuk menerima abu.

Sekarang semua umat menerima abu pada Hari Rabu Abu. Yaitu sebagai tanda untuk mengingatkan kita untuk bertobat, tanda akan ketidakabadian dunia, dan tanda bahwa satu-satunya Keselamatan ialah dari Tuhan Allah kita.

Sumber : Catholic Online Lenten Pages; www.catholic.org/lent/lent.html &
Ask A Franciscan; St. Anthony Messenger Magazine; www.americancatholic.org

Renungan Rabu Abu, 9 Maret 2011

Saudara-saudariku yang terkasih,

Hari ini kita memulai masa Prapaskah yang ditandai dengan penerimaan abu di dahi kita. Dalam kehidupan masyarakat sederhana yang belum mengenal aneka macam sabun atau detergent untuk mencuci peralatan dapur, abu seringkali digunakan untuk mencuci perlatan dapur, lebih-lebih untuk menghilangkan bau amis dan kerak. Jadi, abu mempunyai manfaat untuk membersihkan barang-barang yang kotor.

Selain itu, abu juga menjadi tanda betapa kecil, rapuh, lemah dan tidak berdayanya diri kita. Di hadapan Tuhan, kita ini ibarat debu/abu yang amat kecil. Bahkan, berhadapan dengan diri kita sendiri dan alam semesta ini, kita tampak begitu lemah dan rapuh. Hal ini tampak nyata dalam ketidakberdayaan kita untuk mengendalikan diri, menguasai emosi-emosi negatif, mengalahkan godaan dan menghindari dosa serta menghindari penyakit. Terhadap alam, kita juga tampak rapuh. Kita tidak bisa mengendalikan bencana alam (gempa, gunung meletus), musim, dll.

Lantas, apa maknanya kalau kita menerima tanda abu di dahi kita pada permulaan masa prapaskah ini? Masa prakaskah merupakan kesempatan istimewa bagi kita untuk mempersiapkan diri merayakan paskah. Selama masa prapaskah kita diberi kesempatan untuk mempersiapkan diri menyambut Tuhan yang bangkit dan membawa keselamatan bagi kita. Tuhan bangkit berarti Ia hidup, hadir dan menyertai kita. Jadi, kita mempersiapkan diri untuk menerima kehadiran Tuhan yang menyertai dan menyelamatkan kita, yang memberikan kehidupan baru kepada kita.

Nah, dalam rangka mempersiapkan diri menyambut kebangkitan Tuhan yang membawa kehidupan baru ini, kita membutuhkan “Abu”. Mengapa?

Pertama , abu mempunyai manfaat membersihkan. Kalau kita makan untuk mendapatkan energi kehidupan jasmani, kita pasti membutuhkan piring yang bersih khan, bukan piring kotor. Masak, kita makan makanan yang enak, lezat dan bergizi kok dengan piring kotor. Ya, selera makan kita berkurang, makanan yang enak dan bergizi itu menjadi kurang enak lagi, bahkan malah menimbulkan penyakit. Demikianlah kita, kita diajak untuk membersihkan diri kita supaya siap dan pantas menerima kehadiran Tuhan yang memberikan energi hidup, tidak hanya jasmani tetapi juga rohani. Kita diajak untuk memperbarui hidup kita, mengoyakkan hati kita – bukan pakaian kita – (Yl 2:13), dan berdamai kembali dengan Allah (1Kor 5:20) melalui amal, doa, dan puasa (bacaan Injil). Maka, selama masa prapaskah ini, marilah kita meningkatkan ketiga hal tersebut: puasa (+ pantang) sebagai ungkapan lahir dari pengendalian diri kita; doa sebagai usaha kita untuk semakin mendekatkan diri dengan Tuhan; dan amal (APP) sebagai upaya kita untuk mendekatkan diri dengan sesama, bersolider, memberi pertolongan, dll.

Kedua , abu melambangkan kerapuhan dan kelemahan kita. Rasanya tidak mungkin kita bisa berhasil membersihkan diri kita, kalau kita hanya mengandalkan diri pada usaha dan perjuangan kita sendiri. Maka, kita perlu rendah hati, menyadari kelemahan dan kerapuhan kita di hadapan Tuhan agar Tuhan berkarya dalam diri kita dan memampukan kita untuk menghayati dan mewujudkan pertobatan yang sejati.

Marilah kita serahkan kepada Tuhan, seluruh usaha-usaha kita untuk bertobat yang kita wujudkan dalam kegiatan amal, doa, dan puasa. Kita percaya, kalau Tuhan berkerja dalam diri kita, usaha-usaha kita tersebut pasti membuahkan hasil yang baik (bdk. Perumpamaan tentang pokok Anggur dalam Yoh 15:4). Kita percaya pula bahwa, “Allah yang telah memulai pekerjaan-pekerjaan baik di antara kita akan menyelesaikannya” (bdk. Flp 1:6).

Rm. Agus Widodo, Pr

Rabu, 09 Maret 2011 Hari Rabu Abu Hari Pantang dan Puasa

Rabu, 09 Maret 2011
Hari Rabu Abu
Hari Pantang dan Puasa

Salib selalu menyertaiku sejak masa bayi, tetapi Yesus membuatku mencintainya dengan semangat yang besar. (St. Teresia dari Lisieux)

Antifon Pembuka

Engkau menaruh belas kasih kepada semua orang, dan tidak membenci ciptaan-Mu, ya Tuhan. Engkau tidak memperhitungkan lagi dosa manusia bila ia bertobat. Engkau sayang akan mereka, sebab Engkaulah Tuhan Allah kami (Keb 11:24.25.27)

Doa Renungan

Allah Bapa kami yang maharahim, perkenankanlah semua pengikut Kristus memasuki masa Prapaska ini. Kuatkanlah kami agar mampu menentang kuasa kejahatan. Semoga kami dapat menyangkal diri dan menemukan kekuatan karena berpuasa dan berpantang. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.

Pertobatan merupakan jalan keselamatan. Pertobatan mengarahkan manusia untuk kembali kepada Allah. Maka pertobatan yang sejati perlu diungkapkan dalam ibadah dan diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari.

Pembacaan dari Kitab Nubuat Yoel (2:12-18)

"Sekarang juga, berbaliklah kepada-Ku dengan segenap hatimu, dengan berpuasa, dengan menangis dan dengan mengaduh."

“Sekarang,” beginilah firman Tuhan “Berbaliklah kepada-Ku dengan segenap hatimu, dengan berpuasa, dengan menangis dan mengaduh. Koyakkanlah hatimu dan jangan pakaianmu, berbaliklah kepada Tuhan, Allahmu sebab Ia pengasih dan penyayang, panjang sabar dan berlimpah kasih setia dan Ia menyesal karena hukuman-Nya. Siapa tahu, mungkin Ia mau berbalik dan menyesal, lalu meninggalkan berkat menjadi kurban sajian dan kurban curahan bagi Tuhan, Allahmu. Tiuplah sangkakala di Sion, adakanlah puasa yang kudus, maklumkanlah perkumpulan raya; kumpulkanlah bangsa ini, kuduskanlah jemaah, himpunkanlah orang-orang yang lanjut usia, kumpulkanlah anak-anak, bahkan anak-anak yang menyusu. Baiklah pengantin laki-laki keluar dari kamarnya dan pengantin perempuan dari kamar tidurnya. Baiklah para imam, pelayan-pelayan Tuhan, menangis di antara balai depan mezbah, dan berkata, “Sayangilah, ya Tuhan, umat-Mu, dan janganlah biarkan milik-Mu sendiri menjadi cela, sehingga bangsa-bangsa menyindir kepada mereka. Mengapa orang berkata di antara bangsa-bangsa: Di mana Allah mereka?” Maka Tuhan menjadi cemburu karena tanah-Nya dan menaruh belas kasihan kepada umat-Nya.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan, do = f, 3/4, PS 813
Ref. Mohon ampun kami orang berdosa.
atau Kasihanilah kami, ya Allah, karena kami orang berdosa.
Ayat. (Mzm 51:3-4.5-6a.12-13.14-17; Ul: 3a)
1. Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu menurut besarnya rahmat-Mu hapuskanlah pelanggaranku. Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku, dan tahirkanlah aku dari dosaku!
2. Sebab aku sendiri sadar akan pelanggaranku, dosaku selalu terbayang di hadapanku. Terhadap Engkau sendirilah aku berdosa, yang jahat dalam pandangan-Mu kulakukan.
3. Ciptakanlah hati yang murni dalam diriku, ya Allah, dan baharuilah semangat yang teguh dalam diriku. Janganlah membuang aku dari hadapan-Mu, dan janganlah mengambil roh-Mu yang kudus daripadaku!
4. Berilah aku sukacita karena keselamatan-Mu, dan teguhkanlah roh yang rela dalam diriku. Ya Tuhan, bukalah bibirku, supaya mulutku mewartakan puji-pujian kepada-Mu.

Santo Paulus menyadarkan tentang jati diri orang Kristiani sebagai utusan. Sebagai utusan, orang Kristiani mempunyai peranan ganda. Pertama, setia kepada yang mengutus dan kedua menampilkan perutusan itu kepada sesama. Hanya dengan demikian perutusan akan menjadi kesaksian hidup.

Pembacaan dari Surat Kedua Rasul Paulus kepada umat di Korintus (5:20 - 6:2)

"Berilah dirimu didamaikan dengan Allah, sesungguhnya hari ini adalah hari penyelamatan."

Saudara-saudara, kami ini adalah utusan-utusan Kristus; seakan-akan Allah menasihati kamu dengan perantaraan kami. Dalam nama Kristus kami meminta kepadamu: Berilah dirimu didamaikan dengan Allah. Kristus yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah. Sebab teman-teman sekerja, kami menasihati kamu supaya kamu jangan membuat sia-sia kasih karunia Allah yang telah kamu terima. Sebab Allah berfirman, “Pada waktu Aku berkenan, Aku akan mendengarkan engkau, dan pada hari Aku menyelamatkan, Aku akan menolong engkau.” Camkanlah, saat inilah saat perkenanan itu; hari inilah hari penyelamatan itu.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Bait Pengantar Injil, do = bes, 4/4, PS 965
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal.
Ayat. (Mzm 95:8ab)
Hari ini kalau kamu mendengar suara-Nya janganlah bertegar hati! (Mzm 95:8ab)

Puasa, sedekah dan doa bukanlah sarana untuk menyombongkan diri melainkan untuk mewujudkan kesetiaan dan ketaatan kita kepada Allah sebagai Bapa. Sebab ketiganya merupakan bentuk-bentuk latihan rohani yang menyatakan hubungan kasih yang benar kepada Allah.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (6:1-6.16-18)

"Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan mengganjar engkau."

Dalam khotbah di bukit Yesus bersabda kepada murid-murid-Nya, “Hati-hatilah, jangan sampai melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat. Karena jika demikian, kamu tidak beroleh upah dari Bapamu yang di surga. Jadi, apabila engkau memberi sedekah, janganlah engkau mencanangkan hal itu, seperti yang dilakukan orang munafik di rumah-rumah ibadat dan di lorong-lorong supaya dipuji orang. Aku berkata kepadamu: Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu. Dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri di rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya supaya mereka dilihat orang. Aku berkata kepadamu, ‘Mereka sudah mendapat upahnya’. Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu, dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu. Dan apabila kamu berpuasa, janganlah muram mukamu seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa. Aku berkata kepadamu, ‘Mereka sudah mendapat upahnya’. Tetapi apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu supaya jangan dilihat orang bahwa engkau sedang berpuasa, melainkan hanya oleh Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.”
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.

Renungan

Pada hari Rabu Abu ini, Injil mengajarkan keikhlasan/ketulusan dalam melaksanakan kewajiban agama. Yesus mengajak kita membangun motivasi yang murni. Kualitas rohani suatu perbuatan dapat dinilai melalui tiga lapisan, yaitu maksud, tindakan, dan tujuan. Injil hari ini bersangkutan dengan maksud. Di dalam maksud, terkandung motivasi. Maukah kita memurnikan motivasi dalam setiap tindakan kita?

Doa Malam

Syukur ya Yesus, hari ini kami telah ditandai dengan abu sebagai ajakan untuk menerima dan percaya kepada Injil. Semoga rahmat-Mu Kaulimpahkan sehingga kami mampu melaksanakan apa yang Kaukehendaki. Semoga kami pun rela berkurban sebagaimana Engkau rela menjadi kurban tebusan bagi kami. Amin.


RUAH

Tidak ada komentar:

Posting Komentar