Maria Ratu Damai

Maria Ratu Damai

Sabtu, 19 September 2015

Minggu Biasa XXV, Tahun B



Yang Besar harus Melayani yang Kecil

Bacaan Pertama: Kitab Kebijaksanaan 2:12.17-20
Kitab Kebijaksanaan ini mengingatkan bahwa orang fasik berusaha mengalahkan kebenaran. Orang fasik adalah orang-orang yang hidupnya dikendalikan hawa nafsunya. Mereka selalu menentang kebenaran dalam diri orang-orang yang baik hidupnya. Namun Allah akan menyelamatkan orang-orang yang berada dalam jalan kebenaran.

Bacaan Kedua: Yakobus 3:16 – 4:3
Egoisme menimbulkan sikap iri hati dan mementingkan diri sendiri yang akan menimbulkan kekacauan dan kejahatan. Allah memberikan jalan kebijaksanaan (hikmat) agar dunia rukun dan damai. Hikmat Allah itulah yang akan mendatangkan sikap pendamai, peramah, penurut, berbelas kasih, tidak pilih kasih dan tidak munafik.

Bacaan Injil: Markus 9:30-37

Konteks bacaan Injil ini sedikit melompat dari Minggu lalu karena bagian kisah Yesus dimuliakan di atas gunung “disimpan” untuk bacaan perayaan khusus. Yesus yang menyingkir sampai ke daerah Kaisarea Filipi akhirnya kembali lagi ke Kapernaum dengan melintasi daerah Galilea secara diam-diam agar tidak diketahui banyak orang. Yesus hendak memberikan pengajaran secara khusus kepada dua belas murid-Nya.
Setelah Yesus dimuliakan di atas gunung, Yesus mengajak para murid untuk turun kembali ke Kapernaum. Yesus mengatakan bahwa Anak Manusia akan mengalami penderitaan, wafat dan bangkit. Perkataan Yesus ini tidak dimengerti dengan baik oleh para murid-Nya. Mereka segan dan barangkali enggan untuk bertanya, karena sebelumnya Yesus menghardik Petrus yang menegur-Nya ketika Yesus mengatakan hal yang sama (Mrk 8:27-35). Para murid justru lebih suka membicarakan tentang kemuliaan Yesus yang baru saja mereka lihat di atas gunung. Mereka justru bertengkar tentang siapa yang terbesar di antara para murid.
Pertengkaran murid-murid Yesus di tengah jalan pastilah ingin memperebutkan posisi yang terbaik agar mendampingi Yesus dalam kemuliaan yang telah mereka saksikan. Sesampainya di Kapernaum barulah Yesus meluruskan paham yang salah dalam diri para murid-Nya itu. Yesus menegaskan bahwa seseorang yang ingin menjadi yang terdahulu haruslah menjadi yang terakhir dan menjadi pelayan bagi semua orang. Para murid baru saja bertengkar tentang siapa yang terbesar di antara mereka. Ungkapan terbesar kemudian diubah oleh Yesus dengan ungkapan terdahulu yang memuat arti pemimpin yang dihormati.
Yesus menjelaskan tugas Mesias yang ada dalam diri-Nya. Yesus memakai istilah Anak Manusia untuk menekankan makna bahwa Ia menjadi Manusia yang merasakan penderitaan dan kematian manusia agar dapat menebus dosa manusia dengan kebangkitan-Nya. Jalan penebusan ini dilaksanakan oleh Yesus dengan mengosongkan diri-Nya dan menjadi pelayan bagi manusia.
Yesus kemudian mengambil seorang anak kecil sambil memeluk anak itu. Tindakan Yesus ini untuk memperjelas pengajaran-Nya tentang pelayanan. Yesus mengatakan siapa yang menerima anak kecil seperti yang dilakukan Yesus itu berarti menerima Yesus, dan siapa yang menerima Yesus berarti menerima Bapa yang mengustus-Nya. Menerima seorang anak kecil dimaksudkan sebagai sikap kerendahan hati untuk menjadi pelayan. Anak kecil pastilah penuh dengan kepolosan dan ketulusan. Mereka juga tidak memiliki tujuan tersembunyi di balik sikap mereka dan sepenuhnya mereka bergantung dari orang yang dewasa. Menerima mereka berarti siap untuk melayani segala yang diperlukan oleh mereka. Anak kecil ini menjadi simbol orang kecil yang membutuhkan perhatian dan pertolongan.
Demikianlah Yesus menginginkan agar para murid rela untuk melayani dengan kerendahan hati. Sikap sombong dan ingin menjadi yang terbesar justru akan menyesatkan mereka karena akan memunculkan sikap egois yang tidak peduli kepada sesama. Sebagai murid-murid Yesus, kita pun diminta untuk menjadi pelayan bagi semua orang. Menjadi pelayan berarti siap untuk direndahkan dan tidak dihargai oleh sebagian orang. Namun sikap pelayanan kepada sesama yang tulus justru akan mewujudkan kerajaan Allah di dunia karena akan semakin tercipta situasi yang damai dan saling mengasihi. (R.YKJ)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar