Maria Ratu Damai

Maria Ratu Damai

Sabtu, 22 Agustus 2015

Minggu Biasa XXI, Tahun B



Sabda Hidup yang Kekal

Bacaan Pertama: Yos. 24;1-2a.15-17.18b.
Yosua mengumpulkan semua suku bangsa pilihan yang telah memasuki tanah Kanaan. Yosua menegaskan kasih Allah yang begitu besar telah membawa mereka keluar dari tanah Mesir dan masuk kembali ke tanah terjanji. Dengan bahasa retoris, Yosua menantang kaum bangsa pilihan untuk beribadah kepada Allah atau beribadah kepada dewa-dewi. Bangsa pilihan dengan bulat hati menyatakan tetap berbakti kepada Allah yang telah menyelamatkan mereka.

Bacaan Kedua: Ef. 5:21-32
Paulus kepada umat di Efesus memberikan gambaran kasih Allah terhadap umat-Nya seperti relasi suami-isteri yang penuh kasih dan kesetiaan. Kesetiaan cinta suami-isteri disertai sikap hormat dan saling pengertian, saling memperhatikan bahkan kerelaan untuk berkurban demi kebagagiaan bersama. Demikianlah, Paulus menggambarkan kesetiaan cinta Kristus terhadap jemaat hingga rela mengurbankan diri-Nya sendiri.

Bacaan Injil: Yoh. 6:60-69

Konteks bacaan Injil Yohanes ini masih dalam kaitan pengajaran Yesus tentang roti hidup yang turun dari surga. Ketika Yesus mengatakan bahwa diri-Nya adalah roti yang turun dari surga, orang-orang yang mendengarkan pengajaran-Nya bersungut-sungut dan mempertanyakan pernyataan Yesus itu. Kebenaran yang kita imani, Yesus adalah Putera Allah yang lahir menjadi Manusia. Yesuslah yang berasal dari surga dan akan membawa manusia agar sampai ke surga. Yesus mengetahui bahwa perkataan-Nya terdenar keras dan akan menimbulkan pertentangan. Banyak orang kemudian mengundurkan diri dan tidak lagi mengikuti Yesus.
Yesus menegaskan bahwa Roh Allah yang memberi hidup kepada dunia. Roh itu pula yang kini berada bersama dengan Yesus sebagai Putera Allah. Perkataan Yesus adalah sabda Roh Allah sendiri karena persatuan Yesus dengan Bapa dan Roh Kudus. Sabda Yesus berdaya karena ada Roh Allah di dalamnya dan akan membawa hidup kekal bagi yang menerima sabda itu. Roh atau jiwa manusia adalah yang utama, sedangkan badan fisik dan dunia ini menjadi sarana untuk keselamatan jiwa dalam kebangkitan kekal. Panggilan terhadap keselamatan kekal itu telah ditanamkan dalam diri semua orang dan Bapa yang mengaruniakan panggilan keselamatan itu telah menarik banyak orang untuk mendengarkan Sang Sabda yang menjadi Manusia.
Pemahaman yang dangkal terhadap asal-usul manusiawi Yesus membuat banyak orang terguncang dan mengundurkan diri. Mereka tidak percaya bahwa Yesus adalah Mesias, Putera Allah. Banyak orang hanya melihat bahwa Yesus “sekedar” nabi besar yang diutus Allah. Dalam angapan ini, maka Yesus tidak berhak mengatakan berasal dari surga. Padahal sejatinya, Yesus bukan sekedar nabi karena Ia adalah Putera Allah. Yesus memang hadir ke dunia menjadi manusia yang dilahirkan oleh Maria yang dikenal banyak orang. Namun demikian, Yusup bukanlah ayah kandung bagi Yesus. Yesus tetaplah Anak kandung Bapa karena dikandung dan dilahirkan Maria karena kuasa Roh Kudus.
Ketika banyak orang yang pergi meninggalkan Yesus, Ia bertanya kepada Petrus apakah Petrus tidak ikut pergi bersama dengan orang banyak itu. Jawaban Petrus sungguh bersumber dari iman mendalam atas Yesus sebagai Mesias. “Tuhan kepada siapa kami akan pergi? Sabda-Mu adalah Sabda hidup yang kekal. Kami telah percaya dan tahu bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari Allah”.
Pernyataan iman Petrus terhadap Yesus sebagai Roti kehidupan kekal dan Sabda hidup kekal haruslah menjadi ungkapan iman kita. Iman terhadap Yesus yang demikian akan membuat kita memiliki semangat yang lebih tinggi dalam beriman dan berkarya di dunia ini. Semangat hidup kekal akan menjadikan kita lebih berdaya dalam menjalani hidup di dunia ini. Hal inilah yang mengingatkan kita akan hidup kekal kelak dalam Kerajaan Allah yang harus diawali dengan perjuangan kebaikan dalam hidup sekarang. Mari kita tertuju pada Sabda kehidupan kekal dengan senantiasa berbuat kebenaran dan cinta kasih setiap hari. (R.YKJ)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar