Sabda Hidup yang Kekal
Bacaan Pertama: Yos. 24;1-2a.15-17.18b.
Yosua mengumpulkan semua suku bangsa pilihan yang telah memasuki tanah
Kanaan. Yosua menegaskan kasih Allah yang begitu besar telah membawa mereka
keluar dari tanah Mesir dan masuk kembali ke tanah terjanji. Dengan bahasa
retoris, Yosua menantang kaum bangsa pilihan untuk beribadah kepada Allah atau
beribadah kepada dewa-dewi. Bangsa pilihan dengan bulat hati menyatakan tetap
berbakti kepada Allah yang telah menyelamatkan mereka.
Bacaan Kedua: Ef. 5:21-32
Paulus kepada umat di Efesus memberikan gambaran kasih Allah terhadap
umat-Nya seperti relasi suami-isteri yang penuh kasih dan kesetiaan. Kesetiaan
cinta suami-isteri disertai sikap hormat dan saling pengertian, saling
memperhatikan bahkan kerelaan untuk berkurban demi kebagagiaan bersama.
Demikianlah, Paulus menggambarkan kesetiaan cinta Kristus terhadap jemaat
hingga rela mengurbankan diri-Nya sendiri.
Bacaan Injil: Yoh. 6:60-69
Konteks bacaan Injil Yohanes ini masih dalam kaitan pengajaran Yesus
tentang roti hidup yang turun dari surga. Ketika Yesus mengatakan bahwa
diri-Nya adalah roti yang turun dari surga, orang-orang yang mendengarkan
pengajaran-Nya bersungut-sungut dan mempertanyakan pernyataan Yesus itu. Kebenaran
yang kita imani, Yesus adalah Putera Allah yang lahir menjadi Manusia. Yesuslah
yang berasal dari surga dan akan membawa manusia agar sampai ke surga. Yesus
mengetahui bahwa perkataan-Nya terdenar keras dan akan menimbulkan
pertentangan. Banyak orang kemudian mengundurkan diri dan tidak lagi mengikuti
Yesus.
Yesus menegaskan bahwa Roh Allah yang memberi hidup kepada dunia. Roh itu
pula yang kini berada bersama dengan Yesus sebagai Putera Allah. Perkataan
Yesus adalah sabda Roh Allah sendiri karena persatuan Yesus dengan Bapa dan Roh
Kudus. Sabda Yesus berdaya karena ada Roh Allah di dalamnya dan akan membawa
hidup kekal bagi yang menerima sabda itu. Roh atau jiwa manusia adalah yang
utama, sedangkan badan fisik dan dunia ini menjadi sarana untuk keselamatan
jiwa dalam kebangkitan kekal. Panggilan terhadap keselamatan kekal itu telah
ditanamkan dalam diri semua orang dan Bapa yang mengaruniakan panggilan
keselamatan itu telah menarik banyak orang untuk mendengarkan Sang Sabda yang
menjadi Manusia.
Pemahaman yang dangkal terhadap asal-usul manusiawi Yesus membuat banyak
orang terguncang dan mengundurkan diri. Mereka tidak percaya bahwa Yesus adalah
Mesias, Putera Allah. Banyak orang hanya melihat bahwa Yesus “sekedar” nabi
besar yang diutus Allah. Dalam angapan ini, maka Yesus tidak berhak mengatakan
berasal dari surga. Padahal sejatinya, Yesus bukan sekedar nabi karena Ia
adalah Putera Allah. Yesus memang hadir ke dunia menjadi manusia yang
dilahirkan oleh Maria yang dikenal banyak orang. Namun demikian, Yusup bukanlah
ayah kandung bagi Yesus. Yesus tetaplah Anak kandung Bapa karena dikandung dan
dilahirkan Maria karena kuasa Roh Kudus.
Ketika banyak orang yang pergi meninggalkan Yesus, Ia bertanya kepada
Petrus apakah Petrus tidak ikut pergi bersama dengan orang banyak itu. Jawaban
Petrus sungguh bersumber dari iman mendalam atas Yesus sebagai Mesias. “Tuhan
kepada siapa kami akan pergi? Sabda-Mu adalah Sabda hidup yang kekal. Kami
telah percaya dan tahu bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari Allah”.
Pernyataan iman Petrus terhadap Yesus sebagai Roti kehidupan kekal dan
Sabda hidup kekal haruslah menjadi ungkapan iman kita. Iman terhadap Yesus yang
demikian akan membuat kita memiliki semangat yang lebih tinggi dalam beriman
dan berkarya di dunia ini. Semangat hidup kekal akan menjadikan kita lebih
berdaya dalam menjalani hidup di dunia ini. Hal inilah yang mengingatkan kita
akan hidup kekal kelak dalam Kerajaan Allah yang harus diawali dengan
perjuangan kebaikan dalam hidup sekarang. Mari kita tertuju pada Sabda
kehidupan kekal dengan senantiasa berbuat kebenaran dan cinta kasih setiap
hari. (R.YKJ)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar