Maria Ratu Damai

Maria Ratu Damai

Sabtu, 07 Maret 2015

Minggu Prapaskah III, Tahun B



Yesus Membersihkan bait Allah

Bacaan I: Kel. 20:1-17
Berisi tentang sepuluh perintah Allah yang diberikan kepada bangsa pilihan lewat perantaraan Musa.

Bacaan II: 1Kor. 1:22-25
Kristus yang disalibkan bagi orang Yahudi merupakan batu sandungan dan bagi orang bukan Yahudi menjadi kebodohan. Namun bagi orang yang dipanggil untuk percaya, salib Kristus merupakan kekuatan dan hikmat Allah.

Bacaan Injil: Yoh. 2:13-25

Menjelang perayaan Paskah Yahudi, Yesus dan murid-murid-Nya perge ke bait Allah di Yerusalem. Yesus meneruskan tradisi keluarganya yang saleh dengan mengikuti upacara keagamaan di bait Allah. Pada perayaan Paskah terdapat banyak ritual keagamaan yang membutuhkan kurban persembahan. Di Pelataran bait Allah merupakan tempat yang disediakan bagi orang kafir (non Yahudi) yang hendak ikut menyembah Allah, namun tempat itu tidak lagi khususk karena terdapat banyak pedagang hewan persembahan dan juga para penukar uang. Keberadaan mereka direstui oleh para imam sebagai pengelola bait Allah. Hewan kurban harus mendapatkan pengesahan dari para imam agar persembahan dianggap sah dan layak. Sedangkan uang yang dipersembahkan haruslah mata uang asli Yahudi, sementara yang dipakai dalam keseharian adalah mata uang Romawi yang bergambar kaisar. Simbol kekaisaran tidak diperkenankan masuk ke bait Allah. Keberadaan para pedagang hewan kurban dan penukar uang jelas mendatangkan keuntungan bagi pengelola bait Allah.
Yesus mengusir para pedagang dan menghamburkan uang penukar ke tanah. Yesus mengetahui bahwa keberadaan aturan persembahan telah mengaburkan makna persembahan. Persembahan tidak lagi menjadi simbol ungkapan persembahan diri dan syukur kepada Allah. Persembahan hanya demi tuntutan hukum dan aturan dan justru menguntungkan sebagian orang.
Kemarahan Yesus terhadap keberadaan pedagang di bait Allah bukanlah tertuju kepada para pedagang, namun lebih pada sistem persembahan yang diatur oleh para pengelola bait Allah. Sikap Yesus ditentang oleh “orang-orang Yahudi”. Injil Yohanes tidak menyebut secara spesifik orang-orang Yahudi, padahal yang dimaksudkan jelas bukan golongan umum namun lebih pada para pembuat sistem persembahan (para imam bait Allah). Para imam bait Allah inilah yang disebut golongan Sanhedrin, sebagai pemuka agama Yahudi yang berwenang mengatur banyak hal terkait ritual di bait Allah. Merekalah yang kemudian menentang tindakan pembersihan oleh Yesus ini.
Yesus menginginkan bait Allah sebagai simbol kehadiran Allah tetap dijaga kemurniannya. Ia menyebut bait Allah sebagai “rumah Bapa-Ku”. Tujuan ritual keagamaan yang tidak lagi murni itulah yang mengakibatkan banyak orang tidak menerima bahwa Yesus adalah Mesias, Putera Allah. Dari bait Allah sebagai simbol kehadiran Allah, Yesus bergeser pada paham bahwa diri-Nya juga merupakan kegenapan simbol kehadiran Allah di dunia. Merombak bait Allah dan dalam tiga hari akan didirikan kembali merupakan ungkapan Yesus bahwa tubuh-Nya akan dihancurkan karena hukuman para pemuka agama Yahudi, namun Yesus akan dibangkitkan kembali pada hari yang ketiga.
Para pemuka Yahudi tetap tidak percaya pada kata-kata Yesus, meskipun mereka takut dan segan dengan pengajaran Yesus. Hasil yang didapatkan dari tindakan pembersihan bait Allah adalah sikap yang ditunjukkan oleh para murid. Para murid sesudah peristiwa kematian dan kebangkitan Yesus sadar akan ucapan Yesus dan mereka semakin percaya pada ucapan Yesus. Iman yang semakin mendalam dan teguh inilah yang diharapkan oleh Yesus ada dalam diri setiap murid-Nya.
Segala aturan dan ritual keagamaan yang kita laksanakan seharusnya juga diiringi dengan pemahaman mendalam sehingga membuat kita semakin meresapkan iman kita. Misalnya saja dalam liturgi, terdapat simbol yang mencerminkan kedalaman sikap iman dalam berkomunikasi dengan Allah. Ketika simbol dapat dipahami dengan semestinya, maka liturgi bukan sekedar kewajiban seremonial belaka. Demikian juga dengan aturan puasa dan matiraga, serta amal kasih kita hendaknya semakin membuat kita menyadari kasih Allah dan kita semakin mengasihi sesama. (R.YKJ)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar