Maria Ratu Damai

Maria Ratu Damai

Sabtu, 05 Desember 2015

Adven II, Tahun C



Meluruskan Hati untuk Menyambut Rahmat Allah

Bacaan Pertama: Barukh 5:1-9
Nabi Barukh memberi penghiburan dengan menyampaikan nubuat keselamatan Allah. Nabi ini mewarta pada masa bangsa pilihan yang sedang ada mengalami pembuangan. Inti nubuat Barukh adalah akan datang masa pembebasan dan Allah akan memasukkan mereka lagi ke tanah terjanji. Untuk menyongsong masa penyelamatan ini, bangsa pilihan harus berpegang teguh pada kebenaran Allah, beriman secara mendalam, meninggalkan kesedihan dan berganti dengan sukacita.

Bacaan Kedua: Filipi 1:4-6.8-11
Paulus menyampaikan surat kepada jemaat di Filipi bahwa ia senantiasa mendoakan mereka. Isi doa Paulus bukan sekedar permohonan bagi kebutuhan jasmani dan rohani umat, namun juga ucapan syukur atas karya keselamatan dan penyelenggaraan Allah. Paulus tetap memohon rahmat Allah terutama agar umat di Filipi semakin mampu mengenal Allah sehingga dapat bersatu dalam keselamatan Allah.

Bacaan Injil: Lukas 3:1-6

Pada Minggu Adven kedua, bacaan Injil berisi warta Yohanes Pembaptis tentang pertobatan sebagai persiapan jalan bagi kedatangan Yesus Kristus, Sang Mesias. Injil Lukas pada bab 1 memuat kisah tentang Elizabeth yang akan mengandung dan melahirkan Yohanes Pembaptis. Pada bab 2 Lukas menceritakan peristiwa kelahiran Yesus hingga kisah Yesus yang berumur 12 tahun tertinggal di Bait Allah. Pada bab 3 Lukas langsung beralih pada kemunculan karya Yohanes sebagai persiapan bagi karya Yesus.
Karena ada lompatan besar dari kisah kelahiran Yohanes ke kisah awal karya Yohanes, maka perlu bagi Lukas untuk mengungkapkan data sejarah yang menunjukkan waktu sekaligus umur Yohanes Pembaptis. “Pada tahun kelima belas dari pemerintahan Kaisar Tiberius…” menjadi penanda waktu dan perkiraan umur Yohanes Pembaptis dan Yesus. Kaisar Tiberius menggantikan Kaisar Agustus pada tahun 14 masehi. Tahun kelima belas pemerintahan Tiberius adalah tahun 29 masehi, namun bila dihitung menurut sistem kalender Siria maka tahun kelima belas Tiberius adalah tahun 27 masehi. Fakta sejarah duniawi ini mau menunjukkan bahwa pada saat itu Yesus telah berumur sekurangnya 33 tahun dan Yohanes pembaptis lebih tua enam bulan.
Data sejarah kekaisaran Romawi diperkuat dengan data tentang pemuka agama di Bait Allah. Kayafas pada waktu itu menjabat sebagai imam besar, namun Hanas mertuanya yang sudah purna karya tetap memiliki pengaruh besar di Bait Allah. Dengan memakai gaya bahasa Perjanjian Lama, Lukas memperkenalkan karya Yohanes Pembaptis dengan kalimat, “…datanglah firman Allah kepada Yohanes, anak Zakaria, di padang gurun”. Hal ini hendak mengungkapkan panggilan ilahi pada Yohanes untuk memulai karyanya.
Yohanes mewarta di seluruh daerah Yordan dengan menyerukan “bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis dan Allah akan mengampuni dosamu”. Perbotaban merupakan sikap batin dan lahir, perubahan pikiran dan tindakan. Baptisan yang dibuat oleh Yohanes di sungai Yordan menjadi penanda pertobatan sehingga disebut sebagai baptisan pertobatan. Pertobatan ini mendatangkan perubahan cara pikir dan prilaku sehingga akan mendapatkan pengampunan dari Allah.
Lukas mengutip bagian dari kitab Yesaya yang bernubuat tentang keselamatan Allah bagi semua manusia (bdk. Yes. 40:3-5). Yohanes merupakan tokoh yang bertugas untuk mempersiapkan jalan bagi kedatangan Yesus yang berasal dari Tuhan. Persiapan jalan itu digambarkan dengan meluruskan jalan, menimbun lembah dan meratakan gunung dan bukit. Pada zaman dahulu, seorang raja yang hendak berkunjung ke daerah harus dipersiapkan jalannya. Sedikit saja jalan yang sudah keras waktu itu sehingga jalan yang hendak dilewati raja harus diperbaiki agar kereta raja dapat berjalan lancar. Yohanes pun digambarkan bertugas mempersiapkan jalan bagi Yesus dengan cara pewartaan tentang pertobatan.
Pada masa adven ini, kita diajak untuk mempersiapkan diri agar layak menerima rahmat Allah lewat Yesus yang hendak kita rayakan kelahiran-Nya di dunia. Kita harus bisa berlaku seperti Yohanes Pembaptis bagi diri sendiri dan orang lain. Kita meluruskan hati kita, menata batin dan memperbaiki sikap hidup agar layak menjadi tempat kehadiran Yesus dengan segala rahmat-Nya. Demikian juga, kita hendaknya menyiapkan keluarga kita agar Yesus berkenan tinggal dalam rumah kita. Kesadaran bahwa diri kita dan keluarga lemah yang butuh rahmat Allah akan menuntun kita untuk melihat diri, kekurangan dan kesalahan. Kesadaran ini pula yang berujung pada pertobatan dan pembaharuan hidup kita bersama keluarga. (R.YKJ)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar