SAGKI 2010
Dialog Antariman Perlu Terus Dikembangkan
Kamis, 4 November 2010 | 03:03 WIB
Bogor, Kompas - Peningkatan kualitas dialog antariman diyakini bisa mengatasi persoalan intoleransi dan kekerasan berlatar belakang agama, yang akhir-akhir ini mengancam harmoni keberagaman bangsa Indonesia. Dialog antariman tidak hanya dipahami sebatas cara, tetapi juga sebagai ungkapan iman untuk mewujudkan persaudaraan sejati.
Demikian pokok pikiran yang dirangkum dari tokoh Islam, Mohammad Sobary, dan tokoh agama Buddha, Biksu Sri Pannavaro Mahathera, Rabu (3/11), seusai memberikan narasi dalam Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia (SAGKI) 2010 di Wisma Kinasih, Bogor, Jawa Barat.
Ikut berbicara, Ketua Presidium Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) Monsinyur Martinus Situmorang OFM Cap.
”(Dialog) harus berakar dari mencintai semua kehidupan, paling tidak semua orang. Kalau ada rasa cinta kepada semua orang, apa pun agamanya, hidup bersama itu tentu akan berkembang dengan alami. Kalau rasa cinta dan penghargaan itu muncul, di situlah semua akan menjadi harmoni,” kata Pannavaro.
Dialog sebagai salah satu wujud kepedulian dan kasih sayang, menurut dia, tidak harus dilakukan dengan pembicaraan yang mendalam dan filosofis. ”Bertemu dan saling menyapa serta membantu mereka yang menderita, itu sudah cukup,” katanya.
Menurut Sobary, dialog antariman tidak bisa dibangun secara mendadak. Butuh waktu panjang dan banyak pertemuan resmi ataupun tidak resmi antartokoh agama yang memiliki sikap kritis dan bersedia memandang secara apa adanya agama, serta sikap keagamaan umat yang mendukung dialog tersebut.
”Dialog antariman yang selama ini terjalin di antara tokoh agama dan umat membuktikan bahwa kita mampu mengurus perkara keagamaan serta menerjemahkan agama dalam bahasa yang enak dan membikin teduh suasana batin semua umat beragama,” katanya.
Meski tidak sepenuhnya dapat mengatasi intoleransi yang berkembang akhir-akhir ini, menurut Sobary, dialog bisa menjadi salah satu cara untuk saling memahami. Intoleransi itu sendiri bisa diatasi dengan mengembangkan kasih sayang di antara sesama.
Kasih sayang
Menurut Situmorang, dialog antariman bukan hanya sebuah sarana, melainkan juga ungkapan keberagaman dan ungkapan iman dalam mewujudkan persaudaraan sejati. Dalam dialog itu perlu ditunjang dengan sikap pembelajaran dan permenungan yang tulus dan dilandasi dengan kasih sayang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar