Maria Ratu Damai

Maria Ratu Damai

Sabtu, 08 Agustus 2015

Minggu Biasa XIX, Tahun B



Roti Hidup

Bacaan Pertama: 1Raj.19:4-8
Kitab Raja-raja ini mengisahkan perjalanan Elia di padang gurun hendak gunung Horeb. Elia mengalami keputus-asaan karena ia kehausan dan kelaparan. Ia hendak menyerahkan kembali semuanya kepada Allah, dirinya dan perutusannya sebagai nabi. Namun demikian, Allah tetap menyertainya dan mencukupi kebutuhan raganya secara tak terduga. Elia akhirnya mampu melanjutkan perjalanan sampai ke gunung Horeb.

Bacaan Kedua: Ef. 4:30 – 5:2
Paulus menasihati jemaat di Efesus agar mereka tetap setia pada iman akan Kristus yang telah mencintai mereka. Allah telah menebus dengan memberikan Kristus sebagai lambang penghapusan dosa. Dengan demikian, hendaknya jemaat juga saling mengampuni dan menjauhkan diri dari segala kejahatan.

Bacaan Injil: Yoh. 6:41-51

Kutipan dari Injil Yohanes ini merupakan kelanjutan dari bacaan Injil Minggu lalu. Konteksnya adalah orang banyak berbondong-bondong mencari Yesus karena mereka telah dikenyangkan oleh Yesus yang menggandakan lima roti dan dua ikan. Pada saat itulah Yesus mengajar banyak orang agar mereka mencari roti surgawi demi kehidupan kekal. Yesus sendirilah roti hidup yang turun dari surga. Atas pernyataan Yesus inilah orang-orang Yahudi menentang Yesus.
Orang-orang kecewa dan bersungut-sungut pada pernyataan Yesus sebenarnya karena perbedaan harapan dalam diri mereka. Mereka berharap Yesus menyediakan roti untuk makanan jasmani. Mereka juga berharap Yesus menjadi tokoh pembebas mereka dari penjajahan kekaisaran Romawi saat itu. Kata bersungut-sungut juga mengingatkan kita pada kisah keluaran dari tanah Mesir ketika bangsa pilihan tidak percaya pada pembebasan Allah.
Kekecewaan orang-orang itu merembet pada alasan ketidakpercayaan mereka karena Yesus sebagai anak Yusuf dan keluarga Yesus mereka kenal. Mereka seolah yakin mengenal Yesus padahal secara nyata Yesus bukanlah anak fisik dari Yusuf. Dalam ungkapan ini, semakin jelas perbedaan pahan antara orang banyak dengan Yesus sendiri. Yesus sebagai Putera Allah tentu Ia bukan anak kandung dari Yusuf, namun sebagai Anak Allah. Hal ini pula yang menjadi perutusan Yesus untuk memberikan santapan rohani, bukan santapan jasmani.
Sikap bersungut-sungut tidaklah tepat dan merupakan tindakan yang sia-sia karena orang banyak itu datang kepada Yesus karena telah ditarik oleh Bapa. Bapa telah menarik banyak orang untuk datang kepada Yesus bukan sekedar mengharapkan roti yang digandakan Yesus, tapi demi kehidupan kekal. Untuk sampai pada kebangkitan akhir zaman, mereka harus mendengarkan ajaran Yesus. Kitab nabi-nabi yang dimaksudkan Yesus pada ayat 45 berasal dari Yesaya 54:13 berisi tentang Allah yang menarik kembali bangsa pilihan dari tanah pembuangan. Allah tidak memaksa, namun melalui proses rohani yang efektif hingga bangsa pilihan itu terbuka hatinya bagi cinta kasih penyelamatan Allah. Demikianlah, Allah dalam diri Yesus juga telah menarik banyak orang agar memahami cinta penyelamatan Allah.
Sejak zaman nabi-nabi, Allah telah memberikan pengajaran-Nya agar manusia selamat. Orang-orang yang mendengarkan dan melaksanakan ajaran Allah melalui para nabi tidak akan datang lagi ke dunia. Mereka memang akan datang kepada Bapa, namun tidak untuk kembali ke dunia. Di sinilah Yesus menjelaskan bahwa hanya Yesuslah yang berasal dari Bapa dan yang telah turun ke dunia ini. Yesus telah melihat Bapa karena Ia telah bersama-sama dengan Bapa sejak semula. Yesus pula yang diberi wewenang oleh Bapa untuk memberikan hidup kekal pada orang yang percaya pada-Nya.
Yesus adalah roti hidup. Ia tidak sama seperti manna di padang gurun yang dimakan nenek moyang bangsa pilihan ketika keluar dari tanah Mesir. Roti manna membuat bangsa pilihan bertahan hidup untuk melanjutkan perjalanan memasuki tanah Kanaan. Namun generasi mereka itu telah mati dan tidak akan hidup lagi di dunia. Yesuslah yang berasal dari yang ilahi dan menjadi jaminan keselamatan kekal.
Yesus adalah roti hidup yang turun dari surga. Ia sendiri menegaskan bahwa siapapun yang makan roti itu akan hidup selama-lamanya karena roti itu adalah daging-Nya sendiri, Tubuh-Nya yang mulia. Bagi kita, Yesus menjadi penyempurnaan kurban Perjanjian Lama. Kurban Kristus itu diulangi setiap kali kita merayakan Ekaristi. Secara nyata Yesus hadir dalam rupa roti dan anggur yang diubah-Nya menjadi Tubuh dan Darah-Nya. Kita percaya bahwa dengan menyantap Tubuh dan Darah Kristus, kita akan mendapatkan keselamatan kekal. Hidup kita tidak binasa melainkan akan memasuki kehidupan kekal sesudah kematian di dunia ini. Roti Hidup itu akan perlu kita sambut dengan keyakinan dan tekad sebagai murid Kristus untuk hidup penuh cinta kasih kepada Allah dan sesama. (R.YKJ)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar