Maria Ratu Damai

Maria Ratu Damai

Sabtu, 24 Oktober 2015

Minggu Biasa XXX, Tahun B



Imanmu Menyelamatkan Engkau

Bacaan Pertama: Yeremia 31:7-9
Yeremia menggambarkan masa pemulihan bagi bangsa pilihan, mereka akan keluar dari keadaan terhukum dan terbuang. Allah tidak akan selamanya menghukum dan membuang bangsa itu ke negeri orang, namun Ia akan mengembalikan kebahagiaan dan keselamatan bagi umat-Nya. Tuhan akan mengangkat mereka dari keterpurukan.

Bacaan Kedua: Ibrani 5:1-6
Yesus Kristus adalah Imam Agung yang bukan dipilih manusia, namun dipilih Allah sendiri. Zaman Melkisedek belum ada aturan bahwa imam harus dari keturunan Harun. Melkisedek sendiri merupakan imam yang dipilih Allah, bukan berdasarkan garis keturunan. Yesus sebagai Putera Allah dipilih dan ditentukan Allah untuk menjadi imam Agung yang menguduskan dan menyelamatkan dunia.

Bacaan Injil: Markus 10:46-52

Perjalanan Yesus bersama para murid-Nya telah sampai di Yeriko, kota yang terletak di seberang sungai Yordan. Perjalanan Yesus ini memasuki fase akhir sebelum memasuki Yerusalem hingga akhirnya akan dijatuhi hukuman mati. Pada perjalanan meninggalkan Yeriko ini, Markus mencatat Yesus mengadakan penyebuhan terdahap orang yang buta. Bartimeus disebut sebagai pengemis buta. Kondisi kebutaan membuat seseorang sepenuhnya bergantung pada orang lain. Ia tidak mampu menolong dirinya sendiri. Keadaan ini yang memaksa Bartimeus untuk hidup dari belas kasihan orang lain dengan cara mengemis.
Ketika mendengar rombongan Yesus melintas di jalan tempatnya mengemis, Bartimeus berteriak “Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!”. Bartimeus yang buta pastilah tidak bisa melihat seperti apa rupa Yesus, juga tidak dapat menyaksikan mukjizat yang dibuat oleh Yesus. Namun pastilah Bartimeus mendengar cerita tentang Yesus. Kemampuannya untuk mendengar ini justru dimanfaatkan untuk memahami dengan hati terhadap sosok Yesus. Sebutan “Anak Daud” mencerminkan daya tangkap hati Bartimeus yang benar terhadap Yesus. Anak Daud merupakan sebutan bagi Mesias yang telah diramalkan kedatangan-Nya. Dengan demikian, Bartimeus dengan terang menyebut Yesus sebagai Mesias.
Teriakan Bartimeus ternyata mengganggu banyak orang yang mengikuti perjalanan Yesus. Banyak orang menegurnya supaya diam, bahkan terus-menerus memarahinya agar diam. Pengemis buta pastilah berteriak untuk menarik perhatian agar orang berbelas kasihan dan memberikan sedikit uang untuknya. Teriakan Bartimeus bagi orang-orang itu tidak ada bedanya dengan teriakan peminta-minta yang mengusik tempat umum, mengganggu keasyikan mereka dalam mengikuti dan mendengarkan Yesus.
Terhadap Bartimeus si pengemis buta, justru Yesus menaruh perhatian dan menghendaki supaya Bartimeus dibawa kepada-Nya. Karena Yesus menghedaki memanggil Bartimeus, maka orang-orang kemudian mengubah sikap terhadap Bartimeus. “Kuatkan hatimu”, sebagai ungkapan orang-orang kepada Bartimeus agar ia bergembira atau berbesar hati karena dipanggil oleh Yesus. Sikap Bartimeus kemudian terasa spontan, namun justru keluar dari kedalaman hatinya. Ia segera menanggalkan jubahnya dan berdiri. Jubahnya pastilah tidak seindah yang dipakai oleh orang lain. Sikap Bartimeus mencerminkan situasi hatinya yang bergembira mendapatkan kesempatan untuk “berjumpa” dengan Yesus meskipun ia tidak pantas.
Jawaban Bartimeus atas pertanyaan Yesus menegaskan sikap hatinya. Ia tidak meminta uang atau emas pada Yesus seperti permintaan pengemis pada orang besar. Namun Bartimeus meminta agar Yesus mau menyebuhkannya. Bartimeus dalam permohonannya menyebut Yesus sebagai Rabuni yang berarti Guru. Sebutan ini lebih diterima umum yang bernilai rasa hormat yang tinggi. Namun, permohonan supaya menyembuhkan penglihatannya justru muncul dari keyakinan bahwa Yesus adalah Mesias, yang ia sebut sebagai Anak Daud.
Yesus kemudian menyembuhkan Bartimeus. Tanpa diikuti gerakan menjamah atau yang lainnya, Yesus hanya bersabda dan terjadilah kesembuhan pada Bartimeus. Dengan singkat Yesus mengatakan, “Pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau!”. Iman Bartimeus cukup besar sehingga ia menyebut Yesus sebagai Anak Daud dan terus berteriak meskipun ditegur banyak orang. Ia juga menaruh hormat yang tinggi terhadap Yesus dengan menanggalkan jubah dan menyebut Yesus sebagai Rabuni. Sikap hati Batimeus inilah yang akhirnya dihargai oleh Yesus dan Ia mau menyembuhkannya. Gerak berikutnya dalam diri Bartimeus perlu dilihat, yakni “mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya”.
Iman yang besar seperti yang dimiliki Bartimeus harus ada juga dalam diri kita. Kadangkala kita mengalami kebutaan diri yang tidak mampu melihat banyak hal dalam hidup kita. Namun demikian, hati kita harus tetap terbuka untuk melihat Yesus dan terus memohon agar Yesus hadir dalam hidup kita. Sikap beriman bersumber dari hati dan akan tercermin dalam tingkah laku hidup kita. Iman itulah yang akhirnya akan menyelamatkan kita dan harus disertai tindakan mengikuti Yesus. Banyak orang justru bersikap menghalangi rahmat Allah bagi sesama, seperti orang banyak yang menegur teriakan Bartimeus si pengemis buta. Mari kita semakin beriman, agar mendapatkan keselamatan Allah: mencari dan mengikuti Yesus, serta tidak menghalangi orang lain untuk berjumpa dengan Yesus. (R.YKJ)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar