Maria Ratu Damai

Maria Ratu Damai

Sabtu, 19 Desember 2015

Minggu Adven IV, Tahun C



Terpujilah Buah Rahimmu

Bacaan Pertama: Mikha 5:2-5a
Nabi Mikha berkarya pada masa yang relatif sama dengan Yesaya. Mikha lebih memperjelas nubuat tentang kedatangan Mesias, Sang Immanuel. Mikha secara gamblang mengungkapkan bahwa Mesias akan datang di Betlehem. Kehadiran Mesias di kota kecil yang ditempati suku terkecil Yehuda itu justru akan menghadirkan Sang Gembala Agung, Mesias yang akan memimpin bangsa pilihan menuju keselamatan Allah.

Bacaan Kedua: Ibrani 10:5-10
Surat Ibrani ini menegaskan bahwa Yesus Kristus adalah Imam Agung. Ia menggantikan kurban bakaran dan kurban persembahan pelunas dosa dengan mempersembahkan tubuh-Nya sendiri. Fungsi imam adalah memimpin peribadatan, termasuk persembahan dan kurban. Namun, fungsi Yesus sebagai Imam Agung justru menyerahkan diri-Nya sendiri sebagai persembahan dan kurban penghapus dosa manusia. Hal ini tergenapi saat Yesus mempersembahkan diri-Nya di atas kayu salib.

Bacaan Injil: Lukas 1:39-45

Bagian Injil ini menceritakan peristiwa Maria yang mengunjungi Elisabet, saudarinya. Kunjungan ini bukanlah semata sebagai kunjungan dua orang yang masih berkerabat. Memang menurut tradisi ada semacam kebiasaan untuk mengunjungi saudari yang sedang mengandung, apalagi Elisabet mengandung anak pertama pada masa tuanya. Pada bagian sebelumnya (Luk 1: 26-38), dikisahkan Malaikat Gabriel memberi kabar kepada Maria. Pada saat itu, disampaikan pula oleh Gabriel bahwa Elisabet yang disebut mandul telah enam bulan mengandung seorang anak laki-laki.
Dari sisi manusiawi, Maria pastilah menghadapi kecemasan karena ia hendak mengandung dari Roh Kudus dan saat itu ia belum bersuami. Kecemasan itulah yang hendak segera ia akhiri dan Maria butuh bukti kehendak Allah yang menyelamatkan. Gabriel yang memberitahukan bahwa Elisabet mengandung juga sebagai bukti bahwa Allah berkarya di luar batas kemampuan manusia. Bukti inilah yang dibutuhkan Maria untuk meneguhkan kata-katanya, “sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan. Jadilah padaku menurut perkataanmu itu” (Luk. 1:38).
Dengan menerima kabar gebira dari malaikan Gabriel, tugas Maria baru saja dimulai. Ia harus menyesuaikan diri agar sesuai dengan perkataan dan kehendak Tuhan. Dalam penyesuaian kehendak diri inilah, Maria dituntun oleh kehendak ilahi untuk mengunjungi Elisabet. Perjumpaan itu bukan sekedar pertemuan dua ibu yang sedang mengandung, namun menjadi perjumpaan iman yang berahmat. Perjumpaan manusiawi berubah menjadi perjumpaan yang berdaya ilahi.
Ketika Elisabet mendengar salam dari Maria, Elisabet merasakan lonjakan anak yang sedang ia kandung. Elisabet dikatakan Lukas penuh dengan Roh Kudus. Sangat mungkin bahwa Maria menyimpan keadaan bahwa ia mengandung dari Roh Kudus dan Elisabet pastilah tidak mendengar kabar bahwa Maria telah mengandung. Namun karena Roh Kudus pula, Elisabet dapat mengetahui bahwa Maria sedang mengandung.
“Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu. Siapakah aku ini sehingga ibu Tuhanku mengunjungi aku?” Berkat pertama-tama disampaikan oleh Elisabet, meskipun sebenarnya Maria dahululah yang seharusnya menyampaikan berkat bagi Elisabet. Berkat Elisabet sekaligus bernada pujian terhadap Maria yang mengandung pada usia yang lebih muda daripada dirinya. Pujian itu terutama juga karena yang dikandung oleh Maria adalah Mesias sehingga Elisabet dengan jelas menyebut Maria sebagai “ibu Tuhanku”. Kyrios (Tuhan) merupakan gelar ilahi untuk menyebut Yesus sesudah peristiwa kebangkitan, namun Lukas menempatkan gelar itu ketika Yesus masih hidup di dunia.
Elisabet kemudian menceritakan bahwa anak yang ada dalam kandungannya melonjak kegirangan ketika ia mendengar salam dari Maria. Elisabet menafsirkan gerakan anak dalam kandungannya secara lugas. Anak itu bukan bergerak berontak, namun bersuka cita. Sebagai ibu yang mengandung anak pertama pada masa tuanya, pastilah Elisabet menjaga dengan teliti perkembangan janinnya. Dengan caranya sendiri ia mengamati setiap gerakan anak dalam kandungannya. Ketika pengamatan seorang ibu ini didasarkan pada Roh Kudus yang menaunginya, pastilah akan lebih bermakna dalam hal iman.
“Dan berbahagialah ia, yang telah percaya, sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan, akan terlaksana.” Ungkapan ini pertama-tama ditujukan kepada Maria yang telah menerima kabar dari Tuhan lewat Gabriel. Maria telah percaya dengan perkataan Tuhan dan makin percaya dengan mengunjungi Elisabet. Ungkapan ini sekaligus meneguhkan janji Maria, “terjadilah padaku menurut perkataanmu itu”. Ungkapan itu juga ditujukan kepada pembaca Lukas agar semakin percaya pada rencana penyelamatan Allah dalam diri Yesus Kristus.
Tinggal sebentar lagi kita hendak merayakan Natal, hanya sejenak saja kita punya waktu tersisa untuk mempersiapkan diri bersama keluarga untuk menerima kedatangan Yesus Kristus. Hati kita bersama keluarga yang telah menerima perkataan Tuhan lewat sabda-Nya harus yakin akan rahmat Tuhan yang disediakan bagi kita. Hati yang bersih siap untuk menerima Tuhan dan siap untuk menghadirkan Tuhan dalam hidup dan karya kita. Seperti Maria dan Elisabet, hendaknya kita juga saling memberi salam dan berkat bagi sesama kita. Utamanya harus saling memberi salam dan berkat bagi anggota keluarga supaya keluarga lebih bersyukur dan lebih merasakan rahmat Allah. (R.YKJ)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar