Meluruskan Hati untuk Menyambut
Rahmat Allah
Bacaan Pertama: Barukh 5:1-9
Nabi Barukh memberi penghiburan dengan menyampaikan nubuat keselamatan
Allah. Nabi ini mewarta pada masa bangsa pilihan yang sedang ada mengalami
pembuangan. Inti nubuat Barukh adalah akan datang masa pembebasan dan Allah
akan memasukkan mereka lagi ke tanah terjanji. Untuk menyongsong masa
penyelamatan ini, bangsa pilihan harus berpegang teguh pada kebenaran Allah,
beriman secara mendalam, meninggalkan kesedihan dan berganti dengan sukacita.
Bacaan Kedua: Filipi 1:4-6.8-11
Paulus menyampaikan surat kepada jemaat di Filipi bahwa ia senantiasa
mendoakan mereka. Isi doa Paulus bukan sekedar permohonan bagi kebutuhan
jasmani dan rohani umat, namun juga ucapan syukur atas karya keselamatan dan
penyelenggaraan Allah. Paulus tetap memohon rahmat Allah terutama agar umat di
Filipi semakin mampu mengenal Allah sehingga dapat bersatu dalam keselamatan
Allah.
Bacaan Injil: Lukas 3:1-6
Pada Minggu Adven kedua, bacaan Injil berisi warta Yohanes Pembaptis
tentang pertobatan sebagai persiapan jalan bagi kedatangan Yesus Kristus, Sang
Mesias. Injil Lukas pada bab 1 memuat kisah tentang Elizabeth yang akan
mengandung dan melahirkan Yohanes Pembaptis. Pada bab 2 Lukas menceritakan
peristiwa kelahiran Yesus hingga kisah Yesus yang berumur 12 tahun tertinggal
di Bait Allah. Pada bab 3 Lukas langsung beralih pada kemunculan karya Yohanes
sebagai persiapan bagi karya Yesus.
Karena ada lompatan besar dari kisah kelahiran Yohanes ke kisah awal karya
Yohanes, maka perlu bagi Lukas untuk mengungkapkan data sejarah yang
menunjukkan waktu sekaligus umur Yohanes Pembaptis. “Pada tahun kelima belas
dari pemerintahan Kaisar Tiberius…” menjadi penanda waktu dan perkiraan umur
Yohanes Pembaptis dan Yesus. Kaisar Tiberius menggantikan Kaisar Agustus pada
tahun 14 masehi. Tahun kelima belas pemerintahan Tiberius adalah tahun 29
masehi, namun bila dihitung menurut sistem kalender Siria maka tahun kelima belas
Tiberius adalah tahun 27 masehi. Fakta sejarah duniawi ini mau menunjukkan
bahwa pada saat itu Yesus telah berumur sekurangnya 33 tahun dan Yohanes
pembaptis lebih tua enam bulan.
Data sejarah kekaisaran Romawi diperkuat dengan data tentang pemuka agama
di Bait Allah. Kayafas pada waktu itu menjabat sebagai imam besar, namun Hanas
mertuanya yang sudah purna karya tetap memiliki pengaruh besar di Bait Allah.
Dengan memakai gaya bahasa Perjanjian Lama, Lukas memperkenalkan karya Yohanes
Pembaptis dengan kalimat, “…datanglah firman Allah kepada Yohanes, anak
Zakaria, di padang gurun”. Hal ini hendak mengungkapkan panggilan ilahi pada
Yohanes untuk memulai karyanya.
Yohanes mewarta di seluruh daerah Yordan dengan menyerukan “bertobatlah
dan berilah dirimu dibaptis dan Allah akan mengampuni dosamu”. Perbotaban
merupakan sikap batin dan lahir, perubahan pikiran dan tindakan. Baptisan yang
dibuat oleh Yohanes di sungai Yordan menjadi penanda pertobatan sehingga
disebut sebagai baptisan pertobatan. Pertobatan ini mendatangkan perubahan cara
pikir dan prilaku sehingga akan mendapatkan pengampunan dari Allah.
Lukas mengutip bagian dari kitab Yesaya yang bernubuat tentang keselamatan
Allah bagi semua manusia (bdk. Yes. 40:3-5). Yohanes merupakan tokoh yang
bertugas untuk mempersiapkan jalan bagi kedatangan Yesus yang berasal dari
Tuhan. Persiapan jalan itu digambarkan dengan meluruskan jalan, menimbun lembah
dan meratakan gunung dan bukit. Pada zaman dahulu, seorang raja yang hendak
berkunjung ke daerah harus dipersiapkan jalannya. Sedikit saja jalan yang sudah
keras waktu itu sehingga jalan yang hendak dilewati raja harus diperbaiki agar
kereta raja dapat berjalan lancar. Yohanes pun digambarkan bertugas
mempersiapkan jalan bagi Yesus dengan cara pewartaan tentang pertobatan.
Pada masa adven ini, kita diajak untuk mempersiapkan diri agar layak
menerima rahmat Allah lewat Yesus yang hendak kita rayakan kelahiran-Nya di
dunia. Kita harus bisa berlaku seperti Yohanes Pembaptis bagi diri sendiri dan
orang lain. Kita meluruskan hati kita, menata batin dan memperbaiki sikap hidup
agar layak menjadi tempat kehadiran Yesus dengan segala rahmat-Nya. Demikian
juga, kita hendaknya menyiapkan keluarga kita agar Yesus berkenan tinggal dalam
rumah kita. Kesadaran bahwa diri kita dan keluarga lemah yang butuh rahmat
Allah akan menuntun kita untuk melihat diri, kekurangan dan kesalahan.
Kesadaran ini pula yang berujung pada pertobatan dan pembaharuan hidup kita
bersama keluarga. (R.YKJ)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar