Maria Ratu Damai

Maria Ratu Damai

Sabtu, 21 November 2015

Hari Raya Kristus Raja Semesta Alam, Tahun B



Kristus: Raja atas Dunia Semesta

Bacaan Pertama: Daniel 7:13-14
Daniel bernubuat tentang kerajaan kekal Tuhan yang akan datang. Anak Manusia pada akhir zaman akan diberi kekuasaan dan kehormatan sebagai raja. “Dia Yang Lanjut Usianya” menjadi sebuatan bagi Allah yang telah berkarya sejak semula, bahkan sejak sebelum dunia dijadikan. Karya Allah yang demikian panjang ini penuh dengan kebijaksanaan untuk menyelamatkan manusia. Manusia yang diciptakan Allah dipanggil untuk keselamatan dan pada akhirnya akan dikumpulkan disekitar tahta kemuliaan Anak Manusia.

Bacaan Kedua: Wahyu 1:5-8
Yesus Kristus adalah pemenuhan janji Allah seperti yang telah dinubuatkan oleh para nabi. Yesus adalah Putera Allah yang menjadi manusia, namun Ia tetaplah ada dalam kesatuan dengan Allah Bapa. Demi keselamatan manusia, Yesus rela menumpahkan darah-Nya di kayu salib sebagai tebusan bagi dosa manusia. Penderitaan salib akan berbanding terbalik dengan kemuliaan Kristus pada akhir zaman. Yesus Kristus akan datang dalam kemuliaan dan kekuasaan Allah. Dia adalah Alfa dan Omega, Awal dan Akhir. Dia disebut Mahakuasa karena telah ada sejak dahulu, kini dan selamanya.

Bacaan Injil: Yohanes 18: 33b-37

Bacaan Injil ini merupakan bagian dari rangkaian penangkapan dan penghukuman terhadap Yesus, secara khusus ketika dihadapkan kepada Pilatus. Yesus dihadapkan kepada Pilatus oleh pemuka agama Yahudi agar dijatuhi hukuman mati. Ketika kekacauan mulai terjadi, maka Pilatus mengambil alih persidangan dan menyelidiki Yesus apakah sesuai dengan tuduhan banyak orang.
“Engkaukah raja orang Yahudi?” Pertanyaan Pilatus ini mengindikasikan nada ejekan pada Yesus yang tidak layak menyandang sebutan raja. Hal ini sekaligus menandakan bahwa Pilatus tidak mempercayai tuduhan yang dikenakan kepada Yesus. Pilatus juga mengindikasikan keheranan atas tuduhan itu. Dengan melihat langsung sosok Yesus, ia menilai bahwa Yesus tidak cocok disebut raja. Sebutan raja orang Yahudi pada masa itu dikaitkan dengan gerakan pemberontakan melawan kekaisaran Romawi karena tidak boleh ada raja selain kaisar Romawi. Sikap Yesus di mata Pilatus sama sekali tidak mencerminkan diri sebagai pemimpin pemberontak.
Atas pertanyaan Pilatus, Yesus justru balik bertanya, “Dari hatimu sendirikah engkau katakan hal itu?”. Sebelum menjawab, Yesus perlu menegaskan apakah pertanyaan itu berasal dari dalam diri Pilatus sebagai pejabat kekaisaran Romawi, atau justru karena mendengar dari desas-desus orang. Bila pertanyaan itu bukan berasal dari dalam diri Pilatus sendiri, sulit bagi Yesus untuk menjelaskan pengertian Raja dalam diri Yesus. Mungkin juga para pemimpin Yahudi sebelumnya telah menyampaikan informasi tentang Yesus agar ia dapat membantu dalam penangkapan-Nya dengan mengirimkan serdadu.
Jawaban Pilatus bernada penghinaan terhadap Yesus, “Orang Yahudikah aku! Bangsa-Mu sendiri dan imam-imam kepala telah menyerahkan Engkau kepadaku.” Pilatus tidak mau memikirkan tentang identitas Yesus. Bangsa Yahudilah menuduh Yesus sebagai raja pemberontak dan mereka telah menyerahkan Yesus kepada Pilatus. Ungkapan Pilatus ini justru meruntuhkan tuduhan Yesus sebagai raja orang Yahudi. Pilatus juga menyadari bahwa dirinya sedang diperalat para pemuka Yahudi demi kepentingan kelompok mereka, bukan demi pengabdian kepada kekaisaran Romawi. Maka kemudian, Pilatus menyambung dengan pertanyaan tentang apa yang diperbuat oleh Yesus.
Yesus menjawab bahwa kerajaan-Nya bukan dari dunia ini. Kerajaan Yesus bukanlah kerajaan duniawi yang memiliki tentara pembela bagi rajanya. Ia juga tidak bermaksud mengambil alih tata pemerintahan duniawi. Yesus bukanlah ancaman bagi pemerintahan dunia dan tidak menggunakan kekerasan untuk menghadapi pemerintahan dunia ini. Kerajaan Kristus bukan dari dunia ini karena berasal dari Allah, kepemimpinan dan kekuasaan Allah bermaksud menyelamatkan manusia dari dosa. Maka, ciri utama kerajaan Allah adalah kerohanian dan cinta kasih.
Yesus kemudian menegaskan posisi-Nya sebagai Raja yang dilahirkan dan datang ke dunia ini. Allah mengutus Putera Tunggal-Nya ke dunia dari tahkta kerajaan Allah. Yesus sebagai utusan kerajaan Allah memiliki tugas kesaksian tentang kebenaran Allah. Kesaksian tentang kebenaran itu adalah bahwa Yesus adalah raja dalam kerajaan Allah dan hendak menghakimi dunia ini. Kesaksian kebenaran Allah berkenaan dengan kekuasaan Yesus sebagai Raja semesta alam, bukan berkenaan dengan kekuasaan pemerintahan duniawi.
Pada akhir ungkapan Yesus, Ia memberi kesempatan untuk melayani pikiran Pilatus yang terfokus pada istilah raja. Yesus mengungapkan, “setiap orang yang berasal dari kebenaran mendengarkan suara-Ku”. Ungkapan ini pertama-tama diberikan kepada Pilatus yang justru mendengar hasutan dari para pemuka Yahudi untuk menghukum Yesus. Ungkapan itu juga ditujukan bagi orang-orang Yahudi yang tidak mendengarkan perkataan Yesus sebagai Sabda yang menjadi Manusia. Mereka ini menutup hati terhadap kesaksian kebenaran Allah yang disampaikan dalam diri Yesus.
Yesus adalah Raja semesta alam karena Ia berasal dari Allah dan seluruh dunia ini telah diserahkan Bapa kepada-Nya. Yesus sebagai Raja bukan menguasai dunia demi diri-Nya, namun justru demi keselamatan dunia. Mendengarkan Yesus berarti mendengarkan Sabda Allah yang berisi tentang kebenaran Allah. Kebenaran Allah yang telah kita dengarkan itu harus berbuah dalam tindakan hidup yang baik, penuh belas kasih dan cinta kasih kepada sesama. Inilah tanda bahwa hidup kita dirajai oleh Kristus.
Pada akhir Tahun Liturgi ini, kita diingatkan pada hakikat Yesus sebagai Raja semesta alam karena Ia adalah Putera Allah. Status sebagai Raja semesta alam itu kelak mencapai puncaknya saat kedatangan Yesus yang kedua pada akhir zaman untuk menghakimi dunia ini. Namun demikian, meskipun Yesus sebagai Putera Allah dan Raja semesta alam, Ia telah rela meninggalkan tahkta kemuliaan Allah dan lahir menjadi Manusia. Allah yang menjadi Manusia inilah yang disebut inkarnasi yang nanti kita rayakan pada Hari Raya Natal. Namun sebelum merayakan Natal, kita perlu menyiapkan diri dahulu pada masa Advent. Kristus yang kita nantikan perayaan kelahiran-Nya haruslah menyatu pada paham tentang Ia yang berkarya, sengsara dan wafat, hingga bangkit mulia dan akan datang kembali. (R.YKJ)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar