![]() |
Romo Apol. (Foto : dr. Djoni) |
Ketua lingkungan tersebut sungguh menjadi gembala bagi lingkungannya dan bersama romo parokinya berencana 3 tahun lagi akan memekarkan lingkungannya menjadi 2 lingkungan agar lingkungannya terdiri dari 25 Kepala keluarga sehingga semakin banyak lagi umat yang berpartisipasi aktif dalam kehidupan lingkungan dan paroki. Beberapa kesulitan tentu sudah di depan mata. Misalnya, siapa yang mau menjadi ketua lingkungan, bendahara, sekretaris, dan seksi - seksi serta batas – batas geografinya.
Paroki teritorial berdasarkan pada wilayah geografi baik gerejani ataupun sipil.Dalam paroki pada umumnya adastasi, dalam stasi adalingkungan. Dan lingkungan terdiri dari beberapa kepala keluarga. Kepala Keluarga bersama anggotanya membentuk lingkungan, yang anggota – anggotanya saling penuh kasih persuadaraan, mendukung, dan menguatkan dalam kebersamaan sebagai orang beriman dan sesama manusia.
Lingkungan yang ideal menurut saya terdiri dari 15 – 30 Kepala keluarga. Meskipun sedikit tetapi anggota – nggotanya aktif dan kreatif untuk memajukan lingkungannya. Kalau ada lingkungan yang terdiri dari lebih 100 kepala keluargaakan mengalami kesulitan kalau ada doa atau kegiatan lingkungan yang diadakan dari rumah ke rumah.Misalnya, ada anggota lingkungan yang rumahnya tidak bisa menampung jumlah semua anggota lingkungannya.
Lingkungan yang banyak kepala keluarga kadang sulit dimekarkan menjadi lingkungan baru dengan berbagai alasan. Misalnya sudah terlanjur akrab, tetapi menurut saya akar persoalannya adalah adanya orang yang ingin bercokol menjadi ketua lingkungan seumur hidup dan umatnya sendirisangat malas dan pasif, tidak mau belajar, bertumbuh, berkembang, dan berbuah. Sebenarnya dimana ada kemauan, di situ ada jalan.
Ketua Lingkungan mestinya mau diganti tidak menjabat 3 periode berturut – turut, seperti seorang ayah atau ibu dalam keluarga yang baik akan bangga kalau anak – anaknya berprestasi, bertanggung jawab, mandiri, dan dewasa. Begitu pun ketua lingkungan kalau ada anggota jemaatnya yang menggantikannya dan berprestasi ikut bangga dan berbahagia, tidak merasa terancamdan minder. Kita diajak untuk membuka diri untuk pertumbuhan dan kebaikan bersama. Jangan menjadi manusia yang tertutup dan nyaman dalam kemapanan.
Keluarga katolik dipanggil untuk hidup mengereja, salah satunya terlibat aktif dalam kehidupan lingkungan, baik lingkungan Gereja atau pun masyarakat. Keluarga dan Lingkungan bagaikan dua sisi mata uang. Tidak ada lingkungan tanpa keluarga, tidak ada keluarga tanpa lingkungan.Kalau setiap lingkungan terdiri dari keluarga yang baik, aktif, dan rukun maka hal tersebut berdampak pada lingkungan Gereja dan masyarakat.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar