Maria Ratu Damai

Maria Ratu Damai

Sabtu, 12 Maret 2016

Minggu Prapaskah V, Tahun C



Pengampunan Dosa dan Perubahan Diri

Bacaan Pertama: Yesaya 43:16-21
Yesaya memberikan penghiburan kepada bangsa pilihan yang sedang mengalami pembuangan. Mereka terkenang, pada zaman Musa, Allah menuntun keluar dari tanah Mesir melalui laut Merah. Yesaya menyampaikan pesan Allah agar bangsa itu melupakan peristiwa-peristiwa indah dan hebat zaman dahulu karena Allah akan mendatangkan masa yang baru. Zaman baru ini akan mendatangkan kebahagiaan yang lebih besar dari masa silam.

Bacaan Kedua: Filipi 3:8-14
Paulus mengungkapkan bahwa segala sesuatu yang ia kerjakan dan ia miliki pada masa dahulu menjadi kerugian setelah mengenal Kristus. Paulus dahulu menjadi pemimpin tentara yang mengejar murid-murid Kristus. Namun sesudah mengenal Kristus, ia menganggap semua hal itu sia-sia dan merugikan dirinya dan orang lain. Kristuslah yang memberikan kebahagiaan sempurna, bahkan hendak memberikan kebangkitan bagi orang-orang yang percaya kepada-Nya. Panggilan sebagai murid Kristus membuat Paulus berusaha mendapat hadiah panggilan surgawi, harta rohani di surga.

Bacaan Injil: Yohanes 8:1-11

Bacaan Injil Yohanes ini berkisah tentang orang-orang Farisi yang membawa kepada Yesus seorang perempuan yang kedapatan berbuat zinah. Orang-orang Farisi itu hendak menjadikan Yesus sebagai hakim untuk mengadili perempuan itu. Mereka berharap ada keputusan yang keliru dari Yesus agar mereka bisa menangkap Yesus. Yesus dikenal dekat dengan orang-orang berdosa, seperti para pemungut cukai.
Dikisahkan oleh penginjil bahwa Yesus saat itu sedang mengajar di pelataran Bait Allah. Kemudian datanglah ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi membawa seorang perempuan yang mereka sebutkan tertangkap basah berbuat zinah. Mereka menyebut Yesus sebagai Rabi, sebutan penghormatan untuk seorang guru, dengan maksud agar Yesus terpancing untuk menjadi hakim atas perempuan itu. Seturut hukum Musa, perempuan yang berbuat zinah harus dirajam, hukuman dengan cara melempari batu si terhukum.
Reaksi Yesus tampak tidak peduli karena Ia membungkuk dan menulis sesuatu di tanah dengan jari-Nya. Tidak diketahui persis tulisan apa yang dibuat oleh Yesus. Tampaknya tulisan itu juga tidak menarik perhatian ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi karena mereka tetap mendesak Yesus untuk menjadi hakim atas perempuan itu. Yesus kemudian berdiri dan berkata bahwa siapa yang tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu. Setelah mengatakan hal itu, Yesus membungkuk lagi dan menulis di tanah.
Kata-kata Yesus tadi ternyata membuat orang-orang yang hendak menghakimi perempuan itu menjadi terhakimi. Mereka tidak ada yang sungguh suci sehingga tidak berdosa. Bahkan satu per satu mereka pergi mulai dari yang tertua. Tertua secara artifisial pastilah yang lebih lama usianya. Usia yang lama pastilah memiliki banyak pengalaman, namun lebih banyak juga kesempatan untuk berbuat dosa. Dengan demikian, “mulai dari yang tertua” bisa diartikan yang lebih banyak dosanya meskipun dari segi umur bukanlah yang paling tua.
“Barang siapa yang tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu pada perempuan ini”. Manusia yang tidak berdosa adalah Yesus karena Ia adalah Putera Allah yang menjadi Manusia. Namun Yesus tidak melemparkan batu untuk yang pertama. Ketika semua orang telah meninggalkan tempat itu satu per satu, Yesus juga tidak menghukum perempuan itu.  “Aku pun tidak menghukum engkau. Pergilah dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang.”  Inilah jawaban Yesus kepada perempuan yang dihadapkan kepada-Nya. Perempuan tadi, bila benar telah berbuat zinah, telah mendapatkan hukuman dengan diarak ke hadapan Yesus yang sedang mengajar. Yesus tidak menambah hukuman lagi meskipun Yesus berhak melemparkan batu untuk pertama kali kepada perempuan itu seperti syarat yang diungkapkannya kepada para ahli Taurat dan orang-orang Farisi.
Perzinahan termasuk dosa moral yang melanggar hukum kodrat perkawinan. Yesus tidak bersolider terhadap dosa semacam ini, namun Yesus menuntut perubahan semenjak Ia memberikan pengampunan atas dosa itu. Mesias datang untuk menyelamatkan dengan penebusan atas dosa manusia. Ketika manusia teah ditebus dosanya, maka manusia harus merubah sikap hidup untuk menjadi benar di hadapan Allah dan sesama.
Sekotor apapun diri kita karena dosa, bila berhadapan dengan Yesus dan berpasrah diri pada-Nya, maka akan ada pengampunan dosa. Yesus menghendaki persembahan hati yang remuk redam karena kesadaran akan kelemahan diri. Yesuslah yang akan menyatukan kembali hati yang remuk redam itu dan kita bertugas menjaganya dalam hidup kita. Prapaskah menjadi masa pertobatan yang menyadarkan kita akan kelemahan diri yang mudah jatuh dalam dosa. Penyadaran itu disertai dengan penyerahan diri agar mendapatkan pengampunan dari Allah dan kemudian kita mengadakan perubahan dan perombakan diri dalam perilaku hidup untuk menjaga kesucian diri kita. (R.YKJ)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar