Maria Ratu Damai

Maria Ratu Damai

Sabtu, 31 Oktober 2015

Minggu Biasa XXXI, Tahun B: HR Semua Orang Kudus



Persekutuan dengan Para Kudus

Bacaan Pertama: Wahyu 7:2-4.9-14
Kitab Wahyu ini memberikan gambaran keselamatan yang dikehendaki Allah sering diganggu oleh kekuatan kerajaan kegelapan. Allah senantiasa menjamin agar keselamatan-Nya terjadi di bumi atas manusia. Ia mengutus malaikat-Nya yang membawa meterai untuk menandai orang-orang yang percaya kepada Anak Domba Allah, Yesus Kristus. Kepercayaan terhadap Anak Domba Allah membuat banyak orang disucikan dengan kurban darah-Nya dan dimasukkan dalam keselamatan kekal dalam kerajaan Allah.

Bacaan Kedua: 1 Yohanes 3:1-3
Status sebagai anak-anak Allah diperoleh karena manusia disatukan dalam diri Kristus, Anak Allah yang menjadi Manusia. Kristus menjadi jaminan atas status kita sebagai anak-anak Allah. Ia telah menguduskan dunia dengan kurban salib-Nya dan kelak pun Ia akan menyucikan kita agar kita tetap bersatu dalam kemuliaan-Nya yang sempurna dalam kehidupan kekal.

Bacaan Injil: Matius 5:1-12a

Minggu ini kita merayakan Hari Raya Semua Orang Kudus. Liturgi mengambil bacaan khusus karena pada prinsipnya liturgi hari raya disamakan dengan liturgi hari Minggu. Hari Raya Semua Orang Kudus mengingatkan kita pada kesatuan dan hubungan dengan seluruh anggota Gereja. Kita yang masih hidup berjuang di dunia adalah anggota Gereja sedang berziarah di dunia dan para pendahulu kita yang sudah masuk surga adalah Gereja yang mulia, sedangkan mereka yang sudah meninggal namun masih mengalami penyucian adalah Gereja yang dimurnikan. Dalam konteks inilah kita merayakan semua orang kudus yang menjadi harapan dan cita-cita bahwa kelak kita tergabung bersama mereka dan juga pada tgl 2 Nopember kita memperingati arwah semua orang beriman untuk mendoakan mereka agar Allah berkenan mengampuni mereka.
Bacaan Injil untuk Hari Raya Semua Orang Kudus ini merupakan bagian awal dari khotbah di bukit. Khotbah di bukit dalam Injil Matius mencakup bab 5 hingga bab 7. Secara keseluruhan, khotbah ini berisi prinsip-prinsip dasar sebagai pengikut Kristus, yakni: (1) semangat yang harus menjiwai anggota-anggota Kerajaan Allah, Mat 5:3-48; (2) semangat yang harus "menggenapi" hukum dan adat-istiadat Yahudi, Mat 6:1-18; (3) perihal sikap terhadap harta benda dan kekayaan, Mat 6:19-34; (4) perihal hubungan dengan sesama manusia, Mat 7:1-12; (5) untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah, orang harus mengambil keputusan yang pantang mundur, lalu melaksanakannya dengan perbuatan, Mat 7:13-27.
Bacaan Injil kali ini merupakan bagian awal khotbah di bukit dalam Matius yang berisi sabda bahagia. Yesus berkhotbah kepada banyak orang, bukan hanya khusus untuk 12 murid-Nya. Bukit yang dimaksudkan berada di daerah Kapernaum, meskipun tidak disebutkan namanya. Dalam awal khotbah-Nya ini, Yesus menekankan bahwa mereka yang disebut bahagia adalah orang-orang yang lapar dan haus akan kebenaran yang diajarkan Yesus. Bahagia merupakan kondisi batin orang-orang yang bersandar pada kehendak Allah.
“Berbahaialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Surga”. Miskin di hadapan Allah tidak sama dengan keadaan miskin menurut dunia ini. Sifat kemiskinan memiliki keadaan yang sama dengan sifat anak-anak yang lemah, terbatas, dan yang kecil. Sifat lemah, terbatas, dan kecil di hadapan Allah justru akan menumbuhkan iman yang teguh dan hanya bergantung pada Allah, sumber keselamatan.
“Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur.” Dukacita yang dimaksudkan terkait dengan keadaan “miskin”, lemah di hadapan Allah. Manusia karena kelemahannya seringkali jauh dari rahmat Allah kerena dosa yang dilakukannya. Dosa manusia membuat sedih hati Allah yang menhendaki keselamatan manusia. Atas kelemahan yang sering membuat berdosa, orang harus menyadari dan menyesalinya, rasa sedih yang mendalam (berdukacita) agar Allah yang Maharahim memberikan pengampunan dan penghiburan yang sejati.
“Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi.” Lemah lembut dikaitkan dengan sifat Yesus sendiri yang rendah hati dan patuh pada kehendak Allah. Orang yang percaya kepada Kristus haruslah menyelaraskan sifat dan sikapnya agar sesuai dengan kerendahan hati Yesus Kristus. Memiliki bumi berarti merasakan keadaan di dunia seperti keadaan surgawi, yakni Allah yang meraja dalam hati. Ini pula menandakan keadaan kerajaan Mesianis yang mulai dirasakan di bumi ini.
“Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan.” Lapar dan haus akan kebenaran merupakan kondisi kerinduan mendalam terhadap kebenaran Allah yang hendak menyelamatkan manusia. Kerinduan mendalam ini sekaligus sebagai gambaran ketidakpuasan terhadap kemampuan rohani untuk selalu berada dalam kebenaran Allah. Orang yang tidak puas terhadap keadaan rohaninya dan memiliki kerinduan mendalam akan kebenaran Allah pastilah akan terus berupaya untuk mendapatkan dan memiliki kebenaran Allah dan Allah akan memuaskannya.
“Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan.” Sikap murah hati berkaitan dengan berbelas kasih terhadap sesama yang menderita dan berdosa sehingga mengupayakan pertolongan secara manusiawi maupun rohani. “Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah.” Suci hati adalah keadaan iman dan moral yang tidak dicemari dosa. Suci adalah sifat dasar ke-Allah-an, sehingga mereka yang memiliki hati yang suci mendapat penglihatan tentang Allah dan kelak disempurnakan dalam kemuliaan Allah. “Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.” Layaknya sikap murah hati, sikap membawa damai adalah sifat dasar Allah dan Kristus yang adalah damai sejahtera. Orang yang menjadi pembawa damai akan dihormati secara layak sebagai anak-anak Allah.
“Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Surga…” Orang yang membela kebenaran sering mendapatkan perlakuan kurang baik, bahkan sampai menderita penganiayaan. Situasi ini akan diluruskan saat kedatangan kerajaan surga, sehingga orang yang benar akan ditempatkan dalam kerajaan surga. Para nabi telah menubuatkan kerajaan Allah dan mereka menanggung penderitaan dalam pewartaannya. Namun demikian, mereka akan mendapatkan kebahagiaan dalam kerajaan Allah.
Sabda Bagia yang disampaikan Yesus ini tepatlah kita renungkan pada Hari Raya Semua Orang Kudus. Kita telah dikaruniai kekudusan dalam penebusan Yesus Kristus dan kita berjuang untuk senantiasa kudus dalam hidup kita agar kelak ikut tergabung dalam persekutuan para kudus di surga. Membangun kekudusan bukanlah suatu “proyek wah” yang membuat kagum banyak orang. Kekudusan kita bangun dari hal-hal sederhana dalam hidup kita dengan beriman secara teguh dan mewujudkannya dalam hidup doa, serta amal kasih kepada sesama. (R.YKJ)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar