Maria Ratu Damai

Maria Ratu Damai

Sabtu, 07 Mei 2016

Minggu Paskah VII, Tahun C (Hari Komunikasi Sedunia ke-50)



Yesus Mengkomunikasikan Kasih Bapa

Bacaan Pertama: Kisah Para Rasul 7:55-60
Stefanus dengan berani membela imannya akan Yesus Kristus, bahkan ia mengalami kemartiran karena mati demi imannya. Di akhir hidupnya ketika Stefanus disidang oleh Mahkamah Agama, ia menyaksikan kemuliaan Allah dan Yesus berdiri di sebelah kanan Allah. Perkataan Stefanus atas penglihatan kemuliaan Allah itu semakin membuat orang banyak menyerbu, menyeret Stefanus ke luar kita dan melemparinya dengan batu. Sebelum kematiannya itu, Stefanus masih berdoa mohon pengampunan atas dosa orang-orang yang telah menyiksanya itu. Saulus menjadi pimpinan dalam penganiayaan itu, dan saulus kelak akan mengalami pertobatan dan menjadi Paulus.

Bacaan Kedua: Kitab Wahyu 22:12-14.16-17.20
Wahyu kepada Yohanes mengungkapkan pernyataan diri Yesus sebagai Alfa dan Omega, Yang Awal dan Yang Akhir. Orang-orang yang percaya kepada Yesus digambarkan sebagai orang-orang yang membasuh jubah mereka, menyucikan diri dalam penebusan Yesus. Yesus telah mengutus para malaikat-Nya untuk memberi kesaksian tentang diri Yesus. Roh Kudus senantiasa mendampingi orang-orang yang percaya kepada Yesus dalam penantian kedatangan Yesus dalam kemuliaan.

Bacaan Injil: Yohanes 17:20-26

Bacaan Injil ini mengisahkan bagian dalam perjamuan malam terakhir Yesus bersama para murid-Nya. Doa ini diucapkan Yesus menjelang perpisahan-Nya dengan para murid-Nya, sehingga doa ini tidak terpisahkan dari peristiwa salib dan kebangkitan Kristus. Doa ini penting bagi para murid Yesus karena Yesus saat itu bertindak sebagai pemimpin perjamuan yang menjadi simbol sebagai Imam Agung. Doa ini sekaligus menjadi pengajaran bagi para murid-Nya agar mengetahui hubungan Yesus dengan Bapa-Nya.
Doa ini menggambarkan keilahian Yesus yang telah mengetahui bahwa para murid-Nya akan mewartakan tentang keselamatan Allah, sehingga Yesus berdoa juga bagi orang-orang yang percaya kepada-Nya karena pewartaan yang kelak disampaikan oleh para murid-Nya. Pewartaan para murid akan menghasilkan banyak orang yang menjadi percaya kepada Yesus. Yesus menghendaki bahwa semua orang yang percaya kepada-Nya menjadi satu. Satu dalam pengertian terus-menerus bersatu dalam hati, tujuan dan kehendak untuk sampai pada keselamatan Allah. Kesatuan orang-orang yang mengimani Yesus bersumber dari kesatuan Yesus dengan Bapa-Nya. Berkali-kali dalam doa ini, Yesus mengungkapkan kesatuan-Nya dengan Bapa dan kesatuan-Nya dengan para murid-Nya.
Yesus juga telah memberikan kemuliaan-Nya kepada para murid-Nya. Kemuliaan Yesus bukan hanya terjadi pada peristiwa kebangkitan dan kenaikan-Nya ke surga, namun terjadi justru dengan menghampakan diri, mengurbankan diri dan wafat di salib demi penebusan manusia. Demikian juga para murid Yesus akan mengalami kemuliaan ketika menjadi pelayan yang rendah hati dan rela memanggul salib karena iman akan Yesus Kristus.
Kemuliaan Yesus dan kesatuan-Nya dengan Bapa menggambarkan kasih antara Bapa dengan Yesus. Demikian juga kemuliaan dan kesatuan Yesus dengan para murid-Nya melambangkan kasih Yesus dan Bapa kepada para murid, bahkan kepada dunia. Yesus telah merindukan saat para murid mewartakan keselamatan Allah dalam diri-Nya dan rindu banyak orang menjadi percaya sehingga mendapatkan keselamatan dengan memandang kemuliaan Yesus yang diberikan oleh Bapa sejak dunia belum dijadikan. Ungkapan ini tampaknya berbelit. Sederhananya, Yesus diutus Bapa ke dunia untuk keselamatan manusia dan manusia yang percaya kepada Yesus akan mendapatkan keselamatan kekal dengan cara menjaga persatuan iman dalam Yesus dan setia melaksanakan teladan Yesus.
Dalam doa ini, enam kali Yesus menyebut “Engkau yang telah mengutus Aku”. Ungkapan ini hendak menegaskan bahwa Yesus adalah utusan Bapa yang bertugas memperkenalkan Bapa dan keselamatan-Nya. Yesus bukan sekedar utusan Allah sebagai nabi, namun Yesus adalah Putera Allah yang senantiasa bersatu dalam ke-Allahan. Pengenalan akan Allah dicapai dengan mengenal Yesus dan ajaran-Nya. Para murid Yesus telah mengenal Yesus sehingga merekalah yang selanjutnya bertugas memperkenalkan Allah dalam diri Yesus.
Pesan Paus pada Hari Komunikasi Sedunia ini berjudul “Komunikasi dan Kerahiman: Perjumpaan yang Memerdekakan”. Paus mengajak umat beriman Kristiani pada Tahun Suci ini menghubungkan Kerahiman dengan komunikasi. Kristus adalah ungkapan komunikasi Allah yang Maha Rahim dan umat beriman dipanggil untuk mewujudkan kerahiman Allah dalam kata dan karya. Kasih pada hakikatnya adalah komunikasi yang terarah pada keterbukaan dan kesediaan untuk berbagi.
Komunikasi memiliki kekuatan untuk mempertemukan, menciptakan perjumpaan dan penyertaan yang memperkaya manusia secara insani dan imani. Paus menginginkan agar semua orang memilik kata dan tindakan yang penuh kepekaan agar menghindari kesalahpahaman, menyembuhkan kenang-kenangan yang terluka dan membangun perdamaian dan keharmonisan. Perkataan dapat mempertemukan pribadi dalam keluarga, kelompok sosial dan bangsa-bangsa. Komunikasi harus menghindarkan munculnya ungkapan-ungkapan kebencian karena sikap saling menyalahkan dan balas dendam.
Paus berharap agar agar Gereja lewat para gembalanya menghadirkan komunikasi kerahiman. Gereja mengecam kejahatan dan dosa, namun tidak menghakimi pribadi yang telah berbuat jahat dan dosa. Gereja bertugas memperingatkan dan menegur orang yang bersalah, namun tidak mengasingkan pribadi yang bersalah. Relasi dan komunikasi yang penuh kasih mendatangkan sikap kerahiman. Dalam keluarga, orangtua yang mengasihi anak-anaknya menginginkan yang terbaik dalam pendampingan anak-anak yang membutuhkan sikap keterbukaan, penerimaan dan pengampunan. Sikap mendengarkan adalah pintu masuk ke dalam komunikasi yang lebih dalam.
Paus juga menyinggung komunikasi dalam dunia digital. Komunikasi melalui tekhnologi modern saat ini dapat membentuk komunikasi manusiawi seutuhnya bila melibatkan hati dan kemampuan manusia agar bijak memanfaatkan sarana-sarana yang dimiliki. Internet harus harus dimanfaatkan secara bertanggungjawab demi kemajuan pribadi dan bersama, bukan justru saling menyerang dan menjatuhkan.
Pada akhirnya, Paus menekankan bahwa komunikasi adalah sebuah karunia Allah yang menuntut sebuah tanggungjawab yang besar. Komunikasi memiliki daya kedekatan. Bila daya komunikasi ini disertai dengan daya kerahiman, maka akan menghasilkan perjumpaan yang bersifat saling peduli, memberi rasa nyaman, menyembuhkan, menyertai dan merayakan. Semoga hati kita tergerak untuk membangun komunikasi yang berkerahiman sebagai anak-anak Allah. (R.YKJ)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar