Yang Besar harus Melayani yang
Kecil
Bacaan Pertama: Kitab Kebijaksanaan 2:12.17-20
Kitab Kebijaksanaan ini mengingatkan bahwa orang fasik berusaha
mengalahkan kebenaran. Orang fasik adalah orang-orang yang hidupnya
dikendalikan hawa nafsunya. Mereka selalu menentang kebenaran dalam diri
orang-orang yang baik hidupnya. Namun Allah akan menyelamatkan orang-orang yang
berada dalam jalan kebenaran.
Bacaan Kedua: Yakobus 3:16 – 4:3
Egoisme menimbulkan sikap iri hati dan mementingkan diri sendiri yang akan
menimbulkan kekacauan dan kejahatan. Allah memberikan jalan kebijaksanaan
(hikmat) agar dunia rukun dan damai. Hikmat Allah itulah yang akan mendatangkan
sikap pendamai, peramah, penurut, berbelas kasih, tidak pilih kasih dan tidak
munafik.
Bacaan Injil: Markus 9:30-37
Konteks bacaan Injil ini sedikit melompat dari Minggu lalu karena bagian
kisah Yesus dimuliakan di atas gunung “disimpan” untuk bacaan perayaan khusus.
Yesus yang menyingkir sampai ke daerah Kaisarea Filipi akhirnya kembali lagi ke
Kapernaum dengan melintasi daerah Galilea secara diam-diam agar tidak diketahui
banyak orang. Yesus hendak memberikan pengajaran secara khusus kepada dua belas
murid-Nya.
Setelah Yesus dimuliakan di atas gunung, Yesus mengajak para murid untuk
turun kembali ke Kapernaum. Yesus mengatakan bahwa Anak Manusia akan mengalami
penderitaan, wafat dan bangkit. Perkataan Yesus ini tidak dimengerti dengan
baik oleh para murid-Nya. Mereka segan dan barangkali enggan untuk bertanya,
karena sebelumnya Yesus menghardik Petrus yang menegur-Nya ketika Yesus mengatakan
hal yang sama (Mrk 8:27-35). Para murid justru lebih suka membicarakan tentang
kemuliaan Yesus yang baru saja mereka lihat di atas gunung. Mereka justru bertengkar
tentang siapa yang terbesar di antara para murid.
Pertengkaran murid-murid Yesus di tengah jalan pastilah ingin
memperebutkan posisi yang terbaik agar mendampingi Yesus dalam kemuliaan yang
telah mereka saksikan. Sesampainya di Kapernaum barulah Yesus meluruskan paham
yang salah dalam diri para murid-Nya itu. Yesus menegaskan bahwa seseorang yang
ingin menjadi yang terdahulu haruslah menjadi yang terakhir dan menjadi pelayan
bagi semua orang. Para murid baru saja bertengkar tentang siapa yang terbesar
di antara mereka. Ungkapan terbesar kemudian diubah oleh Yesus dengan ungkapan
terdahulu yang memuat arti pemimpin yang dihormati.
Yesus menjelaskan tugas Mesias yang ada dalam diri-Nya. Yesus memakai
istilah Anak Manusia untuk menekankan makna bahwa Ia menjadi Manusia yang
merasakan penderitaan dan kematian manusia agar dapat menebus dosa manusia
dengan kebangkitan-Nya. Jalan penebusan ini dilaksanakan oleh Yesus dengan
mengosongkan diri-Nya dan menjadi pelayan bagi manusia.
Yesus kemudian mengambil seorang anak kecil sambil memeluk anak itu.
Tindakan Yesus ini untuk memperjelas pengajaran-Nya tentang pelayanan. Yesus
mengatakan siapa yang menerima anak kecil seperti yang dilakukan Yesus itu
berarti menerima Yesus, dan siapa yang menerima Yesus berarti menerima Bapa
yang mengustus-Nya. Menerima seorang anak kecil dimaksudkan sebagai sikap
kerendahan hati untuk menjadi pelayan. Anak kecil pastilah penuh dengan
kepolosan dan ketulusan. Mereka juga tidak memiliki tujuan tersembunyi di balik
sikap mereka dan sepenuhnya mereka bergantung dari orang yang dewasa. Menerima
mereka berarti siap untuk melayani segala yang diperlukan oleh mereka. Anak
kecil ini menjadi simbol orang kecil yang membutuhkan perhatian dan
pertolongan.
Demikianlah Yesus menginginkan agar para murid rela untuk melayani dengan
kerendahan hati. Sikap sombong dan ingin menjadi yang terbesar justru akan
menyesatkan mereka karena akan memunculkan sikap egois yang tidak peduli kepada
sesama. Sebagai murid-murid Yesus, kita pun diminta untuk menjadi pelayan bagi
semua orang. Menjadi pelayan berarti siap untuk direndahkan dan tidak dihargai
oleh sebagian orang. Namun sikap pelayanan kepada sesama yang tulus justru akan
mewujudkan kerajaan Allah di dunia karena akan semakin tercipta situasi yang
damai dan saling mengasihi. (R.YKJ)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar