Hai Pemuda, Bangkitlah!
Bacaan Pertama: 1 Raja-raja 17:17-24
Elia membangkitkan janda di Sarfat padahal daerah itu asing bagi bangsa
pilihan. Tindakan Nabi Elia ini menunjukkan bahwa Allah perjanjian memberikan
berkat dan pertolongan bukan hanya kepada bangsa pilihan, namun kepada siapa
saja yang berkenan kepada-Nya. Kemuliaan Allah nyata dalam tindakan Elia
sebagai abdi Allah.
Bacaan Kedua: Galatia 1:11-19
Paulus meringkaskan panggilannya sebagai murid Yesus yang dahulu tidak
dipercayainya. Paulus hendak meyakinkan jemaat di Galatia bahwa keselamatan
Allah melampaui apapun yang ada pada diri manusia. Meskipun dahulu Paulus mengejar
dan menganiaya murid Yesus, namun Yesus berkenan memakainya sebagai pewarta
bagi jalan keselamatan Allah itu.
Bacaan Injil: Lukas 7:11-17
Bagian Injil Lukas ini mengisahkan tentang Yesus yang membangkitkan seorang
pemuda di Nain. Nain adalah kota di daerah Galilea yang berdekatan dengan
Kapernaum, tempat Yesus menyembuhkan hamba seorang perwira. Sampai pada bab 7
ini, Lukas telah menceritakan pangajaran dan mukjizat yang dikerjakan Yesus. Bagian-bagian
ini nantinya menjadi tanggapan Yesus atas pertanyaan Yohanes Pembaptis: “Engkaukah
yang akan datang itu atau kami harus menantikan seorang lain?” (7:20).
Tanggapan Yesus adalah: “Pergilah dan katakanlah kepada Yohanes apa yang kamu
lihat dan dengar: orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta
menjadi tahir, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang
miskin diberitakan kabar baik” (7:22).
Kisah Yesus membangkitkan pemuda di Nain ini seolah terjadi secara
kebetulan, kebetulan Yesus bertemu dengan rombongan yang mengusung jenazah. Namun
dalam kisah ini, Yesus justru menunjukkan belas kasih Allah dan daya ilahi yang
ada pada-Nya. Yesus yang mengambil inisiatif untuk membangkitkan pemuda itu,
meskipun ibunya tidak memintanya. Tanpa mengenal pemuda yang meninggal itu
sebelumnya, Yesus telah mengetahui bahwa pemuda itu merupakan anak tunggal dari
seorang ibu yang sudah menjanda.
Dalam masyarakat seputar Yesus saat itu, status janda menjadi warga kelas
dua apalagi tidak ada penjamin hidup, yakni anak. Seorang janda tidak banyak
mendapat tempat dalam masyarakat dan hidup keagamaan, sehingga menjadi orang
yang tersingkir dalam banyak aspek kehidupan. Situasi inilah yang dilihat oleh
Yesus dalam kisah kebangkitan ini.
Pemuda yang meninggal itu adalah tumpuan hidup dan harapan bagi ibunya
yang telah menjanda. Kehilangan anak tunggalnya, sama saja ibu itu kehilangan
seluruh harapan hidupnya. Yesus mengetahui situasi berat yang dihadapi oleh ibu
itu sehingga tanpa diminta pun Yesus segera tergerak hatinya oleh belas
kasihan. Sebagai Putera Allah, Yesus mengetahui semua ini dan Ia mengambil
inisiatif untuk memberi pertolongan kepada ibu itu dengan membangkitkan anak
tunggalnya. Tanpa banyak nasihat, Yesus hanya berkata kepada ibu itu “Jangan
menangis!”
Dengan cara terang-terangan, sekaligus menakjubkan, Yesus mendekati dan
menyentuh usungan jenazah itu. “Hai pemuda, Aku berkata kepadamu: Bangkitlah!”
Kalimat singkat ini ternyata berdaya ilahi yang menghidupkan karena dengan
segera pemuda itu bangun, duduk dan mulai berbicara. Sabda Yesus menghidupkan
dan hal ini menjadi salah satu bukti bahwa Yesus adalah Mesias yang dinantikan
oleh banyak orang.
Menyaksikan mukjizat kebangkitan itu, orang banyak menjadi ketakutan. Rasa
takut itu bukan seperti melihat hantu orang mati, namun rasa tunduk dan kagum
di hadapan kekuasaan Allah yang baru saja diperlihatkan oleh Yesus. Rasa itu
diteguhkan dengan tindakan orang banyak yang memuliakan Allah sambil berkata
bahwa seorang nabi besar telah datang dan juga berkata Allah telah mengunjungi
umat-Nya.
Yesus tidak menginginkan keputus-asaan yang justru mematikan gairah hidup
dan iman kita. Keluh kesah kita dalam perjuangan hidup sebenarnya telah
diketahui oleh Allah dan kita cukup dengan berserah diri pada daya penyertaan
ilahi dalam diri Yesus. “Jangan menangis!” menjadi teguran bagi kita agar tidak
berputus asa dalam menjalani persoalan hidup dan iman. Keputus-asaan hanya akan
menumpulkan daya hidup dan kreativitas kita. Sedangkan pengharapan akan
mendatangkan semangat dan usaha untuk dapat mengatasi aneka persoalan hidup
ini.
Seruan “Bangkitlah!” yang diucapkan Yesus juga disampaikan kepada kita. Kita
diminta bangkit dari keterpurukan, dari kematian semangat hidup dan iman, dari rasa
rendah diri, dari keputus-asaan dan dari dosa-kelemahan kita. Tak perlu menunggu
mati untuk dibangkitkan karena setiap waktu kita butuh bangkit dari “kematian-kematian”
kecil dalam hidup kita. (R.YKJ)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar