Kebangkitan yang Menghidupkan Iman
Bacaan Pertama: Kejadian 1:1 – 2:2
Allah menciptakan dunia seisinya secara bertahap selama tujuh hari dan
berpuncak pada karya penciptaan manusia. Allah menciptakan manusia menurut
gambar Allah dan Ia menyebut manusia ciptaannya itu sungguh sangat baik.
Manusia dikehendaki beranak-cucu dan menguasai bumi seisinya dalam arti memakai
dan menjaganya demi kelangsungan semua ciptaan.
Bacaan Kedua: Kejadian 22:1-18
Abraham dijanjikan berkat, keturunan dan tanah terjanji. Namun ketika ia
telah memiliki Ishak sebagai anak tunggal, justru Allah menginginkan anak itu
menjadi kurban persembahan. Abraham taat kepada Allah dengan menyiapkan Ishak
sebagai kurban sembelihan dan ternyata Allah menyediakan anak domba sebagai
pengganti Ishak. Ketaatan Abraham berkenan di hadapan Allah dan Ia mengulangi
janji-Nya terhadap Abraham.
Bacaan Ketiga: Keluaran 14:15 – 15:1
Allah mengeluarkan bangsa pilihan dari tanah Mesir dengan cara yang
mengagumkan. Lewat tongkat Musa, Allah membelah laut Merah sehingga bangsa itu
bisa melintasi dasar laut yang telah kering. Allah kemudian menutup kembali air
laut yang tadinya terbelah sehingga tentara Mesir yang sedang mengejar bangsa
pilihan tenggelam ke dasar laut. Karya keselamatan Allah menimbulkan iman yang
semakin mendalam.
Bacaan Keempat: Yesaya 54:5-14
Allah setia dalam mencintai umat-Nya. Allah adalah penyelamat, penebus dan
tak kan meninggalkan umat yang dicintai-Nya. Allah tidak sungguh murka dan
tidak sungguh meninggalkan umat pilihan-Nya meskipun berkali-kali Ia
dikhianati. Allah senantiasa mengusahakan jalan keselamatan bagi manusia.
Bacaan Kelima: Yesaya 55:1-11
Yesaya bernubuat tentang kepenuhan masa yang membahagiakan karena Allah
menyediakan segala yang dibutuhkan manusia. Allah telah merencanakan
keselamatan-Nya sejak dahulu. Siapa yang mencari Allah tidak akan mendapat
kesia-siaan sebab Allah menyediakan jalan keselamatan-Nya.
Bacaan Keenam: Barukh 3:9-15.32 – 4:4
Allah memberikan kebijaksanaannya agar manusia dapat hidup secara arif dan
mencapai keselamatan kekal. Di butuhkan pertobatan dan perubahan hidup untuk
menerima kebijaksanaan Allah. Kebijaksanaan Allah harus ditemukan dan dimiliki
selamanya, serta tak boleh lepas lagi. Kebijaksanaan Allah yang dihadirkan ke
dunia itu nantinya tergenapi dalam diri Yesus Kristus.
Bacaan Ketujuh: Yehezkiel 36:16-17a.18-28
Peristiwa pembuangan ke Babilonia merupakan peristiwa tragis bagi bangsa
pilihan. Bangsa itu merasa Allah telah meninggalkan mereka dan tidak
mendengarkan keluh kesah mereka. Padahal bangsa itulah yang menajiskan diri
karena tidak setia kepada Allah. Allah hendak menggembalikan bangsa pilihan itu
ke tanah terjanji, namun Ia harus mengambil hati yang membatu dan mengganti
dengan hati yang baru.
Bacaan Kedelapan/Epistola: Roma 6:3-11
Warta Rasul Paulus tentang iman akan kematian dan kebangkitan Kristus
meneguhkan perjuangan iman para murid Kristus. Baptisan telah menyatukan
orang-orang kristen dengan kematian Kristus dan juga disatukan dengan
kebangkitan-Nya. Kematian Kristus menjadi rahmat karena ada kebangkitan yang
mulia. Kristus tidak dikuasai maut kerena Ia mati untuk mengalahkan maut dengan
kebangkitan-Nya. Baptisan harus dimaknai sebagai kematian terhadap dosa karena
telah ditebus oleh kematian Kristus dan hidup bagi Allah dalam kebangkitan-Nya.
Bacaan Injil: Lukas 24:1-12
Malam Paskah dirayakan secara meriah dan panjang karena bersifat tuguran,
bersama Yesus merayakan saat-saat kebangkitan-Nya. Liturgi dimulai dengan
upacara pemberkatan api baru di depan gereja dan pemberkatan lilin Paskah,
dilanjutkan dengan exsultet/pujian paskah, liturgi sabda, liturgi baptis, dan
liturgi ekaristi. Pada malam Paskah disediakan 9 bacaan dalam liturgi sabda, 7
dari Perjanjian Lama dan 2 dari Perjanjian Baru. Bacaan hendaknya dibacakan
semuanya, namun dengan alasan tertentu bacaan Perjanjian Lama dapat dikurangi
sehingga dibacakan tiga bacaan dan Kitab Keluaran 14 wajib dibacakan. Bacaan
Perjanjian Baru, Epistola dan Injil juga tidak boleh ditiadakan.
Injil Lukas mengisahkan berita pertama kali tentang kebangkitan Yesus
sesudah kematian-Nya. Lukas memulai dengan menyebutkan, “Pagi-pagi benar, pada
hari pertama dalam pekan”. Yesus dimakamkan sore hari menjelang hari Sabat,
sehingga tiga hari kemudian barulah para perempuan yang disebut Lukas
mengunjungi makam Yesus. Menurut nama hari pada kalender kita sekarang, Yesus
wafat pada hari Jumat dan Minggu pagi para perempuan mengunjungi makam-Nya.
Para perempuan, yang kemudian diketahui bernama Maria Magdala, Yohana, dan
Maria ibu Yakobus, membawa rempah-rempah dengan maksud hendak memburati jenazah
Yesus karena pemakaman Yesus begitu terburu-buru karena menjelang hari Sabat
yang tidak diperkenankan menguburkan seseorang. Dalam Lukas 23:50-56a
dikisahkan secara singkat pemakaman Yesus. Para perempuan menyaksikan pemakaman
itu dan mengetahui bahwa jenazah Yesus belum sempat diburati dengan
rempah-rempah. Para perempuan itu pulang untuk mempersiapkan rempah-rempah dan
minyak mur, namun mereka harus menunda sampai pagi sesudah hari Sabat.
Pagi-pagi benar para perempuan itu telah berangkat ke makam Yesus. Tidak
terpikir oleh mereka cara menggulingkan batu besar penutup makam, padahal
mereka telah melihat di mana dan bagaimana Yesus dimakamkan. Kebodohan
manusiawi ini justru menunjukkan keagunggan Allah karena mereka tidak perlu
lagi menggulingkan batu penutup makam, bahkan tidak perlu menyediakan
rempah-rempah karena Yesus telah bangkit.
Ketika menyaksikan batu penutup makam telah terbuka, para perempuan itu
masuk dan termangu-mangu karena tidak menemukan jenazah Yesus. Batu yang
terguling dan jenazah Yesus tidak ditemukan belum membuat para perempuan itu
tahu bahwa Yesus telah bangkit. Pastilah mereka berpikir bahwa jenazah Yesus
telah dipindahkan. Maka, makam kosong bukanlah bukti otentik kebangkitan Yesus.
Bukti kebangkitan adalah penampakan Yesus yang telah bangkit. Dalam Injil
Lukas, penampakan itu diawali dengan penampakan dua malaikat yang mengabarkan
kebangkitan Yesus kepada para perempuan itu.
Sesudah pelihat penampakan dua malaikat yang mengabarkan kebangkitan
Yesus, para perempuan itu kembali untuk menceritakannya kepada kesebelas murid
Yesus. Namun para murid tidak percaya pada kabar yang mereka ceritakan. Masuk
akal bahwa para murid tidak mempercayai perkataan para perempuan ini. Dalam persidangan,
seorang perempuan tidak boleh menjadi saksi. Kebangkitan jauh lebih besar dari
peristiwa di persidangan, maka kesaksian para perempuan tidak langsung mereka
percayai. Namun demikian, ternyata Allah memakai para perempuan untuk pertama
kali mengabarkan berita tentang kebangkitan Yesus.
Berita yang dianggap kabar bohong oleh para murid tetap membuat Petrus
penasaran. Ia segera berlari ke kubur Yesus, menjenguk ke dalam dan hanya
melihat kain kafan saja. Petrus mulai percaya tapi ragu-ragu terhadap
kebangkitan Yesus. Ia bertanya-tanya dalam hati memperkirakan yang telah
terjadi terhadap Yesus yang sudah dimakamkan. Petrus akan menjadi yakin dengan
kebangkitan Yesus ketika Yesus yang telah bangkit menampakkan diri kepada para
murid-Nya, termasuk kepada Petrus.
Kebangkitan akhirnya membuat para murid bangkit lagi dalam kepercayaan
kepada Yesus dan mereka penuh semangat mewartakan kebangkitan itu, dan
mengajarkan cinta kasih kepada banyak orang. Pada saat Yesus hendak dijatuhi
hukuman mati, para murid melarikan diri karena tidak berani menjadi saksi
ajaran dan tindakan Yesus. Namun sesudah kematian dan kebangkitan Yesus, para
murid dengan berani menjadi saksi kebangkitan-Nya. Kebangkitan menjadi berarti
ketika orang beriman semakin beriman dan mewujudkan cinta kasih dalam
kehidupan. Selamat Paskah! (R.YKJ)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar