Terpujilah Buah Rahimmu
Bacaan Pertama: Mikha 5:2-5a
Nabi Mikha berkarya pada masa yang relatif sama dengan Yesaya. Mikha lebih
memperjelas nubuat tentang kedatangan Mesias, Sang Immanuel. Mikha secara
gamblang mengungkapkan bahwa Mesias akan datang di Betlehem. Kehadiran Mesias
di kota kecil yang ditempati suku terkecil Yehuda itu justru akan menghadirkan
Sang Gembala Agung, Mesias yang akan memimpin bangsa pilihan menuju keselamatan
Allah.
Bacaan Kedua: Ibrani 10:5-10
Surat Ibrani ini menegaskan bahwa Yesus Kristus adalah Imam Agung. Ia
menggantikan kurban bakaran dan kurban persembahan pelunas dosa dengan
mempersembahkan tubuh-Nya sendiri. Fungsi imam adalah memimpin peribadatan,
termasuk persembahan dan kurban. Namun, fungsi Yesus sebagai Imam Agung justru
menyerahkan diri-Nya sendiri sebagai persembahan dan kurban penghapus dosa
manusia. Hal ini tergenapi saat Yesus mempersembahkan diri-Nya di atas kayu
salib.
Bacaan Injil: Lukas 1:39-45
Bagian Injil ini menceritakan peristiwa Maria yang mengunjungi Elisabet,
saudarinya. Kunjungan ini bukanlah semata sebagai kunjungan dua orang yang
masih berkerabat. Memang menurut tradisi ada semacam kebiasaan untuk
mengunjungi saudari yang sedang mengandung, apalagi Elisabet mengandung anak
pertama pada masa tuanya. Pada bagian sebelumnya (Luk 1: 26-38), dikisahkan
Malaikat Gabriel memberi kabar kepada Maria. Pada saat itu, disampaikan pula
oleh Gabriel bahwa Elisabet yang disebut mandul telah enam bulan mengandung
seorang anak laki-laki.
Dari sisi manusiawi, Maria pastilah menghadapi kecemasan karena ia hendak
mengandung dari Roh Kudus dan saat itu ia belum bersuami. Kecemasan itulah yang
hendak segera ia akhiri dan Maria butuh bukti kehendak Allah yang
menyelamatkan. Gabriel yang memberitahukan bahwa Elisabet mengandung juga
sebagai bukti bahwa Allah berkarya di luar batas kemampuan manusia. Bukti
inilah yang dibutuhkan Maria untuk meneguhkan kata-katanya, “sesungguhnya aku
ini adalah hamba Tuhan. Jadilah padaku menurut perkataanmu itu” (Luk. 1:38).
Dengan menerima kabar gebira dari malaikan Gabriel, tugas Maria baru saja
dimulai. Ia harus menyesuaikan diri agar sesuai dengan perkataan dan kehendak
Tuhan. Dalam penyesuaian kehendak diri inilah, Maria dituntun oleh kehendak
ilahi untuk mengunjungi Elisabet. Perjumpaan itu bukan sekedar pertemuan dua
ibu yang sedang mengandung, namun menjadi perjumpaan iman yang berahmat.
Perjumpaan manusiawi berubah menjadi perjumpaan yang berdaya ilahi.
Ketika Elisabet mendengar salam dari Maria, Elisabet merasakan lonjakan
anak yang sedang ia kandung. Elisabet dikatakan Lukas penuh dengan Roh Kudus.
Sangat mungkin bahwa Maria menyimpan keadaan bahwa ia mengandung dari Roh Kudus
dan Elisabet pastilah tidak mendengar kabar bahwa Maria telah mengandung. Namun
karena Roh Kudus pula, Elisabet dapat mengetahui bahwa Maria sedang mengandung.
“Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah
rahimmu. Siapakah aku ini sehingga ibu Tuhanku mengunjungi aku?” Berkat
pertama-tama disampaikan oleh Elisabet, meskipun sebenarnya Maria dahululah
yang seharusnya menyampaikan berkat bagi Elisabet. Berkat Elisabet sekaligus
bernada pujian terhadap Maria yang mengandung pada usia yang lebih muda
daripada dirinya. Pujian itu terutama juga karena yang dikandung oleh Maria
adalah Mesias sehingga Elisabet dengan jelas menyebut Maria sebagai “ibu
Tuhanku”. Kyrios (Tuhan) merupakan gelar ilahi untuk menyebut Yesus sesudah
peristiwa kebangkitan, namun Lukas menempatkan gelar itu ketika Yesus masih
hidup di dunia.
Elisabet kemudian menceritakan bahwa anak yang ada dalam kandungannya
melonjak kegirangan ketika ia mendengar salam dari Maria. Elisabet menafsirkan
gerakan anak dalam kandungannya secara lugas. Anak itu bukan bergerak berontak,
namun bersuka cita. Sebagai ibu yang mengandung anak pertama pada masa tuanya,
pastilah Elisabet menjaga dengan teliti perkembangan janinnya. Dengan caranya
sendiri ia mengamati setiap gerakan anak dalam kandungannya. Ketika pengamatan
seorang ibu ini didasarkan pada Roh Kudus yang menaunginya, pastilah akan lebih
bermakna dalam hal iman.
“Dan berbahagialah ia, yang telah percaya, sebab apa yang dikatakan
kepadanya dari Tuhan, akan terlaksana.” Ungkapan ini pertama-tama ditujukan
kepada Maria yang telah menerima kabar dari Tuhan lewat Gabriel. Maria telah
percaya dengan perkataan Tuhan dan makin percaya dengan mengunjungi Elisabet.
Ungkapan ini sekaligus meneguhkan janji Maria, “terjadilah padaku menurut
perkataanmu itu”. Ungkapan itu juga ditujukan kepada pembaca Lukas agar semakin
percaya pada rencana penyelamatan Allah dalam diri Yesus Kristus.
Tinggal sebentar lagi kita hendak merayakan Natal, hanya sejenak saja kita
punya waktu tersisa untuk mempersiapkan diri bersama keluarga untuk menerima
kedatangan Yesus Kristus. Hati kita bersama keluarga yang telah menerima
perkataan Tuhan lewat sabda-Nya harus yakin akan rahmat Tuhan yang disediakan
bagi kita. Hati yang bersih siap untuk menerima Tuhan dan siap untuk
menghadirkan Tuhan dalam hidup dan karya kita. Seperti Maria dan Elisabet,
hendaknya kita juga saling memberi salam dan berkat bagi sesama kita. Utamanya
harus saling memberi salam dan berkat bagi anggota keluarga supaya keluarga lebih
bersyukur dan lebih merasakan rahmat Allah. (R.YKJ)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar