Maria Ratu Damai

Maria Ratu Damai

Jumat, 25 Maret 2016

Liturgi Jumat Agung, Tahun C



Putera Allah yang Menderita dan Wafat di Salib

Bacaan Pertama: Yesaya 52:13 – 53:12
Hamba Yahwe yang menderita menanggung kesengsaraan namun akan ditinggikan oleh Allah. Ia tidak melawan, seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian. Penderitaan itu silakukan justru menjadi silih dosa banyak orang agar mendapatkan keselamatan. Hamba Yahwe yang menderita itu akan digenapi dalam diri Yesus yang menderita di salib.

Bacaan Kedua: Surat Ibrani 4:14-16; 5:7-9
Yesus Kristus adalah Imam Agung yang menguduskan dunia dengan mempersembahkan diri-Nya sendiri. Keselamatan abadi dicapai setelah penderitaan-Nya dan akan diberikan kepada semua orang yang taat pada-Nya. Kristus sebagai jalan bagi menusia untuk mendekati takhta kemuliaan Allah karena Kristus adalah Anak Allah. Kristus menjadi perantara agar manusia menerima rahmat dan kasih Allah.

Bacaan Injil/Pasio: Yohanes 18:1 – 19:42

Pasio Jumat Agung selalu diambil dari Injil Yohanes, mulai dari Yesus yang menyeberangi sungai Kodron ke bukit zaitun hingga Yesus dimakamkan. Yohanes memberikan beberapa penekanan dalam kisah sengsara Yesus ini. Beberapa tokoh bisa kita cermati dalam alur kisah ini.
Di bukit zaitun, Petrus membela Yesus dengan menghunus pedang dan memenggal telinga kanan Malkhus, seorang hamba imam agung. Namun, ketika Yesus ditangkap dan disidangkan ke sidang imam agung, Petrus menyangkal bahwa ia adalah murid Yesus. Petrus sebenarnya diajak murid yang lain (Yohanes) untuk masuk ke ruang sidang. Murid yang lain itu memiliki relasi dengan imam agung sehingga leluasa keluar-masuk, namun tidak bagi Petrus. Ketika hendak masuk ke ruang sidang inilah Petrus ditanyai oleh perempuan penjaga pintu bahwa ia juga murid Yesus. Petrus menjawab “bukan” dengan maksud supaya ia bisa masuk ke dalam.
Sidang membutuhkan saksi untuk membenarkan tuduhan atau saksi yang membela. Dalam sidang itu, Yesus meminta imam agung (Hanas) menanyakan kepada para murid-Nya hal-hal yang telah dibuat Yesus. Dari tempat Hanas, Yesus digiring ke tempat Kayafas. Hanas sebenarnya tidak lagi menjabat sebagai imam agung, namun ia masih memiliki pengaruh yang kuat dan ia adalah mertua Kayafas yang menjabat sebagai imam agung saat itu. Pada saat inilah Petrus kembali ditanyai tentang statusnya sebagai murid Yesus oleh orang-orang yang mengelilingi perapian dan juga oleh seorang hamba imam agung, teman Malkhus. Petrus menyangkalnya sehingga persis tiga kali seperti yang telah dikatakan Yesus bahwa Petrus hendak menyangkal-Nya tiga kali sebelum ayam jantan berkokok.
Yesus kemudian dikirim kepada Piltus untuk mendapat legalitas hukuman mati atas tuduhan kepada Yesus. Kekaisaran Romawi melarang hukum adat menjatuhkan hukuman mati untuk menjaga agar situasi dapat dikendalikan oleh kekaisaran. Orang-orang Yahudi tidak masuk ke gedung pengadilan Pilatus karena di dalam gedung itu terdapat simbol-simbol kekaisaran Romawi (asing/berhala) yang membuat diri mereka najis. Pilatus terpisah dari banyak orang ketika menyidangkan Yesus, sehingga ia lepas dari tekanan tuntutan mereka. Pilatus tidak menganggap Yesus sebagai ancaman bagi pemerintahannya. Ia kemudian membandingkan Yesus dengan Barabas, seorang pemberontak, penyamun dan pembunuh. Rakyat pastilah memilih Yesus ini untuk dibebaskan pada hari Paskah seturut kebiasaan. Perkiraan Pilatus keliru karena banyak orang justru memilih Barabas untuk dibebaskan dan Yesus tetap harus dihukum.
Pilatus mencari cara lain lagi. Ia menyuruh para prajurit untuk mencambuk Yesus, memahkotai duri dan memasang jubah ungu pada Yesus. Hal ini dimaksudkan bahwa Pilatus telah memberikan hukum cambuk pada Yesus dan hendak membebaskan Yesus. Cara ini pun ternyata tidak mampu membebaskan Yesus karena orang banyak justru berteriak agar Yesus disalibkan. Dalam penyelidikan selanjutnya terhadap Yesus, Pilatus makin yakin bahwa Yesus merupakan tokoh rohani sehingga ia tidak mengadili Yesus. Pilatus pastilah mengetahui bahwa ketika Yesus masuk Yerusalem, banyak orang menyambut-Nya dengan seruan “Hosana Putera Daud!”. Pilatus kemudian menunjukkan Yesus dengan mengatakan “Inilah rajamu!”. Cara terakhir ini ternyata juga tidak mampu membebaskan Yesus. Pilatus akhirnya menyerahkan Yesus untuk disalibkan karena ia takut terjadi kekacauan di wilayah pemerintahannya.
Peristiwa menarik lain yang dikisahkan dalam Injil Yohanes ini adalah kehadiran ibu Yesus, bersama beberapa perempuan dan juga Yohanes, murid yang dikasihi-Nya. Kepada ibu-Nya, Yesus mengatakan “inilah anakmu” dan kepada Yohanes “inilah ibumu”. Dari sisi manusiawi, Maria hanya memiliki Yesus sebagai anaknya sehingga kematian Yesus membuat hilangnya sandaran hidup baginya. Namun, Yesus juga menyerahkan murid-Nya itu kepada Yesus. Dengan demikian, terdapat simbol penyerahan pada keduanya atas Maria yang telah melahirkan Yesus dan juga atas para murid sebagai orang-orang yang percaya kepada Yesus. Hal ini menjadi simbol penyerahan Gereja kepada Maria dan sebaliknya.
Yesus menyerahkan diri-Nya sebagai silih untuk dosa-dosa kita. Ia tidak berdosa, namun rela mati bagi dosa kita. Kita bangga pada salib Kristus karena iman kita pada kebangkitan-Nya. Salib menjadi simbol kemenangan, bahkan menjadi simbol kekerasan yang dihadapi dengan cinta kasih. Mari kita pangul salib kita masing-masing sambil mengikuti Yesus, agar kelak kita ikut dibangkitkan dalam kebangkitan Kristus. (R.YKJ)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar