Roti Hidup
Bacaan Pertama: 1Raj.19:4-8
Kitab Raja-raja ini mengisahkan perjalanan Elia di padang gurun hendak
gunung Horeb. Elia mengalami keputus-asaan karena ia kehausan dan kelaparan. Ia
hendak menyerahkan kembali semuanya kepada Allah, dirinya dan perutusannya
sebagai nabi. Namun demikian, Allah tetap menyertainya dan mencukupi kebutuhan
raganya secara tak terduga. Elia akhirnya mampu melanjutkan perjalanan sampai
ke gunung Horeb.
Bacaan Kedua: Ef. 4:30 – 5:2
Paulus menasihati jemaat di Efesus agar mereka tetap setia pada iman akan
Kristus yang telah mencintai mereka. Allah telah menebus dengan memberikan
Kristus sebagai lambang penghapusan dosa. Dengan demikian, hendaknya jemaat
juga saling mengampuni dan menjauhkan diri dari segala kejahatan.
Bacaan Injil: Yoh. 6:41-51
Kutipan dari Injil Yohanes ini merupakan kelanjutan dari bacaan Injil
Minggu lalu. Konteksnya adalah orang banyak berbondong-bondong mencari Yesus
karena mereka telah dikenyangkan oleh Yesus yang menggandakan lima roti dan dua
ikan. Pada saat itulah Yesus mengajar banyak orang agar mereka mencari roti
surgawi demi kehidupan kekal. Yesus sendirilah roti hidup yang turun dari
surga. Atas pernyataan Yesus inilah orang-orang Yahudi menentang Yesus.
Orang-orang kecewa dan bersungut-sungut pada pernyataan Yesus sebenarnya
karena perbedaan harapan dalam diri mereka. Mereka berharap Yesus menyediakan
roti untuk makanan jasmani. Mereka juga berharap Yesus menjadi tokoh pembebas
mereka dari penjajahan kekaisaran Romawi saat itu. Kata bersungut-sungut juga
mengingatkan kita pada kisah keluaran dari tanah Mesir ketika bangsa pilihan
tidak percaya pada pembebasan Allah.
Kekecewaan orang-orang itu merembet pada alasan ketidakpercayaan mereka
karena Yesus sebagai anak Yusuf dan keluarga Yesus mereka kenal. Mereka seolah
yakin mengenal Yesus padahal secara nyata Yesus bukanlah anak fisik dari Yusuf.
Dalam ungkapan ini, semakin jelas perbedaan pahan antara orang banyak dengan
Yesus sendiri. Yesus sebagai Putera Allah tentu Ia bukan anak kandung dari Yusuf,
namun sebagai Anak Allah. Hal ini pula yang menjadi perutusan Yesus untuk
memberikan santapan rohani, bukan santapan jasmani.
Sikap bersungut-sungut tidaklah tepat dan merupakan tindakan yang sia-sia
karena orang banyak itu datang kepada Yesus karena telah ditarik oleh Bapa.
Bapa telah menarik banyak orang untuk datang kepada Yesus bukan sekedar
mengharapkan roti yang digandakan Yesus, tapi demi kehidupan kekal. Untuk
sampai pada kebangkitan akhir zaman, mereka harus mendengarkan ajaran Yesus.
Kitab nabi-nabi yang dimaksudkan Yesus pada ayat 45 berasal dari Yesaya 54:13
berisi tentang Allah yang menarik kembali bangsa pilihan dari tanah pembuangan.
Allah tidak memaksa, namun melalui proses rohani yang efektif hingga bangsa
pilihan itu terbuka hatinya bagi cinta kasih penyelamatan Allah. Demikianlah,
Allah dalam diri Yesus juga telah menarik banyak orang agar memahami cinta
penyelamatan Allah.
Sejak zaman nabi-nabi, Allah telah memberikan pengajaran-Nya agar manusia
selamat. Orang-orang yang mendengarkan dan melaksanakan ajaran Allah melalui
para nabi tidak akan datang lagi ke dunia. Mereka memang akan datang kepada
Bapa, namun tidak untuk kembali ke dunia. Di sinilah Yesus menjelaskan bahwa
hanya Yesuslah yang berasal dari Bapa dan yang telah turun ke dunia ini. Yesus
telah melihat Bapa karena Ia telah bersama-sama dengan Bapa sejak semula. Yesus
pula yang diberi wewenang oleh Bapa untuk memberikan hidup kekal pada orang
yang percaya pada-Nya.
Yesus adalah roti hidup. Ia tidak sama seperti manna di padang gurun yang
dimakan nenek moyang bangsa pilihan ketika keluar dari tanah Mesir. Roti manna
membuat bangsa pilihan bertahan hidup untuk melanjutkan perjalanan memasuki
tanah Kanaan. Namun generasi mereka itu telah mati dan tidak akan hidup lagi di
dunia. Yesuslah yang berasal dari yang ilahi dan menjadi jaminan keselamatan
kekal.
Yesus adalah roti hidup yang turun dari surga. Ia sendiri menegaskan bahwa
siapapun yang makan roti itu akan hidup selama-lamanya karena roti itu adalah
daging-Nya sendiri, Tubuh-Nya yang mulia. Bagi kita, Yesus menjadi
penyempurnaan kurban Perjanjian Lama. Kurban Kristus itu diulangi setiap kali
kita merayakan Ekaristi. Secara nyata Yesus hadir dalam rupa roti dan anggur
yang diubah-Nya menjadi Tubuh dan Darah-Nya. Kita percaya bahwa dengan
menyantap Tubuh dan Darah Kristus, kita akan mendapatkan keselamatan kekal.
Hidup kita tidak binasa melainkan akan memasuki kehidupan kekal sesudah
kematian di dunia ini. Roti Hidup itu akan perlu kita sambut dengan keyakinan
dan tekad sebagai murid Kristus untuk hidup penuh cinta kasih kepada Allah dan
sesama. (R.YKJ)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar